Biografi KH Hasyim Asy'ari dan sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama

2 weeks ago 24

Jakarta (ANTARA) - Kyai Haji Hasyim Asy'ari, atau KH Hasyim Asy'ari, merupakan ulama terkemuka, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), dan pahlawan nasional Indonesia. Beliau lahir dengan nama Muhammad Hasyim pada 10 April 1875 di Gedang, Jombang, Jawa Timur, dari keluarga ulama yang sangat dihormati.

Ayahnya, Kyai Asy'ari, merupakan ulama pendiri Pondok Pesantren Keras di Jombang, sementara kakeknya, Kyai Usman, merupakan ulama yang mendirikan Pondok Pesantren Gedang. Keluarga ini memainkan peran penting dalam pembentukan keilmuan dan pendidikan agama di Indonesia.

Baca juga: Peringatan harlah NU ke-120: Tema, logo, dan rangkaian kegiatannya

Pendidikan dan pengalaman di Mekkah

Sejak usia dini, KH Hasyim Asy'ari telah menimba ilmu agama dari ayah dan kakeknya. Pada usia 15 tahun, beliau melanjutkan pendidikan ke berbagai pesantren di Jawa, termasuk Pesantren Siwalan Panji di Sidoarjo, yang memperluas wawasan keagamaannya.

Pengalaman belajar di pesantren-pesantren tersebut menjadi dasar kuat bagi perkembangan ilmu agama yang dimilikinya. Pada tahun 1892, beliau berangkat ke Mekkah untuk memperdalam ilmu agama dan berguru kepada ulama-ulama besar, seperti Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi dan Syekh Nawawi al-Bantani.

Di Mekkah, KH Hasyim Asy'ari semakin memperkuat pemahaman agama Islam dan menjalin hubungan dengan para ulama dunia. Pengalaman tersebut berpengaruh besar dalam perjalanan hidupnya dan perjuangannya di Indonesia, di mana beliau memperoleh pengetahuan yang mendalam dan perspektif luas mengenai ajaran Islam.

Mendirikan Pesantren Tebuireng

Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 1899, KH Hasyim Asy'ari mendirikan Pesantren Tebuireng di Jombang. Pesantren ini berkembang pesat menjadi salah satu pesantren terbesar di Jawa pada awal abad ke-20, dengan jumlah santri mencapai empat ribu orang pada tahun 1947, menjadikannya pusat pendidikan agama yang sangat berpengaruh.

Baca juga: PBNU sebut libatkan UMKM pasok bahan makanan Program MBG

Sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yang didirikan pada 31 Januari 1926 di Surabaya. Organisasi ini lahir sebagai respons terhadap dinamika sosial dan politik pada masa itu, khususnya terkait dengan upaya Wahabi dalam menerapkan asas tunggal Madzhab Wahabi di Arab Saudi dan pengaruhnya terhadap umat Islam di Indonesia.

Pendiri NU, di antaranya KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah, dan KH. Bisri Syansuri, memiliki visi untuk menjaga dan mengembangkan tradisi Ahlussunah Wal Jamaah yang menjadi pegangan mayoritas umat Islam di Indonesia. Mereka berkomitmen untuk menyiarkan agama Islam dan melatih kehidupan yang selaras dengan tuntunan agama.

Selain itu, NU juga bertujuan menumbuhkan semangat nasionalisme dengan mendorong umat Islam untuk berperan aktif dalam perjuangan melawan penjajahan. Organisasi ini berupaya memadukan pengetahuan dan budi pekerti yang baik kepada anggotanya, serta mempertahankan paham Ahlussunah Wal Jamaah sebagai landasan ajaran.

Sejak didirikan, NU telah berperan penting dalam berbagai aspek kehidupan bangsa, termasuk pendidikan, sosial, dan politik. Organisasi ini terus berkomitmen untuk menjaga tradisi keagamaan yang moderat dan toleran, serta berkontribusi dalam pembangunan Indonesia.

Baca juga: Ketum PBNU: Berdirinya NU ide besar majukan peradaban manusia

Perjuangan melawan penjajah

KH Hasyim Asy'ari juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang, beliau ditangkap karena menolak melakukan penghormatan ke arah Tokyo, Jepang setiap pagi haru, sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan. Sikapnya yang tegas dalam menentang penindasan menunjukkan komitmennya terhadap kemerdekaan bangsa.

Saat Belanda kembali dengan NICA, KH Hasyim Asy'ari bersama para ulama mengeluarkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. Resolusi ini mengajak umat Islam untuk berperang melawan penjajah, yang menjadi pemicu pertempuran besar di Surabaya pada 10 November 1945. Aksi tersebut merupakan salah satu momen penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

KH Hasyim Asy'ari wafat dan penghargaannya sebagai pahlawan nasional

KH Hasyim Asy'ari wafat pada 25 Juli 1947 di Jombang. Kepergiannya meninggalkan kesedihan mendalam, namun perjuangannya tetap dikenang oleh bangsa Indonesia. Pada tahun 1964, beliau ditetapkan sebagai pahlawan pergerakan nasional sebagai penghargaan atas kontribusinya dalam perjuangan kemerdekaan.

Warisan perjuangan dan pemikiran KH Hasyim Asy'ari terus menjadi inspirasi bagi umat Islam di Indonesia. Beliau dikenang sebagai sosok yang menjaga tradisi dan moderasi beragama, yang masih relevan hingga saat ini dalam membimbing umat Islam untuk menjalani kehidupan yang damai dan harmonis di tengah keberagaman.

Baca juga: Terima banyak keluhan, PBNU minta proyek PSN PIK 2 dikaji lebih dalam

Baca juga: Presidium Penyelamat Organisasi dan MLB NU sebut PBNU penuh anomali

Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |