Jakarta (ANTARA) - Selain puasa wajib yang harus dijalankan dalam kondisi tertentu, Islam juga menganjurkan berbagai puasa sunnah sebagai bentuk ibadah tambahan yang penuh pahala.
Puasa sunnah memiliki banyak keutamaan, mulai dari menghapus dosa hingga mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ibadah ini tidak hanya menunjukkan ketakwaan, tetapi juga melatih kesabaran, pengendalian diri, dan kepekaan sosial.
Lantas, apa saja puasa sunnah yang bisa diamalkan oleh umat Muslim? Berikut penjelasannya, dirangkum dari berbagai sumber terpercaya.
Baca juga: Amalan puasa sunnah Syawal: Keutamaan dan perolehan manfaatnya
Macam-macam puasa sunnah
1. Puasa Nabi Dawud
Puasa yang dilakukan oleh Nabi Dawud AS dikenal sebagai puasa yang paling utama, yakni dengan pola selang-seling: satu hari berpuasa dan satu hari tidak. Dalam sebuah hadits, Abdullah bin Amru meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Dawud, dan sholat yang paling disukai Allah adalah sholat Dawud. Dia tidur separuh malam, dan bangun untuk sholat pada sepertiganya, dan tidur lagi pada seperenamnya. Dia puasa satu hari dan tidak berpuasa satu hari (berikutnya)." (HR Ibnu Majah dan Ahmad)
• Niat puasa:
نَوَيْتُ صَوْمَ دَاوُدَ سَنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma dâwuda lillahi ta'âlâ
Artinya: "Aku niat puasa Daud esok hari, sunnah karena Allah Ta'ala."
2. Puasa Senin dan Kamis
Rasulullah SAW terbiasa melaksanakan puasa sunnah pada hari Senin dan Kamis. Jenis puasa ini termasuk dalam sunnah muakkad, yaitu anjuran yang kuat. Keutamaannya disampaikan dalam hadits berikut, diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
"Sesungguhnya amal-amal manusia dilaporkan (kepada Allah) pada hari Senin dan Kamis. lalu Allah SWT mengampuni setiap muslim (atau mukmin), kecuali dua orang yang saling menjauh. Allah SWT berkata, 'Tangguhkanlah untuk keduanya.'" (HR Ahmad)
• Bacaan niat puasa Senin:
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ اْلاِثْنَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
Nawaitu sauma yaumal itsnaini sunnatan lillahi tana’ala.
Artinya: "Saya niat puasa hari Senin, sunnah karena Allah ta’ala."
• Niat puasa Kamis:
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ الْخَمِيْسِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
Nawaitu sauma yaumal khomiisi sunnatan lillahi tana’ala.
Artinya: "Saya niat puasa hari Kamis, sunnah karena Allah ta’ala."
Baca juga: Mengenal puasa sunnah Syawal: Pengertian dan bacaan niatnya
3. Puasa ayyamul bidh
Puasa ini dilaksanakan setiap tanggal 13, 14, dan 15 pada kalender Hijriah. Rasulullah SAW mengibaratkan pahala puasa Ayyamul Bidh seperti berpuasa sepanjang tahun. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Hibban.
• Niat bacaan puasa ayyamul bidh:
نَوَيْتُ صَوْمَ اَيَّامَ اْلبِيْضِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu sauma Ayyaamal Bidh sunnatan lillaahi Ta'ala.
Artinya: "Saya niat puasa Ayyamul Bidh, sunnah karena Allah ta'ala."
4. Puasa enam hari di bulan syawal
Setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan, umat Islam dianjurkan untuk menambahnya dengan enam hari puasa di bulan Syawal. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ayyub Al-Anshari, Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa berpuasa Ramadhan lalu melanjutkannya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka itu setara dengan puasa sepanjang tahun."
• Niat bacaan puasa syawal:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَةِ سِتَةٍ مِنْ شَوَالٍ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati sittatin min syawwâlin lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku niat puasa sunah Syawal di esok hari karena Allah swt.”
Baca juga: Tanggal dan bacaan niat Puasa Ayyamul Bidh pada April 2025
5. Puasa hari arafah
Puasa ini dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, bersamaan dengan wukuf di Arafah bagi jamaah haji. Bagi umat Islam yang tidak berhaji, puasa ini sangat dianjurkan karena memiliki keutamaan besar. Rasulullah SAW bersabda:
"Puasa pada hari Arafah dapat menghapuskan dosa selama dua tahun, yaitu tahun yang lalu dan tahun yang akan datang. Dan puasa pada hari Asyura dapat menghapuskan dosa tahun yang lalu.” (HR Muslim, Ahmad, An-Nasai, Ibnu Majah, dan Abu Dawud).
• Niat puasa hari arafah:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnati Arafah lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku berniat puasa sunnah Arafah esok hari karena Allah SWT.”
6. Puasa hari Asyura
Dikerjakan setiap tanggal 10 Muharram, puasa ini memiliki nilai keutamaan yang tinggi. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan, Rasulullah SAW bersabda:
"Hari ini adalah hari Asyura dan kalian tidak diwajibkan puasa pada hari ini. Sedangkan aku sekarang berpuasa pada hari ini. Siapa yang menghendaki, dia boleh berpuasa, dan siapa yang menghendaki dia boleh tidak berpuasa." (HR Bukhari dan Muslim)
• Niat puasa hari Asyura:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin 'an ada'i sunnati 'Asyura lillahi ta'ala
Artinya: "Saya berniat berpuasa sunnah Asyura karena Allah Ta'ala."
Baca juga: Puasa qadha Ramadhan digabung dengan puasa Syawal apakah boleh?
7. Puasa hari Tasu'a
Untuk membedakan diri dari kaum Yahudi dan Nasrani yang juga memuliakan hari Asyura, Rasulullah SAW berniat menambahkan puasa di hari sebelumnya, yaitu 9 Muharram. Dalam hadits riwayat Ahmad dan Muslim, Rasulullah bersabda:
"Seandainya usiaku masih sampai pada tahun depan, sungguh aku akan berpuasa pada hari ke sembilan (Tasu'a)."
Ibnu Abbas RA menuturkan bahwa Rasulullah SAW wafat sebelum sempat melaksanakan puasa Tasu’a tersebut, tetapi anjuran itu tetap menjadi pedoman.
• Niat puasa Tasu’a:
نَوَيْتُ صَوْمَ تَاسُعَاءْ سُنَّةَ ِللهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma tasu'a sunnatan lillahi ta'ala
Artinya: "Saya berniat berpuasa sunnah Tasu'a, sunnah karena Allah Ta'ala."
8. Puasa di bulan syaban
Aisyah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW seringkali memperbanyak puasa di bulan Syaban. Ia berkata:
"Aku tidak melihat Rasulullah Saw menyempurnakan puasa dalam satu bulan, kecuali bulan Ramadhan. Dan aku tidak melihat beliau memperbanyak puasa dalam suatu bulan, kecuali bulan Syaban." (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasai, dan Malik)
• Niat puasa bulan syaban:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ شَعْبَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin 'an adaa'i sunnati Sya'bana lillaahi ta'aalaa.
Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Syaban esok hari karena Allah Ta'ala."
9. Puasa di bulan haram
Empat bulan dalam kalender Islam yang disebut sebagai bulan haram Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab merupakan waktu yang dimuliakan, dan sangat dianjurkan untuk memperbanyak ibadah termasuk puasa. Rasulullah SAW bersabda:
"Berpuasalah pada (sebagian) bulan haram, lalu tinggalkanlah. Berpuasalah pada (sebagian) bulan haram, lalu tinggalkanlah. Dan berpuasalah pada (sebagian) bulan haram, lalu tinggalkanlah." (HR Nasai, Ahmad, dan Ibnu Khuzaimah).
Baca juga: Kapan boleh melaksanakan puasa Syawal setelah hari raya Idul Fitri?
Baca juga: Niat puasa Syawal dan deretan keutamaan bagi yang menjalankannya
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025