Bahasa isyarat yang digunakan di Indonesia, beserta perbedaannya

1 week ago 20

Jakarta (ANTARA) - Bahasa isyarat merupakan alat komunikasi visual yang digunakan oleh teman-teman Tuli untuk berinteraksi. Dengan memanfaatkan gerakan tangan, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh, bahasa ini menggantikan peran suara dalam komunikasi.

Di Indonesia, terdapat dua bahasa isyarat utama yang digunakan, yaitu Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Keduanya memiliki ciri khas, peran, serta perbedaan yang signifikan dalam penggunaannya.

Apa itu bahasa isyarat?

Bahasa isyarat adalah metode komunikasi yang dirancang untuk menyampaikan informasi secara visual. Setiap bahasa isyarat di dunia memiliki tata bahasa, kosakata, dan struktur yang berbeda, menyesuaikan dengan budaya dan kebutuhan komunitasnya. Di Indonesia, pengembangan bahasa isyarat menjadi bagian penting dari strategi nasional untuk mendukung masyarakat Tuli.

Baca juga: Juru bahasa isyarat harap penggunaan juru bahasa tak hanya di Peparnas

Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI)

SIBI adalah sistem isyarat yang dirancang oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1981 sebagai standar komunikasi resmi bagi penyandang Tuli.

Sistem ini disusun berdasarkan tata bahasa Indonesia, sehingga mempermudah proses belajar siswa Tuli di sekolah luar biasa (SLB) untuk memahami kurikulum nasional.

Karakteristik utama SIBI:

  1. Struktur bahasa: SIBI mengikuti pola tata bahasa Indonesia, sehingga gerakan tangan dan ekspresi wajah mencerminkan susunan kata serta pola kalimat formal.
  2. Penggunaan formal: SIBI banyak digunakan dalam institusi pendidikan formal, acara resmi, dan komunikasi di lingkungan pemerintahan.
  3. Keterbatasan fleksibilitas: Karena sifatnya yang formal dan terstruktur, SIBI sering dianggap kurang natural bagi komunitas Tuli dalam interaksi sehari-hari.

Baca juga: Kominfo sediakan Juru Bahasa Isyarat guna informasi inklusif Peparnas

Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO)

BISINDO berkembang secara alami di kalangan komunitas Tuli Indonesia. Bahasa ini lebih mencerminkan kebutuhan serta budaya masyarakat Tuli, dengan ciri khas penggunaan dua tangan dalam pengisyaratan.

BISINDO dianggap lebih fleksibel dan dinamis, sehingga lebih sesuai untuk komunikasi sehari-hari.

Karakteristik Utama BISINDO:

  1. Struktur bahasa visual: BISINDO tidak mengikuti tata bahasa Indonesia, tetapi lebih intuitif dan mudah dipahami oleh pengguna.
  2. Penggunaan harian: BISINDO digunakan secara luas dalam interaksi sehari-hari oleh komunitas Tuli.
  3. Berbasis daerah: Bahasa ini memiliki variasi regional yang mencerminkan perbedaan geografis dan budaya lokal masyarakat Tuli.

Perbandingan antara SIBI dan BISINDO

SIBI dan BISINDO memiliki fungsi dan penggunaannya masing-masing. SIBI dirancang untuk mendukung pendidikan formal, sedangkan BISINDO berkembang sebagai alat komunikasi utama dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan utama antara keduanya meliputi beberapa aspek:

Baca juga: BRIN kembangkan teknologi penerjemah Bahasa Isyarat Indonesia

  1. Asal-usul: SIBI dikembangkan oleh pemerintah Indonesia untuk memenuhi kebutuhan komunikasi resmi, sementara BISINDO berkembang secara alami di tengah komunitas Tuli.
  2. Tata bahasa: SIBI mengikuti tata bahasa Indonesia yang formal, sedangkan BISINDO lebih fleksibel dan tidak terstruktur secara kaku.
  3. Penggunaan tangan: SIBI menggunakan satu tangan dalam gerakan isyaratnya, sedangkan BISINDO memanfaatkan dua tangan, menjadikannya lebih ekspresif.
  4. Konteks penggunaan: SIBI lebih sering digunakan di lingkungan pendidikan formal dan acara resmi, sementara BISINDO lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh komunitas Tuli.
  5. Fleksibilitas: SIBI memiliki sifat yang lebih kaku karena terstandar, sedangkan BISINDO lebih dinamis dan intuitif, sehingga lebih mudah diterapkan dalam berbagai situasi komunikasi informal.

Bahasa isyarat di Indonesia memainkan peran penting dalam mendukung komunikasi dan pemberdayaan komunitas Tuli. SIBI hadir sebagai sistem formal untuk mendukung pendidikan inklusif, sementara BISINDO menjadi pilihan utama dalam interaksi sehari-hari karena sifatnya yang fleksibel dan ekspresif.

Pemahaman terhadap kedua bahasa ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung komunitas Tuli di Indonesia.

Baca juga: Juru bahasa isyarat, membahasakan yang kadang tak diterjemahkan

Baca juga: Disnaker Batam bekali SDM dari 15 perusahaan dengan bahasa isyarat

Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |