Khutbah Idul Adha 2025: Mengukir jiwa qurban dalam kehidupan

2 days ago 9

Jakarta (ANTARA) - Gaung takbir segera berkumandang, memenuhi antero penjuru. Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah kembali menyapa, membawa serta makna mendalam tentang ketaatan dan pengorbanan. Di tengah semarak perayaan ini, sebuah tema khutbah yang relevan untuk Idul Adha 2025 mengemuka: "Membangun Jiwa yang Qurban".

Khutbah ini mengajak umat Muslim untuk merenungkan lebih dari sekadar ritual penyembelihan hewan, melainkan pada esensi spiritual di balik ibadah qurban itu sendiri. Qurban, dalam konteks yang lebih luas, adalah sebuah proses panjang untuk membangun dan mengasah jiwa yang taat dan penuh ketakwaan dalam hati setiap insan beriman.

Meneladani keikhlasan Nabi Ibrahim

Penting untuk kembali meneladani kisah Nabi Ibrahim AS. Kala perintah Allah datang untuk mengorbankan putra tercinta, Ismail, tak sedikit pun keraguan menyelimuti hatinya. Dengan keikhlasan dan keyakinan teguh, ia patuh menjalankan titah Ilahi. Kisah ini menjadi cerminan nyata dari ketakwaan sejati: menyerahkan apa yang paling dicintai demi menggapai ridha Allah SWT.

Qurban, dengan demikian, bukan hanya tentang ritual. Ia adalah sebuah pelajaran berharga tentang keberanian melepaskan ego, keikhlasan dalam memberi, dan ketulusan dalam berbagi. Ia mengingatkan bahwa segala yang dimiliki hanyalah titipan, dan yang terpenting adalah sejauh mana seorang hamba mampu tunduk dan patuh pada perintah-Nya.

Baca juga: Cara menikmati daging kurban Idul Adha tanpa khawatir kolesterol

Qurban: Melatih diri melepaskan keterikatan dunia

Ketika seorang Muslim berqurban, sejatinya ia tengah melatih diri untuk tidak terikat pada gemerlap dunia. Proses ini menumbuhkan pribadi yang tidak rakus, tidak kikir, dan tidak egois. Qurban mendorong kepedulian terhadap sesama, berbagi kebahagiaan dengan mereka yang membutuhkan, serta menanamkan keyakinan bahwa setiap perbuatan dilakukan semata-mata demi mencari ridha Allah.

Jiwa qurban tak hanya bersemayam saat penyembelihan hewan di hari raya. Ia harus terus dibangun setiap hari dalam setiap sendi kehidupan. Bentuknya sederhana, seperti rutin berbagi kepada yang membutuhkan, meluangkan waktu membantu sesama, dan belajar menahan diri dari sifat egois serta berlebihan dalam urusan materi. Inilah hakikat qurban yang sesungguhnya: pengorbanan hati yang berkelanjutan.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa yang meninggalkan kehinaan maksiat, lalu melaksanakan kemuliaan taat, maka Allah akan menjadikannya sebagai orang yang kaya tanpa harta, kuat tanpa pasukan, dan menang tanpa bala (bantuan kelompoknya)." (HR. Baihaki). Hadis ini menegaskan bahwa qurban adalah wujud nyata dari perjalanan spiritual seorang hamba, beranjak dari kehinaan maksiat menuju keluhuran ketaatan.

Baca juga: Hari Tasyrik 2025: Makna, larangan puasa, dan amalan yang dianjurkan

Keberkahan qurban dan pembersihan jiwa

Qurban juga mengajarkan makna pengorbanan yang hakiki, bukan hanya fisik, melainkan juga pengorbanan hati dan jiwa. Melalui qurban, umat Muslim dilatih untuk mengikis sifat cinta dunia yang berlebihan, menumbuhkan empati terhadap sesama yang kurang beruntung, serta memperkuat ikatan ukhuwah Islamiyah. Ini adalah manifestasi nyata dari ketakwaan yang melahirkan jiwa bersih, ikhlas, dan penuh kasih sayang. Keberkahan qurban tak hanya pada daging yang dibagikan, melainkan pada perubahan hati yang semakin dekat kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada amal seorang anak Adam pada hari penyembelihan (hari qurban) yang lebih dicintai Allah selain dari menumpahkan darah (hewan qurban). Sesungguhnya darah itu akan sampai pada hari kiamat dengan tanduk, bulu, dan kuku hewan tersebut. Dan sesungguhnya darah itu jatuh di sisi Allah sebelum jatuh di bumi, maka sucikanlah dengan darah itu jiwa kalian." (HR. Muslim).

Setiap tetes darah yang mengalir dan setiap daging yang dibagikan menjadi saksi atas usaha seorang umat untuk menjadi hamba yang taat. Qurban adalah simbol pengorbanan dan ketundukan kepada Allah, sekaligus sarana untuk membersihkan jiwa dari noda dunia dan dosa.

Pada akhirnya, qurban bukan sekadar menyembelih hewan. Ia adalah tentang menyembelih ego dan nafsu yang kerap menghalangi dari ketaatan kepada Allah. Seperti Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan putranya, kita pun diajak untuk berani melepaskan segala yang dicintai demi ridha-Nya.

Oleh karena itu, mari jadikan momen Idul Adha ini bukan hanya ritual tahunan, tetapi juga momentum untuk menyembelih ego dan cinta dunia yang berlebihan dalam diri. Dengan jiwa yang qurban, insya Allah Anda akan menjadi pribadi yang ikhlas, sabar, dan senantiasa siap berkorban demi meraih ridha Allah SWT.

Baca juga: Niat puasa Tarwiyah dan Arafah lengkap dengan tata caranya

Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |