Jakarta (ANTARA) - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi momentum penting bagi umat Islam untuk mengenang kelahiran Rasulullah sekaligus meneladani akhlak serta perjuangan beliau. Nabi Muhammad SAW merupakan sosok teladan bagi seluruh umat Islam, dengan perjalanan hidup yang penuh hikmah, kebijaksanaan, serta ketabahan. Sejak kelahiran hingga wafatnya, kisah hidup Rasulullah SAW menyimpan pelajaran berharga yang abadi.
Kelahiran dan masa kecil
Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal Tahun Gajah atau bertepatan dengan 21 April 571 Masehi di Kota Mekkah. Tahun kelahiran beliau dikenal dengan peristiwa tentara bergajah pimpinan Abrahah yang hendak menghancurkan Ka’bah, namun digagalkan oleh burung Ababil sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Fil.
Beliau lahir dari suku Quraisy, suku yang paling dihormati di kalangan bangsa Arab saat itu, tepatnya dari Bani Hasyim. Sejak dalam kandungan dua bulan, Nabi sudah yatim karena ayahandanya, Abdullah bin Abdul Muthalib, wafat lebih dahulu. Setelah lahir, beliau disusui oleh Halimah Sa’diyah, yang dikenal dengan keikhlasannya. Pada usia enam tahun, ibunda tercinta, Aminah, wafat, sehingga Nabi Muhammad SAW menjadi yatim piatu.
Sejak itu, beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Namun ketika sang kakek wafat, tanggung jawab perawatan Nabi diambil alih oleh pamannya, Abu Thalib. Meski tumbuh dalam keterbatasan, Muhammad kecil sudah menunjukkan akhlak mulia, kejujuran, dan kecerdasan sehingga mendapat gelar Al-Amin atau orang yang dapat dipercaya.
Baca juga: Maulid Nabi, meneladani spiritualitas ekonomi Rasulullah
Masa remaja
Sejak remaja, Nabi Muhammad SAW menjaga dirinya dari kebiasaan buruk yang lazim di masyarakat Arab kala itu. Beliau tidak pernah mengikuti pesta maupun pergaulan bebas. Pada usia muda, beliau sudah terbiasa menggembala kambing, berdagang, dan membantu pamannya.
Ketika berusia 12 tahun, Muhammad ikut bersama Abu Thalib dalam perjalanan dagang ke Syam. Di perjalanan itu, seorang pendeta bernama Buhaira melihat tanda-tanda kenabian pada diri beliau dan memperingatkan Abu Thalib agar menjaga keponakannya dari ancaman kaum Yahudi.
Pada usia 25 tahun, Muhammad dipercaya membawa barang dagangan milik Khadijah, seorang saudagar kaya Mekkah. Kejujuran serta kecakapannya membuat Khadijah terkesan hingga akhirnya meminang Muhammad menjadi suaminya. Pernikahan mereka menjadi rumah tangga yang harmonis, dan Khadijah selalu mendukung perjuangan Nabi, termasuk ketika beliau menerima wahyu pertama.
Diangkat menjadi Rasul
Memasuki usia 40 tahun, Muhammad semakin sering beribadah dan merenung di Gua Hira. Pada suatu malam di bulan Ramadan, Malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu pertama, yakni Surah Al-‘Alaq ayat 1–5. Peristiwa ini menandai diangkatnya beliau sebagai Rasul terakhir.
Awalnya dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun. Orang-orang pertama yang masuk Islam adalah Khadijah, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Mereka kemudian dikenal sebagai as-sabiqunal awwalun (golongan pertama yang memeluk Islam).
Setelah itu, Nabi mendapat perintah untuk berdakwah secara terang-terangan. Namun, dakwah beliau mendapat penentangan keras dari kaum Quraisy, terutama tokoh-tokoh seperti Abu Jahal dan Abu Lahab. Umat Islam saat itu banyak menerima ejekan, siksaan, hingga ancaman.
Baca juga: Prabowo ajak umat Islam teladani akhlak Nabi Muhammad SAW
Isra Mi’raj dan hijrah
Di tengah tekanan, Allah SWT memuliakan Rasulullah SAW dengan perjalanan Isra’ Mi’raj. Dari Masjidil Haram beliau diperjalankan ke Masjidil Aqsa, lalu naik ke Sidratul Muntaha. Dalam peristiwa ini, Rasulullah SAW menerima perintah salat lima waktu bagi umat Islam.
Tekanan di Mekkah yang semakin berat membuat Nabi memerintahkan para sahabat untuk berhijrah ke Habasyah. Puncaknya, pada tahun 622 M, Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat hijrah ke Madinah. Peristiwa hijrah ini menjadi tonggak sejarah penting dalam Islam, hingga dijadikan penanggalan Hijriah.
Dakwah di Madinah
Selama 10 tahun di Madinah, Rasulullah SAW membangun masyarakat Islam yang berlandaskan iman, persaudaraan, dan keadilan. Beliau mendirikan masjid sebagai pusat dakwah, mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Ansar, serta membuat piagam Madinah yang mengatur kehidupan bersama antar umat beragama.
Rasulullah SAW juga memimpin berbagai peperangan untuk mempertahankan umat Islam, termasuk Perang Badar, Uhud, dan Khandaq. Di samping itu, beliau mengajarkan zakat, kurban, serta syariat lain yang menjadi pilar ajaran Islam.
Pada tahun 10 Hijriah, Nabi Muhammad SAW menunaikan haji yang kemudian dikenal dengan Haji Wada’. Dalam khutbah terakhirnya, beliau menegaskan pentingnya persaudaraan, kesetaraan, serta kewajiban umat Islam untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Wafatnya Rasulullah SAW
Tak lama setelah Haji Wada’, Rasulullah SAW jatuh sakit. Pada bulan Shafar tahun 11 Hijriah, beliau mengalami demam tinggi. Lima hari sebelum wafat, kondisi beliau semakin melemah.
Pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal 11 Hijriah (632 M), Nabi Muhammad SAW wafat pada usia 63 tahun di pangkuan istri ketiganya, Aisyah RA. Wafatnya Rasulullah SAW menorehkan duka mendalam bagi umat Islam. Namun, ajaran dan teladan beliau tetap hidup hingga kini sebagai pedoman utama umat Islam di seluruh dunia.
Baca juga: Ribuan warga Palestina rayakan Maulid Nabi di Hebron diawasi Israel
Baca juga: Korlantas: Arus Tol Japek naik 40,48 persen pada libur Maulid Nabi
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.