Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Denpasar menetapkan status tanggap darurat bencana banjir menyusul curah hujan tinggi yang melanda sejumlah wilayah Bali sejak Selasa (9/9). Banjir tersebut menelan korban jiwa, menggenangi permukiman, serta mengganggu aktivitas masyarakat.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, terdapat sejumlah faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya banjir di Bali.
1. Aktifnya gelombang Rossby ekuatorial
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar menyebutkan penyebab dominan banjir adalah aktifnya gelombang Rossby ekuatorial. Gelombang atmosfer ini bergerak ke arah barat di sekitar garis khatulistiwa dan mendukung terbentuknya awan konvektif, yaitu awan yang menghasilkan hujan lebat.
"Gelombang Rossby yang sedang aktif di wilayah Bali memperkuat pertumbuhan awan konvektif sehingga curah hujan meningkat signifikan," kata Ketua Kelompok Kerja Operasional Meteorologi BBMKG Wilayah III Wayan Musteana di Denpasar.
Gelombang ini terbentuk akibat interaksi rotasi bumi (efek Coriolis) dengan gradien tekanan udara. Dalam fase aktif, angin zonal menjadi lebih labil, kelembapan meningkat, dan hujan deras lebih mudah terjadi di kawasan tropis seperti Bali.
Baca juga: Menteri PU gerak cepat buka akses jalan nasional terdampak banjir Bali
2. Curah hujan Ekstrem
BMKG mencatat sebagian besar kabupaten/kota di Bali mengalami curah hujan lebat hingga ekstrem pada 9–10 September 2025. Intensitas hujan mencapai lebih dari 150 milimeter per hari di beberapa titik, termasuk di Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem, dan Kota Denpasar.
"Kondisi ekstrem ini dipicu dinamika atmosfer, ditambah kelembapan udara yang tinggi hingga lapisan 200 milibar atau setara 12.000 meter," jelas Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho.
Kondisi atmosfer lembap tersebut memicu terbentuknya awan dengan puncak tinggi, sehingga hujan turun deras disertai petir dan angin kencang.
3. Meluapnya sungai dan keterbatasan drainase
Selain faktor atmosfer, debit air sungai yang meningkat drastis juga menjadi pemicu banjir. Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara menjelaskan, naiknya debit air sungai di wilayah hulu akibat curah hujan tinggi menyebabkan Tukad Badung dan beberapa aliran sungai lainnya meluap ke permukiman.
Ketidakmampuan saluran drainase menampung kelebihan air turut memperburuk situasi. Air hujan yang tidak tertampung melintasi tanggul alami maupun buatan, sehingga menggenangi kawasan permukiman dan pusat aktivitas masyarakat, termasuk Pasar Badung dan permukiman di sekitar Pura Demak.
Baca juga: Pemkab Gianyar utamakan perbaikan jalan & pipa air bersih pasca-banjir
4. Transisi musim dan suhu laut yang hangat
BMKG juga menambahkan, banjir terjadi seiring transisi Bali dari musim kemarau menuju musim hujan. Pada periode ini, kelembapan udara meningkat dan suhu permukaan laut di sekitar Bali cenderung hangat, yang semakin memperkuat terbentuknya awan hujan.
Kombinasi faktor atmosfer, laut, dan daratan inilah yang memperbesar peluang terjadinya hujan ekstrem.
Banjir yang melanda Bali dalam dua hari terakhir menimbulkan dampak signifikan, termasuk jatuhnya korban jiwa sebanyak sembilan orang. Pemerintah Kota Denpasar telah mendirikan posko terpadu penanganan bencana, didukung oleh BPBD Kota Denpasar dan BPBD Provinsi Bali, serta melibatkan jajaran organisasi perangkat daerah (OPD), perbekel, dan lurah.
BMKG memperkirakan potensi hujan ringan hingga sedang masih dapat terjadi di sebagian besar wilayah Bali dalam tiga hari ke depan, sebelum intensitas cuaca berangsur menurun.
Baca juga: Menteri PU gerak cepat buka akses jalan nasional terdampak banjir Bali
Baca juga: Empat korban banjir Denpasar ditemukan meninggal dunia
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.