Jakarta (ANTARA) - Budaya Indonesia tidak hanya terdiri dari pakaian adat, rumah tradisional, atau bahasa daerah, tetapi juga melalui nama yang melekat pada seseorang.
Di Maluku, nama tersebut dikenal dengan istilah fam (familienam) atau mataruma, yang berarti nama keluarga atau marga.
Marga ini menjadi penanda asal-usul seseorang dan keluarganya, sekaligus menunjukkan identitas sosial serta warisan leluhur yang masih dijaga hingga kini.
Dalam tradisi masyarakat Maluku, pemberian marga tidak dilakukan secara sembarangan kepada seseorang.
Nama ini biasanya diwariskan dari pihak ayah (patrilineal) dan memiliki makna yang berkaitan dengan latar belakang keluarga, agama, profesi, hingga asal-usul leluhur.
Setiap marga yang dimiliki masyarakat Maluku memiliki nilai sejarah dan kebanggaan tersendiri bagi pemiliknya.
Selain itu, keberagaman marga di Maluku juga menunjukkan adanya percampuran pengaruh luar. Hal ini tak lepas dari sejarah panjang wilayah ini sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dunia, khususnya cengkih dan pala.
Sehingga, sejumlah marga di Maluku mengandung unsur bahasa Eropa, seperti Belanda dan Portugis karena interaksi budaya yang terjadi di masa lalu.
Saat ini terdapat ratusan marga di Maluku, masing-masing memiliki kisah dan makna berbeda. Beberapa di antaranya antara lain:
- Abarua: Berkaitan dengan sejarah perdagangan dan pelayaran di Maluku pada zaman dahulu.
- Abel: Menandakan suatu keberanian dan kepemimpinan.
- Abishalom: Kedamaian dan sering dihubungkan dengan pemimpin spiritual.
- Abraham dan Abrahams: Menandakan pengaruh agama yang besar dalam keluarga.
- Agustinus: Menandakan kekuatan spiritual yang besar dalam agama Kristen.
- Akel: Adanya ketangguhan dan keterikatan dengan alam.
- Alkatiri: Melambangkan keberanian dalam menjaga tradisi daerah.
- Bachdim: Asimilasi budaya yang masuk ke Maluku.
- Bakarbessy: Salah satu marga yang dipilih untuk menjadi raja dari empat marga yang berada di wilayah pantai Waai, Salahutu, Maluku Tengah.
- Basalamah: Melambangkan moralitas yang tinggi serta hubungan yang erat dengan agama yang dianut.
- Bin Umar: Berasal dari desa Talake, Ambon yang beragama Islam.
- Corputty: Berasal dari desa Ruma Kay, Seram Bagian Barat serta identik dengan agama Kristen.
- Huwaa: Marga yang digunakan untuk keturunan maueng atau yang terjun bidang adat.
- Latuconsina: Termasuk salah satu marga yang paling tua di Maluku. Nama Latuconsina diyakini berasal dari bahasa Portugis “La Tu Cousine”, yang berarti “sepupumu”. Marga ini berakar dari desa Latuhalat dan umumnya dikenal dalam komunitas beragama Islam. Sejumlah tokoh dari keluarga ini juga banyak berkiprah di bidang pendidikan, budaya, dan seni.
- Latuharhary: Marga yang dikenal luas melalui Johannes Latuharhary, Gubernur Maluku ke-1 serta anggota dari BPUPKI.
- Latumeten: Berasal dari Pulau Ambon.
- Leatomu: Salah satu marga yang ada di Maluku.
- Leimena: Marga yang berkontribusi besar dalam bidang pemerintahan dan kesehatan. Salah satu tokohnya adalah Dr. Johannes Leimena, Menteri Kesehatan serta Wakil Perdana Menteri Indonesia.
- Lekatompessy: Marga yang berasal dari Latuhalat, Ambon.
- Loupatty: Marga berasal dari Pulau Tuhaha, Maluku Tengah.
- Mailoa: Marga yang berasal dari Kepulauan Kei, Maluku Tenggara.
- Manuhutu: Marga yang dikenal dalam perannya di bidang pemerintahan, politik, dan pendidikan, serta perjuangannya dalam kemerdekaan Indonesia.
- Matulessy: Marga yang sangat dihormati karena sejarah panjangnya dalam melawan Belanda di masa penjajahan dan berasal dari Pulau Saparua yang bermakna "mata dari Lessy". Tokoh yang mengenalkannya yaitu Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura.
- Nurlette: Marga yang berasal dari desa Batu Merah, Ambon yang beragama Islam ataupun Kristen.
- Oratmangoen: Salah satu marga yang berasal dari Kepulauan Tanimbar.
- Pattiha: Berasal dari desa Iha, Seram Bagian Barat dan identik dengan agama Islam.
- Pattynama: Marga ini identik dengan wilayah Maluku Tengah.
- Pesulima: Marga ini digunakan untuk keturunan dari kewang atau polisi hutan.
- Rahayaan: Berasal dari Kepulauan Kei, Maluku Tenggara.
- Rehatta: Marga ini digunakan untuk keturunan raja atau seseorang yang terjun di bidang pemerintah.
- Renwarin: Marga yang berasal dari wilayah Seram dan sekitarnya.
- Riry: Marga yang tersebar di Maluku, termasuk Ambon dan Seram.
- Salampessy: Marga yang sering ditemukan di Seram bagian tengah dan barat.
- Selano: Berasal dari desa Haria, Maluku Tengah yang identik dengan agama Kristem.
- Serang: Marga yang berasal dari Banda Eli, Maluku Tenggara dan identik dengan agama Islam.
- Siahaya: Banyak dijumpai di Seram bagian Selatan serta merupakan marga bagi Suku Masyarakat Maluku.
- Souisa: Marga yang berasal dari Pulau Ambon serta pulau-pulau Lease, yakni Saparua, Haruku, dan Nusalaut.
- Soumokil: Marga yang berasal dari Pulau Haruku ini berarti ‘tanah yang subur’ atau ‘keturunan dari wilayah yang kaya atas tumbuhan’. Selain itu, marga ini dikenal oleh Chris Soumokil, presiden Republik Maluku Selatan (RMS).
- Tabalubun: Marga yang berasal dari Tanimbar Kei, Maluku Tenggara dan identik dengan agama Islam ataupun Kristen.
- Talane: Marga yang berasal dari wilayah utara Seram.
- Tamtelahitu: Marga untuk keturunan juru tulis.
- Tuhuteru: Berasal dari desa Buano, Hatusua, Seram Bagian Berat yang identik dengan agama Islam dan Kristen.
- Tupamahu: Nerasal dari Pulau Seram dan berarti ‘pohon kuat’ atau seseorang yang berasal dari keturunan yang kuat layaknya pohon.
- Tupan: Berasal dari Pulau Buru.
- Umassangadji: Sama seperti Tupan, marga ini juga berasal dari Pulau Buru.
- Waas: Marga yang berasal dari pulau Buru.
- Wakano: Berasal dari desa Latu, Maluku Tengah yang beragama Islam atau Kristen.
- Watimena: Cukup dikenal dan banyak dijumpai di masyarakat yang berada di wilayah Maluku Tengah.
- Wattilete: Marga ini berasal dari desa Eri, Ambon yang beragama Kristen.
- Zahab: Marga yang berasal dari Banda Neira.
Selain marga tersebut, masih banyak nama fam lainnya yang tersebar di berbagai wilayah Maluku dengan ciri khas dan sejarahnya.
Fam atau marga masyarakat Maluku menjadi suatu identitas, penghormatan terhadap leluhur, dan bukti kekayaan budaya yang diwariskan turun-temurun.
Sampai saat ini, tradisi penggunaan marga masih dipertahankan oleh masyarakat Maluku sebagai bentuk kebanggaan dan penghormatan terhadap sejarah keturunan mereka.
Warisan ini bukan hanya sekadar nama keluarga, tetapi juga simbol persaudaraan dan jati diri yang memperkaya kebudayaan Indonesia.
Baca juga: Geolog Unpatti: Pendidikan mitigasi bangun budaya tanggap bencana
Baca juga: Papalele, warisan budaya takbenda perempuan Maluku
Baca juga: Ekspedisi Buru ungkap potensi alam dan budaya Maluku
Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.