Jakarta (ANTARA) - Letak Indonesia yang berada di pertemuan antara tiga lempeng tektonik aktif, yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik, menjadikan negara ini memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana letusan gunung berapi dan gempa bumi.
Kerentanan ini dipengaruhi pula oleh wilayah Indonesia yang berada dalam zona Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), yakni kawasan berbentuk tapal kuda di sekitar Samudera Pasifik yang dikenal sebagai salah satu wilayah dengan aktivitas geologis paling intens di dunia.
Berdasarkan situs resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), terdapat sekitar 75 persen gunung berapi aktif dunia dan 90 persen aktivitas gempa bumi global terjadi di wilayah sepanjang jalur Cincin Api Pasifik.
Kondisi tersebut membuat Indonesia memiliki 127 gunung berapi aktif atau setara dengan 13 persen dari gunung berapi aktif di dunia dan ribuan gempa tercatat terjadi di berbagai wilayah terjadi setiap tahunnya.
Maka, penting untuk mengenal dan memahami zona rawan bencana yang berada di Indonesia agar kita mengetahui potensi ancaman di sekitar tempat tinggal, mempersiapkan mitigasi yang tepat, serta meningkatkan kewaspadaan.
Kawasan Rawan Bencana (KRB)
Kawasan Rawan Bencana (KRB) merupakan istilah yang sering disebut dalam peringatan bencana gunung api.
Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 11 Tahun 2016, Kawasan Rawan Bencana (KRB) adalah kawasan yang pernah terlanda atau diidentifikasi berpotensi terancam bahaya erupsi gunung api baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penetapan KRB bertujuan menjadi acuan baik bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun masyarakat dalam upaya mitigasi bencana serta penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah.
KRB dibagi ke dalam tiga zona sebagai berikut:
1. KRB III
Melansir dari situs resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNP), KRB III (merah) merupakan kawasan yang paling sering dan sangat berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran bom vulkanik, gas beracun, dan guguran batu pijar.
KRB III meliputi kawasan di sekitar puncak gunung berapi. Siapa pun tidak dianjurkan untuk mendirikan hunian tetap dan memanfaatkan area ini untuk aktivitas komersial.
2. KRB II
KRB II (merah muda) merupakan kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran batu pijar, hujan abu lebat, hujan lumpur panas, aliran lahar, dan gas beracun.
KRB II dibagi ke dalam dua bagian:
1) Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa seperti awan panas, aliran lava, guguran batu, aliran lahar, dan gas beracun. Kawasan ini mencakup lembah-lembah sungai yang berhulu di sekitar puncak gunung dan dapat terdampak hingga radius 10 km dari pusat erupsi.
2) Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran dan jatuhan seperti lontaran batu, hujan abu lebat, dan hujan lumpur panas. Kawasan ini biasanya mencakup hutan alam dan hutan lindung dengan radius 5 km dari pusat kawah.
Apabila kegiatan gunung api meningkat, masyarakat diharuskan mengungsi hingga daerah ini dinyatakan aman kembali oleh Pimpinan Pemerintah Daerah sesuai ketentuan yang berlaku
3. KRB I
KRB I (kuning) merupakan kawasan yang berpotensi dilalui lahar atau banjir lahar, dan memungkinkan untuk terdampak perluasan awan panas.
Jika terjadi letusan yang lebih besar, kawasan ini juga dapat terdampak material jatuhan seperti hujan abu lebat dan lontaran batu pijar.
KRB I dibagi menjadi dua bagian:
1) Kawasan rawan terhadap lahar yang berlokasi di sepanjang lembah bantaran sungai, terutama yang berhulu di daerah puncak.
2) Kawasan rawan terhadap hujan abu tanpa memperhitungkan arah pergerakan angin.
Pantau aktivitas gunung api
Masyarakat yang ingin memantau aktivitas gunung api secara real-time bisa melakukannya melalui aplikasi MAGMA Indonesia.
Aplikasi yang dirancang dan dikembangkan oleh PNS Badan Geologi, Kementerian ESDM ini menyediakan informasi dan rekomendasi terkait kebencanaan geologi terintegrasi seperti gunung api, gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah.
MAGMA akan menunjukkan nama-nama gunung api aktif di Indonesia beserta tingkat aktivitas dan status terkininya. Tidak hanya itu, kita juga bisa melihat rekomendasi yang bisa dilakukan untuk menjaga keselamatan.
Baca juga: BPBD Cianjur optimalkan peringatan dini & tindakan cepat atasi bencana
Baca juga: BNPB segera petakan zona rawan banjir lahar dingin Gunung Lewotobi
Baca juga: BNPB petakan desa-desa pesisir Trenggalek rawan tsunami
Pewarta: Nadine Laysa Amalia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































