Mengenal Kampung Batik Laweyan sebagai tempat wisata di Solo

4 days ago 10

Jakarta (ANTARA) - Solo dikenal sebagai kota yang penuh budaya, ragam kulinernya kaya rasa, sekaligus pusat tradisi Jawa yang masih terjaga dengan baik.

Salah satu kawasan yang menjadi saksi perjalanan panjang budaya tersebut adalah Kampung Batik Laweyan.

Tempat ini menjadi destinasi wisata yang menawarkan pengalaman edukasi budaya bagi pengunjung yang ingin mengenal batik lebih dekat.

Laweyan menghadirkan suasana kampung tua dengan jejak sejarah para saudagar batik yang mewarnai perkembangan industri batik Indonesia sejak berabad-abad lalu.

Apa itu Kampung Batik Laweyan?

Kampung Batik Laweyan dikenal sebagai salah satu destinasi batik unggulan di Indonesia. Di kawasan ini, wisatawan dapat menemukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kesenian batik. Mulai dari berbelanja, menyaksikan proses produksi, hingga mengikuti workshop membatik secara langsung.

Kampung ini berada di Jalan Sidoluhur No. 6, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, dan mudah dijangkau karena lokasinya berada di tengah kota.

Kawasan ini juga menjadi tempat menarik bagi wisatawan yang baru pertama kali datang ke Solo.

Melansir dari laman resminya, berikut sejumlah daya tarik yang membuat Laweyan menjadi salah satu tujuan wisata budaya yang sayang dilewatkan.

1. Kampung batik tertua di Indonesia

Industri batik tulis di Laweyan sudah berkembang pesat sejak abad ke-14 pada masa Keraton Pajang.

Kejayaan itu berlanjut hingga awal 1900-an, ketika teknik batik cap mulai dikenal dan mendorong lahirnya banyak saudagar batik besar.

Artefak, rumah-rumah tua, dan jejak sejarah industri batik di masa lampau menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan, akademisi, hingga media internasional yang ingin menelusuri warisan budaya batik Indonesia.

2. Adanya bangunan cagar budaya dengan arsitektur kuno

Laweyan identik dengan bangunan bersejarah dari era Keraton Pajang, abad ke-14 M hingga masa keemasan batik pada awal abad ke-20.

Rumah para juragan batik, yakni Mbok Mase dan Mas Nganten, masih berdiri megah bak istana dan kini banyak dialihfungsikan menjadi showroom batik.

Rumah tersebut juga sering digunakan sebagai lokasi syuting film dan program televisi karena memiliki arsitektur budaya Jawa klasik yang kuat.

3. Tempat surga belanja produk batik

Wisatawan dapat menemukan beragam toko dan showroom batik di sepanjang Jalan Sidoluhur dan gang-gang di sekitarnya.

Pilihan produknya pun beragam, mulai dari batik tradisional hingga modern, dengan harga yang cukup bersahabat.

Beberapa pengrajin juga melayani pesanan khusus sesuai model dan bahan yang diinginkan, bahkan ada yang dapat diselesaikan dalam satu hari.

4. Wisata edukasi batik

Laweyan menawarkan kesempatan bagi pengunjung untuk belajar membatik secara langsung.

Tersedia kelas singkat bagi wisatawan umum maupun program pembelajaran lanjutan bagi pelajar, komunitas, atau akademisi yang ingin mendalami proses pembuatan batik maupun aspek wirausahanya.

5. Jejak sejarah yang panjang dan inspiratif

Sejarah Laweyan memiliki kisah yang panjang, yakni sejak era Kerajaan Pajang dan berlanjut hingga masa pergerakan nasional.

Salah satu tokoh penting yang lahir dari kawasan ini adalah K.H. Samanhudi, pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI) pada tahun 1911.

Kisah perjuangan dan filosofi hidup masyarakat Laweyan menjadikan kawasan ini menarik bagi peneliti dan wisatawan yang ingin memahami peran kampung ini dalam sejarah bangsa.

6. Kawasan yang kental dengan syiar Islam

Laweyan juga memiliki jejak dakwah Islam yang dibawa oleh Kyai Ageng Henis, murid Sunan Kalijaga. Jejak tersebut masih terlihat dari keberadaan masjid-masjid tua yang masih digunakan hingga saat ini.

Nilai religius ini turut membentuk karakter masyarakat Laweyan yang dikenal agamis dan menjunjung tradisi.

7. Pelopor batik ramah lingkungan

Sejak 2006, Laweyan menjadi pelopor pengelolaan industri batik ramah lingkungan melalui pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal.

Program ini bekerja sama dengan GTZ Jerman dan BLH Surakarta dan menjadikan Laweyan sebagai rujukan bagi pemerintah daerah maupun pelaku UMKM dari berbagai wilayah dalam menerapkan industri yang lebih berkelanjutan.

8. Punya kuliner dengan cita rasa yang khas

Di tengah suasana kampung tua, pengunjung dapat menikmati beragam hidangan tradisional yang resepnya diwariskan turun-temurun.

Terdapat berbagai warung, toko makanan, hingga kafe yang menawarkan camilan hingga menu rumahan khas Jawa.

Untuk rombongan wisata, salah satunya tersedia paket kuliner khusus dengan menu “Laweyan tempo doeloe” yang disajikan prasmanan di rumah kuno para Mbok Mase.

9. Wisata hemat tanpa tiket masuk

Daya tarik lain dari destinasi ini yaitu wisatawan tidak dikenai biaya untuk memasuki kawasan Kampung Batik Laweyan. Pengunjung hanya perlu membayar biaya parkir sesuai ketentuan.

Akan tetapi, bagi wisatawan yang ingin mengikuti workshop membatik, tersedia biaya terpisah sesuai jenis pelatihan yang dipilih.

Baca juga: FPKBL kenalkan lilin batik berbahan baku sawit

Baca juga: Komisi VII DPR kunjungi Kampung Batik Laweyan Surakarta

Baca juga: Kampung Batik Laweyan kini dan nanti

Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |