Bendera Israel dan Iran. Ist - x /
Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY menyampaikan konflik antara Iran-Israel sampai saat ini belum berdampak pada kegiatan ekspor DIY. Kepala Disperindag DIY, Yuna Pancawati berharap konflik Iran-Israel bisa segera berhenti, sehingga tidak menambah persoalan baru bagi perdagangan global.
BACA JUGA: PBB Khawatir Perang Meluas Akibat Serangan AS ke Iran
Menurutnya hingga saat ini perdagangan global masih terdampak adanya perang Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas. Yuna mengatakan jika perang Iran-Israel berkepanjangan akan mengakibatkan masalah baru bagi bagi kegiatan ekspor DIY.
"Untuk saat ini belum terlihat dampaknya, karena perang baru saja terjadi," ucapnya, Sabtu (21/6/2025).
Ia menjelaskan saat ini ekspor DIY ke wilayah Timur Tengah sudah mengalami peningkatan. Terjadi peningkatan nilai ekspor sekitar 20% dari 37 juta dolar AS pada 2023, menjadi 47 juta dolar AS pada 2025. Produk yang diekspor seperti furniture, aneka kerajinan, serta garment.
Perjanjian kerjasama Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement (IUAE-CEPA) saat ini memberikan dampak positif pada peningkatan ekspor DIY ke Timur Tengah.
Dia mengatakan saat ini Disperindag DIY ingin mendorong ekspor dari produk makanan ke Timur Tengah, ada permintaan seperti keripik atau camilan.
"Keamanan sangat penting bagi kelancaran kegiatan ekspor. Jika terjadi blok/sekutu di wilayah Timur Tengah karena perang tersebut tentunya bisa menghambat ekspor DIY," jelasnya.
Pakar Ekonomi Politik Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Faris Al-Fadhat menyampaikan eskalasi konflik bersenjata Iran-Israel tidak hanya mengancam stabilitas geopolitik kawasan Timur Tengah, tetapi juga memicu kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi global, termasuk Indonesia.
Ia mengatakan perang ini berpotensi menekan pasar Iran, bahkan bisa berujung pada penghentian total aktivitas ekspor-impor negara tersebut. Apabila pasokan dari Iran terganggu, termasuk untuk produk yang biasa diekspor dari Indonesia, maka rantai pasok domestik akan ikut terdampak.
"Konflik ini bukan hanya ancaman politik dan keamanan, tetapi juga berdampak ekonomi," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, meski nilai perdagangan Indonesia dengan Iran tergolong kecil di bawah 200 juta dolar AS, dampaknya tetap signifikan karena produk ekspor tersebut sebagian besar diproduksi di dalam negeri. Gangguan ekspor berarti terganggunya kegiatan produksi nasional, yang bisa mengguncang stabilitas ekonomi.
Faris menjelaskan Indonesia sangat bergantung pada negara lain untuk pasokan energi, khususnya dari Qatar dan Arab Saudi. Volume perdagangan dengan Qatar mencapai 680 juta dolar AS dan hampir 800 juta dolar AS dengan Arab Saudi.
"Jika konflik memburuk dan menyeret kedua negara itu, Indonesia bisa terdampak lebih besar, terutama pada sektor energi yang sangat krusial," lanjutnya. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News