Konsultasi Nasional PRB dan MAPI di UKDW Soroti Krisis Iklim

15 hours ago 3

Konsultasi Nasional PRB dan MAPI di UKDW Soroti Krisis Iklim Ibadah Pembukaan Konsultasi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim (MAPI) yang berlangsung di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gondokusuman, Rabu (15/10 - 2025). / ist

Harianjogja.com, JOGJA—Seruan bagi gereja-gereja untuk terlibat aktif dalam merespons krisis iklim dan bencana mengemuka dalam Ibadah Pembukaan Konsultasi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim (MAPI) yang berlangsung di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gondokusuman, Rabu (15/10/2025).

Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pdt. Darwin Darmawan, melalui pemukulan gong sebagai tanda dimulainya pertemuan nasional. Mengusung tema “Meneguhkan Kemandirian Oikumenis untuk Keadilan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana,” acara ini menghimpun sekitar 200 peserta dari berbagai sinode gereja, lembaga kemanusiaan, perguruan tinggi, serta mitra ekumenis nasional dan internasional.

Sebagai tuan rumah, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) memainkan peran strategis dalam menghubungkan dunia akademik dengan gerakan keumatan yang peduli terhadap krisis iklim dan kebencanaan. Melalui Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Dr. Freddy Marihot Rotua Nainggolan, UKDW menegaskan pentingnya forum ini sebagai ruang berbagi kearifan lokal dan pengalaman komunitas dalam menghadapi ancaman bencana.

“Di sinilah kesempatan kita untuk berbagi dan menyampaikan pengalaman lokal. Setiap daerah memiliki cara unik untuk bertahan dalam situasi sulit, dan dari sinilah kita bisa saling belajar dan memperkaya pendekatan dalam mitigasi bencana dan perubahan iklim,” ungkapnya.

Keterlibatan UKDW mencerminkan komitmen dunia pendidikan dalam mendukung kerja-kerja kemanusiaan dan keadilan ekologis. Kolaborasi antara universitas dan gereja dinilai sebagai langkah penting untuk memperkuat kapasitas lokal, menghasilkan riset yang kontekstual, serta membangun advokasi publik yang berdampak.

Tema Konsultasi Nasional ini sejalan dengan salah satu fokus akademik UKDW, khususnya di bidang kebencanaan. Program Studi Magister Arsitektur UKDW, misalnya, telah merancang kurikulumnya agar lulusannya memiliki kompetensi dalam manajemen risiko bencana, baik di bidang arsitektur maupun dalam kajian lintas disiplin lainnya.

Selain itu, UKDW juga memiliki Centre for Disaster Risk Management and Sustainable Development (CDRMSD), sebuah pusat studi yang bertujuan membangun laboratorium kolaboratif untuk menghasilkan riset dan solusi nyata atas berbagai tantangan kebencanaan dan pembangunan berkelanjutan. Pusat studi ini menggunakan pendekatan multidisipliner yang kontekstual dan terkini dalam menjalankan misinya.

Dalam sambutannya, Pdt. Darwin Darmawan menggarisbawahi bahwa gereja perlu menjadi ruang mendengar bagi umat yang terpinggirkan, sekaligus menjadi agen perubahan dalam mewujudkan keadilan dan kepedulian terhadap ciptaan. Ia berharap hasil dari Konsultasi Nasional ini tidak berhenti pada tataran wacana, tetapi berkembang menjadi “living theology”—teologi yang hidup dan bertumbuh dari pengalaman nyata umat.

“Kita ingin gereja sungguh berjalan bersama Tuhan dan masyarakat Indonesia untuk menghadirkan kedamaian, keadilan, dan keutuhan ciptaan,” tegasnya.

Kepala Biro PRB PGI, Pdt. Shuresj Tomaluweng, menambahkan bahwa kemandirian oikumenis bukan berarti gereja berjalan sendiri, melainkan membangun daya dan solidaritas dari dalam tubuh Kristus yang majemuk. Hal senada juga disampaikan oleh perwakilan Mission 21, Pdt. Ratna Lesawengen, yang menekankan pentingnya kemandirian gereja dan lembaga mitra dalam menghadapi realitas bencana yang makin nyata.

Suara masyarakat terdampak juga mendapat ruang dalam forum ini. Salah satunya disampaikan oleh Bapak Aris Parjiyo dari Kelompok Tani Kerjo Sembono, yang membagikan refleksi atas pengalamannya selama lebih dari empat dekade menghadapi dampak perubahan iklim terhadap hasil pertanian. Ia menyambut baik keterlibatan gereja dan lembaga pendidikan seperti UKDW dalam membangun kerja sama nyata untuk mendukung ketahanan petani dan masyarakat akar rumput.

Konsultasi Nasional ini juga diisi dengan talkshow dan diskusi paralel yang membahas berbagai topik strategis, seperti teologi diakonia ekumenis, kolaborasi gereja–dunia akademik, serta model advokasi keadilan iklim yang inklusif dan berkeadilan gender. PGI berharap hasil pertemuan ini tidak berhenti pada dokumen, tetapi menjadi komitmen bersama untuk membangun jejaring solidaritas dan budaya siaga bencana di tingkat jemaat.

Kegiatan yang berlangsung pada 15–17 Oktober 2025 ini terselenggara atas kerja sama PGI dengan UKDW, JAKOMKRIS, serta berbagai lembaga mitra seperti Sinode GKJ, ADRA Indonesia, Obor Berkat Indonesia (OBI), Pelkesi, YEU, YCWS, Wahana Visi Indonesia, Rebana Indonesia, ACT Alliance, serta mitra internasional seperti UEM, Kerk in Actie, dan Mission 21. (Advertorial)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |