Perputaran Uang Nataru DIY 2025 Diprediksi Capai Rp2,6 Triliun

2 hours ago 1

Perputaran Uang Nataru DIY 2025 Diprediksi Capai Rp2,6 Triliun Wisatawan memadati kawasan Jalan Malioboro, Jogja, pada masa Libur Nataru. - Harian Jogja - Gigih M Hanafi

Harianjogja.com, JOGJA—Perputaran uang selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025 di DIY diperkirakan menembus Rp2,6 triliun seiring lonjakan pergerakan wisatawan yang mencapai 9–10 juta orang.

Peningkatan konsumsi pada sektor transportasi, kuliner, hingga akomodasi menjadi pemicu naiknya jumlah uang beredar (JUB) pada periode akhir tahun. Hal ini sekaligus memunculkan potensi dorongan inflasi seiring meningkatnya pengeluaran wisatawan.

Sementara itu, pelaku industri perhotelan mencatat tingkat reservasi hingga pertengahan Desember masih berada pada kisaran 30–50%. Meski sejumlah hotel menaikkan tarif hingga batas maksimal 30%, sebagian wisatawan cenderung memilih paket lengkap untuk liburan akhir tahun.

Pengamat Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Y Sri Susilo menyatakan berdasarkan data Pemda DIY pergerakan orang keluar masuk ke DIY diprediksi antara 9 juta hingga 10 juta manusia. Adapun perhitungan jumlah uang beredar (JUB) Nataru 2025 sekitar 50% hingga 60% dari JUB Lebaran. Jika JUB Lebaran 2025 DIY berada di angka Rp4,6 triliun, maka JUB pada Nataru kali ini antara Rp2,3 triliun hingga Rp2,6 triliun. 

"Perputaran uangnya antara Rp2,3 triliun sampai Rp2,6 triliun. Libur Nataru identik dengan peningkatan JUB. Karena ada peningkatan pengeluaran  konsumsi, transportasi, penginapan. Konsekuensi JUB naik maka berdampak inflatoir [inflasi]," katanya kepada Harianjogja.com, dikutip Jumat (12/12/2025).

Dari sisi positif, Liburan Nataru menjadi faktor pendorong kenaikan konsumsi masyarakat yang berujung pada pertumbuhan ekonomi. Kenaikan konsumsi oleh wisatawan tentu sebagian mengalir ke berbagai sektor khususnya ke UMKM. "Jadi omzet UMKM juga pasti mengalami peningkatan," ucapnya.

Ketua PHRI DIY Deddy Pranowo mengatakan reservasi hotel untuk tanggal 20 hingga 31 Desember 2025 per Kamis (11/12/2025) kisaran 30-50%. Adapun untuk tanggal 1 dan 2 Januri 2025 biasanya lebih banyak datang langsung ke hotel berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya. Sehingga sampai saat ini masih banyak kamar untuk libur Nataru. 

Menurut Deddy terkait kenaikan harga kamar hotel sudah ada kesepakatan di antara anggota PHRI seperti tahun-tahun sebelumnya. Adapun kenaikan maksimal harga kamar untuk periode natal dan tahun baru disepakati di angka 30% dari harga normal. 

Akan tetapi, setiap hotel memiliki kebijakan berbeda-beda. Pasalnya untuk periode libur akhir tahun, biasanya beberapa hotel menjual paket, seperti tambahan hiburan, makan malam, sehingga kenaikannya cukup lumayan tinggi. 

"Titik-titik yang mengalami kenaikan signifikan itu biasanya yang berada di tengah Kota Jogja seperti Malioboro dan sebagian di Sleman," katanya.

Ia menilai kenaikan harga kamar hotel saat akhir tahun sebenarnya sudah mempertimbangkan banyak faktor. Mulai dari tingginya permintaan dan kenaikan harga bahan pokok. Meski demikian pihaknya sudah mengingatkan kepada anggota PHRI DIY agar tidak memanfaatkan momentum liburan Nataru untuk aji mumpung sekadar menaikkan harga kamar hotel. 

"Karena itu bisa merusak citra pariwisata. Kenaikan harga itu harus diimbangi dengan fasilitas dan layanan tentunya. Karena yang murah juga ada, nanti wisatawan tinggal memilih saja. Tetapi berdasarkan pengalaman tahun lalu, wisatawan itu lebih memilih kategori yang lengkap [mahal] karena ada tambahan paket," katanya.

Deddy menilai angka reservasi Nataru kali tersebut cenderung menurun dibandingkan tahun lalu dengan peride yang sama sudah mencapai 45% hingga 60%.  Penyebab penurunan itu karena banyaknya vila maupun homestay yang tidak berizin. Kelompok ini berani memberikan harga relatif murah karena tidak membayar pajak dan operasional minim. 

"Sehingga kami berharap agar pemerintah daerah bisa menertibkan akomodasi yang tanpa izin,  kalau tanpa izin berarti mereka tidak membayar pajak, dengan demikian pemerintah kecolongan," katanya.

Di sisi lain beli masyarakat rendah sehingga lebih banyak memilih kamar murah. Ia juga menengarai penurunan reservasi itu kemungkinan disebabkan karena Nataru hanya berjarak sekitar dua bulan dengan Lebaran sehingga masyarakat memilih untuk melakukan perjalanan saat Lebaran. 

"Karena keuangan juga belum begitu baik kan, mungkin saja mereka memutuskan akan liburan saat Lebaran saja nanti," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |