Para peserta lomba mencanting di Lapangan Kenari Candi Borobudur Kamis (11/12/2025). - Harian Jogja/Nina Atmasari.
Harianjogja.com, MAGELANG—Sebanyak 200 pelajar, mahasiswa, dan perajin batik mengikuti lomba mencanting yang digelar Klaster Batik Kabupaten Magelang di pelataran Candi Borobudur, Kamis (11/12/2025). Kegiatan ini menjadi pengalaman unik karena para peserta membatik dengan latar kemegahan situs warisan dunia tersebut.
Kegiatan ini digelar untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap batik sebagai warisan budaya Nusantara. Di bawah rindangnya pepohonan Lapangan Kenari, para peserta belajar teknik dasar membatik mulai dari membuat pola, menggoreskan malam, hingga menghasilkan motif khas yang sarat filosofi.
Setelah sesi mencanting selesai, karya seluruh peserta dikirab mengelilingi kompleks Candi Borobudur sebagai simbol penghormatan terhadap seni tradisi. Penyelenggara berharap kegiatan ini mampu menjadi agenda tahunan, bahkan berkembang menjadi festival batik berskala nasional.
Ketua Panitia Acara Nuryanto menjelaskan lomba tersebut digelar sebagai upaya menjaga dan melestarikan Wastra Nusantara yakni batik. Para peserta yang merupakan anak sekolah dan mahasiswa, diajak mengenal batik sekaligus praktek langsung memcanting batik.
Peserta lomba harus membuat batik tulis menggunakan malam dan canting. Mereka membuat motif pada selembar kain. Seusai lomba, hasil karya tersebut kemudian dikirab mengelilingi Candi Borobudur.
"Ini menjadi upaya kami untuk mengajak generasi muda sekarang mencintai produk warisan leluhur. Tidak hanya mengenal batik, tetapi juga bisa membatik. Sehingga proses regenerasi pembatik tetap bisa berjalan terus,” kata Nuyranto yang merupakan pemilik Galeri Omah Mbudur tersebut.
Ia mengatakan kegiatan ini mengajarkan dasar-dasar batik pada generasi muda, yaitu teknik membatik dan motif-motif batik. Mereka diharapkan mengerti dan paham filosofi batik, seperti batik truntum, batik lung-lungan, dan lainnya.
"Kami berharap kegiatan ini tidak hanya berhenti di sini tetapi bisa rutin diselenggarakan. Mungkin bisa dibuat menjadi sebuah festival batik nusantara, sehingga semua masyarakat maupun pelajar bisa turut hadir untuk mengenal dan belajar serta memaknai filosofi batik,” ujarnya.
Ketua Klaster Batik Kabupaten Magelang, Hayatini Siswiningrum menyebutkan saat ini ada sekitar 40 perajin batik di Kabupaten Magelang yang bergabung dalam komunitas tersebut. Mereka terus mengembangkan motif-motif batik khas Kabupaten Magelang.
"Kami berharap batik khas Magelang semakin dikenal masyarakat dan semakin banyak yang memakai batik dengan motif khas Magelang," katanya.
Plt Kepala Disperinaker Kabupaten Magelang Siti Zumaroh saat membacakan sambutan Bupati Magelang, Grengseng Pamuji mengatakan pentingnya pelestarian batik melibatkan generasi muda.
"Batik mengandung kekayaan motif dan teknik yang mencerminkan identitas lokal sekaligus nilai sejarah. Batik adalah sejarah yang terukir, doa yang tertuang, dan identitas yang melekat pada setiap jengkal kain," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


















































