Jakarta (ANTARA) - Puasa bukan hanya bagian dari ajaran Islam, tetapi juga menjadi praktik spiritual dalam berbagai agama di dunia. Puasa ini melibatkan pengekangan diri dari makan, minum, atau aktivitas tertentu dengan tujuan yang beragam. Meski cara dan aturannya berbeda, puasa umumnya memiliki makna mendalam bagi setiap pemeluk agama.
Dalam banyak keyakinan, puasa dianggap sebagai sarana untuk penyucian diri dan pengabdian kepada Tuhan. Melalui pengendalian diri, individu diharapkan dapat meningkatkan kesadaran spiritual serta memperkuat hubungan dengan Yang Maha Kuasa.
Selain itu, puasa juga sering dikaitkan dengan latihan disiplin dan refleksi diri. Setiap agama memiliki tata cara dan tujuan puasa yang khas, namun esensinya tetap berkisar pada pemurnian jiwa dan pendekatan diri kepada Tuhan. Berikut adalah makna puasa dalam beberapa agama besar di dunia.
Baca juga: Puasa Senin-Kamis di bulan Sya'ban: keutamaan dan tata cara niatnya
Makna puasa dalam lima tradisi Agama besar di dunia
1. Agama Islam
Dalam Agama Islam, puasa merupakan ibadah utama yang dijalankan selama bulan Ramadan. Umat Muslim diwajibkan menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang dilarang lainnya sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Ibadah ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga menuntut pengendalian emosi dan perilaku.
Tujuan utama puasa adalah meningkatkan ketakwaan kepada Allah serta melatih kedisiplinan dan kesabaran. Dengan menahan hawa nafsu, umat Muslim diajarkan untuk lebih peka terhadap kondisi sesama, terutama mereka yang kurang beruntung. Puasa juga menjadi momen refleksi diri agar setiap individu dapat memperbaiki akhlak dan meningkatkan kualitas ibadah.
Selain itu, puasa dipercaya sebagai pelindung dari perbuatan dosa dan sarana untuk mendapatkan ampunan Tuhan. Melalui ibadah ini, umat Islam diharapkan dapat membersihkan hati, memperkuat spiritualitas, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Baca juga: Cara mengajarkan anak berpuasa sejak usia dini, pahami langkahnya!
2. Agama Kristen
Umat Kristen menjalankan puasa terutama selama Masa Prapaskah (Lent), yaitu periode 40 hari sebelum Paskah. Masa ini menjadi waktu refleksi dan persiapan spiritual untuk merayakan kebangkitan Yesus Kristus. Puasa dalam tradisi Kristen bukan sekadar menahan diri dari makanan tertentu, tetapi juga mengarahkan umat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Selama Prapaskah, umat Kristen dianjurkan untuk berdoa lebih intensif, merenungkan ajaran Kristus, dan melakukan penyesalan atas dosa-dosa mereka. Melalui pengendalian diri, mereka diharapkan dapat memperbarui iman dan memperkuat spiritualitas. Selain itu, praktik ini juga menjadi kesempatan untuk meneladani kerendahan hati dan pengorbanan Yesus.
Selain doa dan puasa, umat Kristen juga didorong untuk melakukan amal sebagai bentuk kasih kepada sesama. Dengan berbagi kepada yang membutuhkan, mereka tidak hanya memperdalam hubungan dengan Tuhan, tetapi juga mewujudkan nilai-nilai kasih dan pengorbanan yang diajarkan dalam ajaran Kristiani.
Baca juga: Kiat persiapan puasa bagi penderita penyakit komorbid
3. Agama Hindu
Dalam ajaran Hindu, puasa atau "Vrata" merupakan praktik spiritual yang banyak dijalankan oleh umatnya. Puasa ini dilakukan pada hari-hari tertentu yang dianggap suci, sesuai dengan ajaran agama dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Selain sebagai bentuk disiplin diri, Vrata juga diyakini membawa manfaat bagi keseimbangan fisik dan spiritual.
Salah satu puasa yang sering dilakukan adalah Ekadashi, yaitu puasa yang jatuh pada hari ke-11 setiap dua minggu dalam kalender lunar. Pada hari ini, umat Hindu menahan diri dari makanan tertentu atau bahkan berpuasa penuh sebagai wujud pengendalian diri. Ritual ini diyakini membantu seseorang membersihkan tubuh dari racun serta menenangkan pikiran.
Lebih dari sekadar pantangan makan, puasa dalam tradisi Hindu juga merupakan bentuk pengabdian kepada dewa-dewi tertentu. Dengan menjalankan Vrata, umat Hindu memperkuat hubungan spiritual mereka, meningkatkan disiplin batin, dan menunjukkan kesetiaan serta penghormatan kepada Tuhan sesuai keyakinan mereka.
Baca juga: Peneliti China ungkap diet mirip puasa dorong imunitas anti-tumor
4. Agama Buddha
Dalam ajaran Buddha, praktik puasa berbeda-beda tergantung pada tradisi dan aliran yang dianut. Beberapa komunitas monastik menerapkan aturan ketat dalam berpuasa, sementara umat awam biasanya menjalankan puasa dengan cara yang lebih fleksibel. Meskipun begitu, esensi dari puasa tetap berfokus pada pengendalian diri dan peningkatan kesadaran spiritual.
Salah satu bentuk puasa yang umum dilakukan oleh biksu dan biksuni adalah tidak makan setelah tengah hari hingga fajar keesokan harinya. Aturan ini bertujuan untuk mengurangi keterikatan pada kenikmatan duniawi, terutama terhadap makanan. Dengan membatasi waktu makan, para praktisi diharapkan dapat lebih fokus pada pengembangan batin dan kehidupan spiritual.
Lebih dari sekadar menahan lapar, puasa dalam tradisi Buddha juga menjadi sarana untuk meningkatkan disiplin diri. Praktik ini mendukung meditasi, membantu menenangkan pikiran, dan memperkuat kesadaran terhadap ajaran Dharma. Dengan begitu, puasa menjadi bagian penting dalam perjalanan menuju pencerahan dan pembebasan dari penderitaan.
Baca juga: Penderita diabetes diperbolehkan puasa selama gula darah terkontrol
5. Yahudi
Puasa dalam ajaran Yahudi merupakan bagian penting dari ritual keagamaan dan bentuk pertobatan. Ibadah ini dijalankan sebagai sarana refleksi diri, mendekatkan diri kepada Tuhan, dan menebus kesalahan yang telah dilakukan. Melalui puasa, umat Yahudi diingatkan akan pentingnya introspeksi dan pemurnian spiritual.
Salah satu puasa yang paling utama adalah Yom Kippur atau Hari Penebusan, yang berlangsung selama 25 jam. Selama periode ini, umat Yahudi menahan diri dari makan, minum, serta berbagai aktivitas duniawi untuk fokus pada doa dan pengakuan dosa. Puasa ini dianggap sebagai momen sakral untuk memohon ampunan Tuhan dan memperbaiki hubungan dengannya.
Selain Yom Kippur, ada juga puasa Tisha B'Av yang diperingati untuk mengenang kehancuran dua Bait Suci di Yerusalem. Hari ini menjadi waktu refleksi atas tragedi sejarah yang menimpa bangsa Yahudi, sekaligus kesempatan untuk merenungkan penderitaan dan harapan bagi masa depan.
Meskipun berbeda dalam pelaksanaan dan tujuan spesifik, puasa dalam berbagai tradisi agama di dunia memiliki kesamaan sebagai sarana untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan, pemurnian diri, dan pengendalian nafsu. Praktik ini mencerminkan upaya manusia untuk mencari makna spiritual yang lebih dalam dan meningkatkan kualitas moral serta etika dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Kiat tetap sehat selama berpuasa menurut dokter penyakit dalam
Baca juga: Lima aplikasi yang bisa jadi penunjang ibadah selama Ramadhan
Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025