Suasana Tular Nalar Summit 2025 Kamis (26/6/2025) di MMTC. - Harian Jogja // Catur Dwi Janati
SLEMAN—Tular Nalar dan Mafindo menggelar Tular Nalar Summit 2025 sebagai puncak perjalanan program Tular Nalar fase ke-3. Mengusung tajuk Merayakan Semesta Kolaborasi, Tular Nalar Summit 2025 ingin merefleksikan keberhasilan sinergi multisektor dalam literasi digital.
Chairman dan Co-Founder Mafindo, Septiaji Eko Nugroho menjelaskan Tular Nalar Summit 2025 merupakan aktivitas kulminasi yang menghadirkan para aktivis, penggerak maupun tokoh masyarakat yang perhatian pada isu literasi digital.
"Jadi Tular Nalar Summit ini dihadiri dari berbagai lembaga yang selama ini bergerak untuk mencerdaskan literasi digital di masyarakat. Baik di kelompok anak sekolah, mahasiswa, hingga ke lansia," ungkap Septiaji, di MMTC, Kamis (26/6/2025).
Tular Nalar Summit 2025 dirancang untuk memperkuat jejaring antara pemangku kepentingan seperti pemerintah, akademisi, LSM, media, komunitas, dan sektor swasta, khususnya dalam kolaborasi mempercepat literasi digital yang holistik. Tular Nalar berkolaborasi dengan lebih dari 300 mitra se-Indonesia di Tular Nalar Summit 2025.
Acara ini tidak hanya sebagai wahana berbagi pengetahuan, tetapi juga ruang perancangan solusi konkret melalui konferensi, Focus Group Discussion (FGD), Pameran Komunitas, kelas khusus untuk menyasar kelompok rentan (Kelas "Ayo Bareng"), serta Sesi Diskusi Kelompok (Breakout Discussion).
Pada diskusi panel pertama misalnya, Tular Nalar Summit 2025 kata Septiaji menginisiasi kerja sama antara pemuda dan lansia untuk melindungi lansia di ruang digital. Dengan potensi jumlah lansia yang cukup banyak ke depannya, edukasi dan sinergi untuk melindungi lansia di ruang digital ini sangat penting.
"Kami ingin berkontribusi, selain mereka sehat jasmani, sehat rohani, tapi juga sehat berdigital," tegasnya.
BACA JUGA: Mahkamah Konstitusi Putuskan Gelaran Pemilu dan Pilkada Dipisah Waktunya
Untuk pemuda, Tular Nalar kata Septiaji mengajak anak muda meramaikan dunia digital dengan isu-isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Sementara di era AI ini, Tular Nalar lanjut Septiaji juga mengangkat literasi kritis tentang kecerdasan artifisial agar pemanfaatannya bisa mencegah dampak buruk yang ditimbulkan.
Koordinator Kurikulum Riset, Rita Gani menjelaskan Tular Nalar Summit bertujuan untuk menunjukkan capaian-capaian yang selama ini dilakukan oleh Tular Nalar sejak bergerak di 2021 yang lalu. Sesuai dengan tema "Merayakan Semesta Kolaborasi" yang diusung, Tular Nalar Summit ini kata Rita juga menghadirkan diskusi panel dengan berbagai elemen narasumber.
"Baik yang berkaitan dengan konteks lansia untuk kegiatan kami Akademi Digital Lansia (ADL) maupun untuk anak-anak muda yang berkaitan dengan kegiatan pelatihan Sekolah Kebangsaan," jelasnya.
Dari awal berdiri, program Tular Nalar telah kata Rita telah mencakup berbagai sasaran. Edukasi yang diberikan lanjut Rita tak jauh dari seputar literasi digital, misalnya materi tentang penipuan digital, hoaks dan sebagainya. Total ada 100 kelas untuk Akademi Digital Lansia dan 400 kelas untuk sekolah kebangsaan. "Sekarang cakupannya sudah di 38 provinsi se-Indonesia," katanya.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti yang memberikan sambutan kunci lewat video mengatakan Tular Nalar Summit menjadi upaya bersama untuk memperkuat dan memperluas jejaring dalam rangka membangun kesadaran pentingnya teknologi digital.
Mu'ti menilai di era digital ini masyarakat dihadapkan dengan berbagai tantangan. Penggunaan teknologi kata dia tak selalu memberikan dampak positif.
"Sebagian masyarakat menyalahgunakan teknologi itu justru untuk menyampaikan disinformasi dan bahkan informasi yang menyesatkan dan kadang-kadang informasi yang memicu berbagai kegaduhan di masyarakat," ujarnya.
Sebagai komunitas yang memiliki kesadaran dan komitmen yang tinggi untuk menjadikan teknologi digital untuk membangun kecerdasan digital, forum Tular Nalar Summit dinilai Mu'ti menjadi sangat penting. Dari forum ini Mu'ti berharap masyarakat memiliki kompetensi untuk menjadi pengguna digital dalam kegiatan sehari-hari.
"Yang kedua mereka memiliki literasi digital yang memungkinkan mereka untuk mampu melakukan telaah, memilah dan memilih mana informasi yang bermakna dan mana informasi yang keliru," tegasnya.
Literasi Digital
Ketua Sekolah Tinggi Multi Media (STMM), R.M. Agung Harimurti menyampaikan pada prinsipnya kampus terbuka untuk beragam komunitas di seluruh Indonesia yang menaruh perhatian pada literasi digital untuk beraktivitas di MMTC. MMTC lanjut dia terbuka untuk kegiatan pendidikan bagi masyarakat dan komunitas.
Agung menyadari di tengah derasnya arus informasi, kemampuan untuk memilah dan mencerna informasi menjadi suatu keniscayaan. Program Tular Nalar dianggap Agung berhasil membekali ribuan peserta dengan keterampilan mendeteksi hoaks dan menavigasi lanskap digital yang kompleks.
"Ini bukan hanya tentang pengetahuan, melainkan tentang pemberdayaan masyarakat agar tidak mudah terjerumus dalam informasi yang menyesatkan. Dampak positif dan kontribusi terhadap peningkatan literasi digital di Indonesia patut diapresiasi," katanya.
Sejak digagas beberapa tahun lalu, program Tular Nalar disebut Agung merupakan inisiatif edukatif dan strategis untuk memperkuat kemampuan masyarakat. Terutama bagi pemilih pemula, lansia dan pelajar mendeteksi hoaks dan menyaring informasi di era digital. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News