Jangan Banyak Komentar tentang Pasangan Menikah yang Belum Punya Anak, Ini Alasannya Menurut Psikolog

6 hours ago 4

Harianjogja.com, JAKARTA—Masyarakat diminta untuk bijak dalam memberikan komentar kepada pasangan yang sudah menikah namun belum memiliki anak agar tidak memberikan beban kepada mereka. Hal ini diutarakan psikolog keluarga dari Universitas Indonesia Sani B Hermawan.

“Jangan terlalu mengomentari orang yang belum punya anak karena kita enggak tahu sesungguhnya apakah ini mau atau belum bisa kita kan enggak ada yang tahu gitu, jadi please be wise aja,” kata Sani, Senin (16/6/2025).

Ia mengatakan komentar sering kali datang dari rekan atau keluarga pasangan yang melihat mereka belum memiliki anak. Ia juga menyarankan sebaiknya untuk tidak berkomentar bernada negatif terhadap pasangan yang belum memiliki anak karena hanya akan menambah beban pasangan yang mungkin sedang menunggu momongan namun belum bisa.

Komentar bernada negatif bisa saja memengaruhi psikologis pasangan dan semakin merasa tertekan karena keadaan dan omongan orang lain.

Jika memiliki keputusan yang kuat untuk belum memiliki anak karena alasan finansial atau kesiapan mental yang belum tercapai, maka bisa disampaikan dengan cara yang baik dan tidak perlu takut untuk menanggapi komentar.

BACA JUGA: Viral Ada Pungli di SPMB Bandung hingga Rp8 Juta per Kursi, Ini Komentar Kemendikdasmen

“Keputusan itu kan kita yang buat, kalau kita firm itu apapun kata orang lain ngomong tuh ya kita bisa bilang aja ya memang kita belum merencanakan misalnya, bahwa ‘oh ya nanti masih tahun depan’ misalnya, gitu tanpa harus merasa dikecilkan, direndahkan atau dikomentari negatif,” kata Sani.

Ia mengatakan dalam menjalankan rumah tangga, pasangan suami istri memiliki wewenang sendiri untuk menentukan apakah sudah siap langsung memiliki anak atau menunda dulu.

Keputusan itu bisa karena alasan pekerjaan yang masih sulit untuk ditinggalkan atau merasa belum bisa memberikan fasilitas yang baik untuk anak yang akan diasuhnya nanti.

Ia menyarankan jika memiliki keputusan tersebut bisa memakai alat kontrasepsi yang disetujui kedua pihak agar tercapai apa yang diinginkan sesuai rencana.

“Kalau mereka itu benar-benar memang merencanakan tidak punya anak biasanya mereka pakai sistem pengamanan yang lebih secure apa entah spiral, entah kondom ya, atau iud atau mereka jadwalkan pakai tanggal dan sebagainya,” kata Sani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |