Harianjogja.com, JOGJA— Ekonom Senior FEB UGM, Revrisond Baswir menilai konflik Iran-Israel dampak langsungnya terhadap perekonomian Indonesia tidak terlalu signifikan. Kecuali jika negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS), China, Perancis, atau Rusia ikut terlibat secara terbuka dalam konflik tersebut.
Menurutnya dalam menghadapi ketidakstabilan ekonomi global seperti ini tantangan utama Indonesia justru terletak pada persoalan internal. Ia mengatakan Indonesia harus fokus pada transparansi, pemberantasan korupsi, pengurangan kesenjangan sosial, dan penciptaan lapangan kerja. Ini lebih krusial daripada efek eksternal.
BACA JUGA: Iran Eksekusi Mati 3 Orang Mata-Mata Israel
"Dampak konflik Iran-Israel terhadap perekonomian global sangat tergantung pada sejauh mana negara-negara besar terpancing masuk," ucapnya.
Terkait adanya lonjakan harga komoditas akibat konflik, ia menyebut dampaknya terhadap ekspor Indonesia dan neraca perdagangan nasional masih relatif ringan. Dibandingkan dengan perang tarif yang pernah dilancarkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Baswir mengatakan harga minyak naik, tapi efeknya tidak separah saat perang tarif dulu. Indonesia masih cukup bisa bertahan. Ia menyarankan agar pemerintah Indonesia tidak terlalu larut dalam ketegangan geopolitik global, tetapi justru memperkuat fondasi ekonomi dalam negeri, khususnya sektor energi.
"Pemerintah harus serius membenahi tata kelola Pertamina dan meningkatkan kapasitas kilang minyak dalam negeri. Ini kunci untuk menghadapi fluktuasi harga minyak dunia," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan saat ini AS menghadapi defisit besar, biasanya tekanan terhadap negara berkembang seperti Indonesia meningkat. Pemerintah AS akan lebih agresif mendorong kepentingan ekonominya. Kondisi ini mempengaruhi posisi Indonesia secara fiskal maupun diplomatik.
Revrisond mengingatkan seluruh pihak baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat internasional untuk tidak menjadikan krisis global sebagai alasan stagnasi nasional.
"Kondisi global jangan dijadikan kambing hitam. Justru ini saatnya kita berbenah dan memperkuat ekonomi nasional secara kolektif," lanjutnya.
BACA JUGA: Komandan Senior Korps Garda Revolusi Iran Gugur Akibat Serangan Rudal Israel di Teheran
Ketua Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Purnawan Hardiyanto juga menduga dampak langsung dari konflik Iran-Israel terhadap Indonesia tidak terlalu terasa. Karena hubungan dagang dan investasi antara Indonesia dengan kedua negara tersebut tidak terlalu signifikan.
Akan tetapi dampak tidak langsungnya pasti menghantam Indonesia, yakni adanya kemungkinan kenaikan harga minyak dunia yang menyebabkan pertumbuhan perekonomian global akan melambat.
Purnawan menyampaikan kenaikan harga minyak dunia akan meningkatkan subsidi pemerintah, kenaikan biaya produksi dan distribusi yang pada akhirnya akan menyebabkan cost push inflation. Inflasi yang disebabkan karena dorongan kenaikan biaya produksi.
"Di sisi lain melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia akan menyebabkan ekspor Indonesia menurun," jelasnya.
Dampak dari konflik ini dia duga akan menyasar hampir semua sektor. Namun yang paling merasakan dampak adalah sektor-sektor yang sangat tergantung kepada ketersediaan minyak seperti sektor industri, transportasi, listrik, energi, dan perdagangan. "Sektor-sektor ini sangat mempengaruhi performa perekonomian Indonesia." (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News