Foto ilustrasi Makan Bergizi Gratis berupa sayur, ayam goreng lengkap dengan buah dan susu, dibuat menggunakan Artificial Intelligence - AI.
Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (Dinkes DIY) berupaya meningkatkan pengawasan higiene di seluruh dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) setelah sejumlah kasus keracunan makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) terjadi di Sleman, Kulonprogo, dan Kota Jogja.
Dinkes DIY terus mendorong pelatihan bagi penjamah makanan di dapur SPPG untuk menghindari terulangnya kasus keracunan. Saat ini sudah terealisasi 80%, namun masih dinamis karena jumlah SPPG juga terus bertambah.
Plt Kepala Dinkes DIY, Akhmad Akhadi, menjelaskan bahwa dalam hal ini kewenangan Dinkes DIY yakni memobilisasi dan melakukan koordinasi, sehingga yang lebih banyak terlibat adalah Dinkes kabupaten/kota, terutama melalui puskesmas di wilayah masing-masing.
“Kami tidak punya tenaga teknis. Kalaupun terlibat, pelatihan kami diselenggarakan di Bapelkes
Kalasan. Pelatihan menggunakan dua metode, yaitu tatap muka dan Learning Management System (LMS). Kalau LMS bisa mandiri dengan didampingi petugas puskesmas. Tapi yang paling efektif tetap tatap muka langsung,” ujarnya, Senin (20/10/2025).
Saat ini pelatihan sudah terlaksana dengan capaian sekitar 80% tenaga penjamah makanan. Rinciannya di Bantul, 1.884 orang sudah mendapat pelatihan dan 224 orang belum. Di Gunungkidul, 1.504 orang telah mendapat pelatihan dan 213 orang belum.
Di Kulonprogo, 1.118 orang sudah mendapat pelatihan dan 30 orang belum. Di Sleman, 2.683 orang sudah mendapat pelatihan dan 757 orang belum. Sementara di Kota Jogja, 559 orang sudah mendapat pelatihan dan 59 orang belum. “Ini data 19 Oktober. Kita nggak tahu apakah jumlah SPPG sudah bertambah, karena pertambahan SPPG sangat cepat,” ungkapnya.
Untuk menghindari kasus keracunan, Dinkes DIY terus mengupayakan agar semua penjamah makanan SPPG sudah mengikuti dan lulus pelatihan penjamah makanan. Setiap SPPG juga harus melalui inspeksi kesehatan lingkungan (IKL) dan memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).
“Dilatih iya, tapi yang terpenting adalah implementasi dari apa yang sudah dilatihkan. Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan akan melakukan supervisi tanpa pemberitahuan, apakah betul penjamah makanan sudah memakai masker, sarung tangan, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta mencuci ompreng sesuai standar,” paparnya.
Seperti diketahui, beberapa kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) sudah terjadi di DIY, meliputi Sleman, Kulonprogo, dan yang terbaru di SPPG Wirobrajan. Setidaknya 426 siswa SMAN 1 Jogja terdampak keracunan, dan SPPG bersangkutan pun dihentikan sementara operasionalnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News