OJK Ingatkan Generasi Muda Risiko Keuangan Digital

2 hours ago 1

OJK Ingatkan Generasi Muda Risiko Keuangan Digital Ratusan pelajar menghadiri OJK Mengajar di SMAN 3 Jogja, pada Senin (20/10/2025). - Harian Jogja - Ariq Fajar Hidayat

JOGJA—Otoritas Jasa Keuangan (OJK) RI menggencarkan edukasi keuangan sejak dini melalui program OJK Mengajar di SMA Negeri 3 Jogja, Senin (20/10/2025). Kegiatan ini menghadirkan Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan Perlindungan Konsumen OJK RI, Friderica Widyasari Dewi, serta Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Anggito Abimanyu, sebagai narasumber di hadapan ratusan siswa.

Friderica menyampaikan bahwa pelajar merupakan salah satu segmen prioritas dalam program literasi keuangan OJK. Menurutnya, kelompok usia remaja sangat rentan terhadap berbagai risiko di era digital, seperti pencurian data pribadi, penipuan daring, hingga penggunaan produk keuangan yang tidak bijak.

“Usia remaja ini sangat rentan terhadap berbagai bahaya yang terekspos dari dunia digital, mulai dari pembagian berlebihan data pribadi (oversharing), penipuan daring (scam), dan hal-hal lain yang perlu diwaspadai. Karena itu, penting bagi kami untuk memberikan edukasi literasi agar mereka terhindar dari berbagai risiko tersebut,” ujar Friderica, Senin (20/10/2025).

Ia menegaskan bahwa peningkatan literasi keuangan penting untuk membentuk generasi muda yang siap mengelola keuangan dan mempersiapkan masa depan. Hal ini sejalan dengan visi menuju Indonesia Emas 2045, di mana anak muda akan menjadi motor penggerak ekonomi.

Friderica menambahkan bahwa dalam praktiknya, OJK tidak hanya memberikan materi edukasi satu arah, tetapi juga mengajak pelajar untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman mereka dalam menggunakan layanan keuangan digital.

Menurutnya, banyak siswa yang sudah akrab dengan berbagai aplikasi keuangan, namun belum semuanya paham cara melindungi diri dari modus penipuan yang semakin berkembang. Karena itu, pembekalan literasi tidak hanya sebatas teori, tetapi juga mencakup kemampuan berpikir kritis dan kebiasaan keuangan yang sehat.

Ia juga menyoroti pentingnya peran keluarga dan lingkungan sekolah dalam membentuk pola pikir keuangan sejak dini. Orang tua dan guru dapat berperan sebagai pengawas dan pendamping, terutama saat anak mulai menggunakan produk keuangan digital seperti dompet digital (e-wallet) atau layanan bayar tunda (Paylater).

Friderica kemudian menyoroti fenomena meningkatnya penggunaan layanan keuangan digital seperti Paylater di kalangan generasi milenial dan Gen Z. Data OJK menunjukkan dua kelompok ini menjadi pengguna dominan produk keuangan daring, namun belum semuanya memahami risiko konsumtif yang dapat mengancam keuangan pribadi.

Sementara itu, Ketua LPS RI, Anggito Abimanyu, menekankan pentingnya pemahaman dasar tentang lembaga keuangan dan sistem penjaminan simpanan. Ia mengajak para siswa untuk mulai menabung di lembaga keuangan yang resmi dan memahami hak serta perlindungan yang diberikan negara terhadap dana masyarakat.

“Literasi keuangan itu merupakan pondasi. Kalau sejak muda sudah terbiasa menabung dan tahu bagaimana sistem keuangan bekerja, maka mereka akan lebih siap menghadapi tantangan ekonomi di masa depan,” kata Anggito di hadapan ratusan siswa. (Advertorial)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |