Paus Fransiskus, Sang Jembatan Damai antar Iman dan Sosok Penuh Belas Kasih yang Tak Akan Terlupakan

2 hours ago 1

  1. GAYA

Kesederhanaan dan kepemimpinan Paus Fransiskus menjadi teladan bagi umat, menekankan nilai-nilai kemanusiaan dan perhatian terhadap yang terpinggirkan.

Selasa, 22 Apr 2025 12:27:56

Paus Fransiskus, Sang Jembatan Damai antar Iman dan Sosok Penuh Belas Kasih yang Tak Akan Terlupakan Paus Fransiskus muncul saat ribuan umat Katolik menghadiri misa Paskah 2025 yang dipimpin Kardinal Angelo Comastri di Lapangan Santo Petrus , Vatikan (20/04/2025). (©afp)

Selamat Jalan, Paus Damai 

Kabar wafatnya Paus Fransiskus pada Senin Paskah pagi memang membawa duka mendalam bagi umat Katolik dan dunia. Tapi lebih dari itu, kepergiannya juga membuka ruang refleksi atas warisan besar yang beliau tinggalkan. Sosok pemimpin Gereja Katolik pertama dari Amerika Latin ini tak hanya dikenal sebagai pemimpin rohani, tapi juga sebagai jembatan hidup antaragama, serta teladan kasih yang mendalam. 

Dari Buenos Aires ke Dunia: Persahabatan Lintas Iman

Sebelum menjadi Paus, Jorge Mario Bergoglio sudah menunjukkan ketertarikan dan keterlibatan aktif dalam dialog antariman. Di Argentina, ia membangun persahabatan erat dengan Rabbi Abraham Skorka, bahkan mereka sempat menjadi partner siaran radio dan menulis buku bersama berjudul “On Heaven and Earth.” Persahabatan yang tulus ini bukan sekadar basa-basi, tapi cermin dari kepercayaan mendalam akan pentingnya saling memahami.

Ketika terpilih sebagai Paus pada 2013, semangat tersebut tak luntur. Justru makin kuat. Kunjungan-kunjungannya ke sinagoga di Roma, New York, serta seruan-seruan keras terhadap antisemitisme dan penolakan terhadap Shoah (Holocaust), menunjukkan posisinya yang kokoh: "Tak ada tempat untuk kebencian antarumat beragama."

Paus Fransiskus, Sang Jembatan Damai antar Iman dan Sosok Penuh Belas Kasih yang Tak Akan Terlupakan Penyebab Meninggalnya Paus Fransiskus, Stroke Diikuti Koma dan Gagal Jantung. Foto dibuat oleh AI. © 2025 Liputan6.com

Abu Dhabi, Irak, dan Istiqlal: Jejak Damai Paus Fransiskus

Salah satu tonggak terbesar dalam sejarah antaragama modern adalah kunjungan Paus Fransiskus ke Uni Emirat Arab pada 2019. Momen bersejarah ini merupakan kunjungan pertama seorang Paus ke Semenanjung Arab, dan ditandai dengan penandatanganan Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama bersama Grand Imam Al-Azhar, Ahmed Al-Tayyeb.

“Ini bukan sekadar gestur diplomatis,” kata Paus seperti dikutip dari Vaticannews. “Tapi lahir dari dialog tulus dan komitmen bersama.” Dokumen itu menyerukan penolakan terhadap kekerasan dan ekstremisme serta mengajak semua umat untuk menjunjung tinggi nilai toleransi dan persaudaraan. Bahkan, isi dokumen itu menjadi fondasi kuat bagi ensiklik Fratelli Tutti yang Paus tulis kemudian.

Tak berhenti di sana, Paus juga menjadi pemimpin Gereja pertama yang mengunjungi Irak di tengah situasi keamanan dan pandemi Covid-19. Di sana, ia bertemu dengan Grand Ayatollah Ali al-Sistani, pemimpin tertinggi Syiah Irak. Dunia menyaksikan potret luar biasa: dua tokoh besar dari dua agama duduk bersama membicarakan kedamaian.

Dan pada 2024, setelah berjuang melawan masalah kesehatan, Paus Fransiskus akhirnya mewujudkan impiannya: mengunjungi Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Di Masjid Istiqlal Jakarta, ia dan Imam Besar Nasaruddin Umar menandatangani Deklarasi Istiqlal 2024 tentang harmoni antaragama dan krisis kemanusiaan serta iklim. Momen itu benar-benar menyentuh — dunia seperti diajak ikut menghirup udara damai.

Bukti Nyata di Tengah Konflik

Dari Kazakhstan hingga Bahrain, dari Timor Leste sampai Mongolia — hampir di setiap kunjungan apostoliknya, Paus selalu menyempatkan diri bertemu para pemuka agama lain. Dialog bukan hanya formalitas baginya. Ia percaya, “berdoa bersama sebagai saudara menanam benih perdamaian dan kebaikan.”

Saat dunia terpecah karena perang Ukraina, konflik di Timur Tengah, atau krisis kemanusiaan lainnya, Paus Fransiskus terus menyerukan: "Kita harus menabur belas kasih, karena dunia ini kehausan akan damai."

Paus Fransiskus, Sang Jembatan Damai antar Iman dan Sosok Penuh Belas Kasih yang Tak Akan Terlupakan Paus Fransiskus Tutup Usia, Klub-klub Serie A Ikut Berduka © 2025 Bola.net

Paus Belas Kasih: “Udara yang Kita Hirup”

Namun di balik seluruh pencapaiannya dalam lintas agama, satu pesan Paus yang paling menggema adalah: belas kasih. Dari awal pontifikatnya, bahkan saat Angelus pertamanya tahun 2013, Paus berbicara tentang pentingnya pengampunan dan kelembutan.

"Belas kasih adalah udara yang kita hirup,” ucapnya. “Tanpa itu, kita tak bisa hidup.”

Ia menunjukkan wajah Gereja yang seperti ibu — lembut, dekat, dan merangkul. Seperti Yesus yang menghampiri Zakheus di pohon ara, Paus Fransiskus menghampiri yang terpinggirkan: imigran, narapidana, orang dengan orientasi seksual berbeda, bahkan mereka yang selama ini dicap berdosa. Ia tidak datang membawa penghakiman, melainkan pelukan kasih.

“Kalau Tuhan tidak mengampuni segalanya, dunia ini sudah lama tidak ada,” katanya, mengutip seorang nenek yang datang kepadanya untuk mengaku dosa di Buenos Aires. Kalimat sederhana, tapi dalam, dan menjadi semacam kompas moral bagi Paus dalam memimpin Gereja.

Dicintai, Dihujat, Tapi Tak Pernah Menyerah

Tak semua orang nyaman dengan pendekatan Paus Fransiskus. Beberapa bahkan menyebutnya terlalu radikal, terlalu berani, atau terlalu membuka diri. Tapi di balik semua kontroversi itu, tak bisa dipungkiri: ia adalah pemimpin yang berani menyapa dunia dengan wajah cinta.

Dalam satu homili di tahun 2014, Paus berkata, “Tuhan tidak mengampuni dengan surat keputusan. Tuhan mengampuni dengan belaian.” Begitulah ia melihat Tuhan: bukan hakim yang menghukum dari kejauhan, tapi ayah yang penuh kasih yang menghampiri anak-Nya.

Paus Fransiskus, Sang Jembatan Damai antar Iman dan Sosok Penuh Belas Kasih yang Tak Akan Terlupakan Paus Fransiskus Instagram/@vaticannews

Warisan yang Tak Pernah Padam

Paus Fransiskus memang sudah tiada, tapi warisannya akan terus hidup. Ia bukan hanya pemimpin agama, tapi pelayan cinta, juru damai sejati, dan jembatan antariman. Dunia kehilangan tokoh besar, tapi juga mendapatkan kenangan luar biasa — tentang pentingnya mendengar, berbicara, memaafkan, dan merangkul mereka yang berbeda.

Selamat jalan, Paus Fransiskus. Dunia akan terus mengingatmu — sebagai Paus belas kasih, sahabat semua agama, dan suara damai yang tak pernah lelah berseru: “Jangan pernah lelah berbuat kebaikan.”

Artikel ini ditulis oleh

Titah Mranani
Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |