Menilik Hidrogen sebagai Peluang Ekonomi Baru

3 hours ago 1

Menilik Hidrogen sebagai Peluang Ekonomi Baru Ilustrasi hidrogen. / Ilustrasi Freepik

Harianjogja.com, JAKARTA—Transisi energi global menuju sistem yang lebih bersih dan berkelanjutan bisa menggunakan hidrogen sebagai pilar utama. Hal ini sekaligus menjadi peluang ekonomi baru bagi Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan terhadap hidrogen, khususnya hidrogen hijau atau hidrogen yang berasal dari energi terbarukan, menunjukkan tren peningkatan seiring komitmen berbagai negara dalam menurunkan emisi karbon.

Data International Energy Agency (IEA) menyebut, permintaan global terhadap hidrogen dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada tahun 2050 yang didorong oleh kebutuhan sektor industri, transportasi, dan pembangkit listrik.

Hidrogen adalah solusi bagi sektor industri yang sulit melakukan dekarbonisasi dan bisa membuat proses produksi lebih efisien. Seperti industri baja, semen, petrokimia, dan pengolahan minyak yang merupakan pengguna energi masif yang selama ini bergantung pada bahan bakar fosil.

Hidrogen hijau dapat digunakan sebagai bahan bakar, elektrifikasi maupun bahan baku dalam proses produksi tanpa menghasilkan emisi karbon.

Hal ini juga sejalan dengan tujuan Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC) yang ditetapkan Indonesia untuk mereduksi 358 juta ton CO2 pada 2030.

Selain mendukung pengurangan emisi, hidrogen juga menawarkan beberapa keuntungan strategis bagi sektor industri.

Di antaranya adalah diversifikasi sumber energi, stabilitas pasokan energi dalam jangka panjang, serta efisiensi biaya bahan bakar.

Energi ini juga dinilai lebih fleksibel karena dapat disimpan dalam jangka waktu panjang dan bisa digunakan saat dibutuhkan, sehingga menjadikannya sebagai sumber energi yang andal untuk operasi manufaktur berkelanjutan.

Di Indonesia, potensi ini mulai dilirik oleh pelaku usaha di sektor hilir, dengan melakukan kajian dan uji coba teknologi.

Selain berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon, hidrogen dinilai memiliki potensi besar dalam menciptakan nilai tambah ekonomi, membuka lapangan kerja baru, dan menarik investasi asing.

Setidaknya diperlukan investasi sebanyak 25,2 miliar dolar AS atau Rp252 triliun (kurs Rp16.872) untuk pengembangan hidrogen yang berasal dari energi terbarukan pada periode 2031-2060.

Data dari Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan bahwa minat investor terhadap proyek-proyek hidrogen hijau di Indonesia meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Beberapa perusahaan energi global telah menandatangani nota kesepahaman untuk pengembangan fasilitas produksi hidrogen di beberapa wilayah potensial.

Salah satu perusahaan yang telah berinvestasi dalam pengembangan hidrogen hijau adalah Pertamina yang menginvestasikan 11 miliar dolar AS atau Rp185 triliun sebagai bagian dari target pemajuan energi hijau.

Selain itu, perusahaan asing seperti The Global Green Growth Institute (GGGI) juga telah bekerja sama dengan Samsung dan Hyundai dalam sebuah proyek seharga 1,2 miliar dolar AS atau Rp20,2 triliun di Blok Sarulla, Sumatera Utara guna memproduksi hidrogen hijau.

Dari investasi itu, industri hidrogen diperkirakan mampu menciptakan puluhan ribu lapangan kerja baru, mulai dari sektor konstruksi, riset dan pengembangan, hingga logistik dan manufaktur. Selain itu, masuknya investasi asing juga berpotensi membuat adanya pertukaran teknologi canggih dan peningkatan kapasitas SDM domestik.

BACA JUGA: Pemindahan Gedung DPRD DIY, Gubernur DIY Sultan HB X Sebut untuk Menata Wajah Kota Jogja

Manfaat untuk Industri

Perkembangan di dunia industri turut menjadi katalis penting dalam mendorong pemanfaatan hidrogen.

Seperti halnya di sektor otomotif, beberapa produsen kendaraan global sudah mulai menciptakan kendaraan berbahan bakar hidrogen yang bisa menghasilkan emisi nyaris nol.

Meski demikian, adopsi kendaraan hidrogen di Indonesia masih menghadapi tantangan, terutama infrastruktur pengisian bahan bakar yang belum tersedia secara luas.

Harga untuk hidrogen saat ini masih relatif tinggi yakni 5 sampai 10 dolar AS atau Rp168 ribu per 1 kilogram.

Di sektor otomotif 1 kilogram hidrogen bisa digunakan untuk menempuh jarak hingga 100 kilometer.

Analis berpendapat, apabila infrastruktur memadai, harga hidrogen di Indonesia akan terus turun hingga menyentuh 1 dolar AS atau Rp16.000 per kilogram.

Jika diubah menjadi energi listrik, 1 kilogram hidrogen mengandung elektrifikasi hingga 33,33 kilowatt hour (kWh).

Sehingga apabila harga hidrogen turun hingga 1 dolar AS, hal ini tak hanya membuat biaya transportasi lebih murah, namun juga bisa menurunkan biaya produksi di sektor manufaktur karena memangkas alokasi biaya energi.

Contoh, untuk golongan bisnis menengah (B-2/TR) yang memiliki daya 6.600VA-200 kVA, tarif listrik per kWh yakni Rp1.444,70, yang artinya jika disamakan dengan daya yang dimiliki hidrogen sebesar 33,33 kWh, para pelaku industri mesti merogoh kocek sebesar Rp48.151 (asumsi harga hidrogen 1 dolar AS).

Namun, dengan menggunakan hidrogen, pengusaha bisa memanfaatkan keuntungan ini untuk melakukan ekspansi bisnis, yang pada akhirnya membuka lapangan pekerjaan.

Oleh karena itu, riset dan inovasi menjadi faktor kunci dalam pengembangan teknologi produksi, penyimpanan, dan distribusi hidrogen di Tanah Air supaya harganya lebih murah.

Sinergi antara pemerintah dan swasta juga sangat diperlukan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dalam mengembangkan industri ini.

Seiring meningkatnya perhatian global terhadap isu perubahan iklim, hidrogen diyakini dapat menjadi solusi strategis dalam menjawab tantangan kebutuhan energi masa depan, sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi Indonesia karena membuat sektor manufaktur dapat menekan biaya produksi di segmen kebutuhan energi.

Demi mewujudkan hal ini, Pemerintah harus mengoptimalkan peta jalan (roadmap) hidrogen nasional yang mencakup aspek produksi, distribusi, serta penggunaannya di sektor industri.

Dengan berbagai inisiatif yang berjalan, pengembangan industri hidrogen diharapkan menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan dan melindungi lingkungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |