Waspadai Gejala Darah Tinggi, Segera Konsultasi ke Dokter Jika Mengalami Tanda-Tanda ini

1 month ago 9

  1. TRENDING

Hati-hati terhadap hipertensi yang sering kali tidak menunjukkan gejala.

Kamis, 17 Apr 2025 12:10:28

Waspadai Gejala Darah Tinggi, Segera Konsultasi ke Dokter Jika Mengalami Tanda-Tanda ini Ternyata teh krisan terbukti antihipertensi dan sudah ditemukan oleh pengobatan tradisional Cina. (Foto: Pexels.com/Pavel Danilyuk) (©© 2025 Liputan6.com)

Tekanan darah tinggi, yang juga dikenal sebagai hipertensi adalah suatu kondisi medis di mana tekanan darah di arteri Anda tetap berada pada tingkat yang tinggi secara konsisten. Banyak individu yang mengalami hipertensi tidak menunjukkan gejala, bahkan ketika tekanan darah mereka berada pada angka yang sangat tinggi. Ini menjadikan hipertensi sering disebut sebagai "silent killer" karena dapat menyebabkan kerusakan serius pada organ-organ penting sebelum Anda menyadari adanya masalah. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala hipertensi dan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala.

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang signifikan di seluruh dunia. Di Indonesia, angka kejadian hipertensi terus meningkat, sejalan dengan tren global yang ada. Data menunjukkan adanya kenaikan jumlah kasus hipertensi setiap tahunnya, terutama di kalangan orang tua. Keberadaan hipertensi ini meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, serta komplikasi kesehatan lainnya. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran dan melakukan deteksi dini guna mencegah dampak negatif dari hipertensi.

Meskipun sering kali tidak menunjukkan gejala, ada beberapa tanda awal hipertensi yang perlu diperhatikan. Penting untuk mengenali tanda-tanda tersebut agar Anda dapat segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Penanganan yang cepat sangat penting untuk menghindari komplikasi serius seperti stroke dan penyakit jantung. Jangan abaikan kesehatan Anda, lakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin!

Untuk mencegah kondisi hipertensi menjadi lebih parah, penting untuk mengetahui gejala darah tinggi serta cara penanganannya, seperti yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber pada Kamis (17/4/2025).

Apa Itu Tekanan Darah?

Tekanan darah merupakan ukuran gaya yang diterapkan oleh darah pada dinding arteri saat jantung memompa. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam satuan milimeter air raksa (mmHg) dan terdiri dari dua angka: angka sistolik (angka atas) dan angka diastolik (angka bawah). Angka sistolik mencerminkan tekanan saat jantung berkontraksi dan memompa darah, sedangkan angka diastolik menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara detakan. Selisih antara kedua angka ini dikenal sebagai tekanan nadi, yang penting untuk dipahami dalam menilai kesehatan jantung.

Untuk mengukur tekanan darah, digunakan alat bernama sfigmomanometer dan stetoskop. Proses pengukuran dilakukan dengan cara memasang manset di lengan atas, lalu memompa udara ke dalam manset hingga arteri tertekan. Setelah itu, udara dilepaskan perlahan, dan dokter atau tenaga kesehatan akan mendengarkan suara jantung dengan stetoskop. Bunyi pertama yang terdengar menandakan angka sistolik, sedangkan bunyi terakhir menunjukkan angka diastolik. Hasil dari pengukuran ini kemudian dicatat dan dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang kondisi kesehatan pasien.

Klasifikasi Tekanan Darah

Waspadai Gejala Darah Tinggi, Segera Konsultasi ke Dokter Jika Mengalami Tanda-Tanda ini Ternyata teh krisan terbukti antihipertensi dan sudah ditemukan oleh pengobatan tradisional Cina. (Foto: Pexels.com/Pavel Danilyuk) © 2025 Liputan6.com

Klasifikasi tekanan darah sangat penting untuk mengetahui apakah seseorang memiliki tekanan darah yang normal, tinggi, atau bahkan sangat tinggi. Penentuan klasifikasi ini didasarkan pada pengukuran angka sistolik dan diastolik. Secara umum, tekanan darah yang dianggap normal adalah di bawah 120/80 mmHg. Jika tekanan darah berada pada kisaran 130-139/80-89 mmHg, maka dapat dikategorikan sebagai tekanan darah tinggi tahap 1. Di sisi lain, tekanan darah tinggi tahap 2 ditandai dengan angka 140/90 mmHg atau lebih.

Satu kondisi yang patut diwaspadai adalah krisis hipertensi, yaitu ketika tekanan darah mencapai angka yang sangat tinggi, yaitu di atas 180/120 mmHg. Keadaan ini termasuk dalam kategori darurat medis dan memerlukan penanganan segera di rumah sakit. Memahami klasifikasi tekanan darah sangatlah penting, karena hal ini dapat membantu Anda mengetahui kondisi kesehatan Anda dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan jika tekanan darah menunjukkan angka yang tinggi. Dengan demikian, Anda dapat menjaga kesehatan jantung dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Tanda-Tand Harus Diwaspadai pada Gejala Darah Tinggi

Waspadai Gejala Darah Tinggi, Segera Konsultasi ke Dokter Jika Mengalami Tanda-Tanda ini Ternyata teh krisan terbukti antihipertensi dan sudah ditemukan oleh pengobatan tradisional Cina. (Foto: Pexels.com/Pavel Danilyuk) © 2025 Liputan6.com

Darah Tinggi Jarang Menunjukkan Gejala

Hipertensi sering kali disebut sebagai "silent killer" karena banyak orang yang mengidapnya tidak merasakan gejala apapun, meskipun tekanan darah mereka sudah sangat tinggi. Ini terjadi karena tubuh tidak memiliki reseptor yang dapat mendeteksi tekanan darah tinggi secara langsung. Gejala baru akan muncul ketika tekanan darah mencapai tingkat yang sangat tinggi dan mulai merusak organ tubuh. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin, meskipun Anda merasa sehat. Banyak faktor yang menyebabkan hipertensi sering kali tidak menampakkan gejala. Di antara faktor-faktor tersebut adalah mekanisme kompensasi tubuh, variasi tekanan darah harian, dan perbedaan sensitivitas individu terhadap tekanan darah tinggi. Karena tidak adanya gejala spesifik, satu-satunya cara untuk memastikan apakah Anda mengalami hipertensi adalah dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala oleh tenaga medis yang kompeten.

Gejala Umum Hipertensi

Beberapa tanda yang mungkin dialami oleh penderita hipertensi termasuk sakit kepala, terutama di bagian belakang kepala, yang sering kali terasa berat dan berdenyut. Penderita juga sering melaporkan mengalami pusing dan vertigo, yang disertai dengan gangguan keseimbangan. Gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau berkunang-kunang, juga bisa menjadi indikasi adanya hipertensi. Sesak napas, terutama saat melakukan aktivitas fisik, dapat terjadi karena jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Mimisan, atau hidung berdarah, juga bisa menjadi salah satu gejala, karena tekanan darah tinggi dapat membuat pembuluh darah di hidung lebih rentan terhadap kerusakan. Selain itu, detak jantung yang tidak teratur atau berdebar-debar juga dapat terjadi. Meskipun gejala-gejala ini umum, penting untuk diingat bahwa mereka tidak selalu menunjukkan adanya hipertensi. Banyak individu dengan hipertensi tidak mengalami gejala sama sekali.

Gejala Darah Tinggi yang Serius

Ada beberapa gejala darah tinggi yang serius yang memerlukan penanganan medis segera. Misalnya, sakit kepala yang tiba-tiba dan parah, disertai dengan kebingungan atau kesulitan berbicara, merupakan tanda bahaya. Mual dan muntah yang sangat hebat, nyeri dada (angina), serta kejang juga merupakan gejala serius yang harus segera ditangani. Kondisi ini dapat mengindikasikan krisis hipertensi, yang merupakan keadaan darurat medis. Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera hubungi layanan medis darurat atau kunjungi rumah sakit terdekat. Jangan menunda-nunda perawatan, karena penundaan dapat berakibat pada komplikasi serius, bahkan kematian. Tindakan cepat sangat penting untuk mencegah kerusakan permanen pada organ-organ vital.

Kapan Sebaiknya Anda Pergi ke Dokter?

Waspadai Gejala Darah Tinggi, Segera Konsultasi ke Dokter Jika Mengalami Tanda-Tanda ini Ternyata teh krisan terbukti antihipertensi dan sudah ditemukan oleh pengobatan tradisional Cina. (Foto: Pexels.com/Pavel Danilyuk) © 2025 Liputan6.com

Pemeriksaan tekanan darah secara teratur sangat krusial, terutama bagi individu yang memiliki risiko tinggi terhadap hipertensi, seperti mereka yang memiliki riwayat keluarga hipertensi, obesitas, kebiasaan merokok, atau diabetes. Idealnya, orang dewasa yang berusia di atas 40 tahun atau mereka yang memiliki faktor risiko sebaiknya melakukan pemeriksaan tekanan darah setiap tahun. Sementara itu, orang dewasa muda dengan risiko tinggi mungkin perlu melakukan pemeriksaan lebih sering.

Gejala darurat yang memerlukan perhatian medis segera termasuk sakit kepala yang tiba-tiba dan hebat, sesak napas yang berat, nyeri pada dada, kebingungan, kejang, atau penglihatan yang kabur secara mendadak. Jika Anda mengalami salah satu dari gejala tersebut, jangan ragu untuk mencari bantuan medis segera. Sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter Anda guna menentukan seberapa sering Anda perlu memeriksakan tekanan darah, berdasarkan usia, riwayat kesehatan, dan faktor risiko yang Anda miliki.

Faktor Tekanan Darah Tinggi

Waspadai Gejala Darah Tinggi, Segera Konsultasi ke Dokter Jika Mengalami Tanda-Tanda ini Ternyata teh krisan terbukti antihipertensi dan sudah ditemukan oleh pengobatan tradisional Cina. (Foto: Pexels.com/Pavel Danilyuk) © 2025 Liputan6.com

Penyebab Tekanan Darah Tinggi

Penyebab hipertensi bervariasi, meliputi faktor gaya hidup dan kondisi medis tertentu. Memahami penyebab ini sangat penting agar Anda dapat mencegah dan mengelola tekanan darah tinggi.

Faktor Gaya Hidup

Salah satu penyebab utama hipertensi adalah pola makan yang tinggi garam. Konsumsi garam berlebihan dapat meningkatkan volume darah dan, pada gilirannya, tekanan darah. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik juga berkontribusi terhadap peningkatan tekanan darah. Kebiasaan mengonsumsi alkohol secara berlebihan dan merokok dapat merusak pembuluh darah serta meningkatkan tekanan darah. Stres yang berkepanjangan juga berpotensi meningkatkan tekanan darah dan risiko terjadinya hipertensi. Oleh karena itu, perubahan gaya hidup seperti mengurangi asupan garam, meningkatkan aktivitas fisik, berhenti merokok, dan mengelola stres sangat penting untuk menurunkan tekanan darah. Memperhatikan pola makan dan menerapkan gaya hidup sehat adalah langkah krusial dalam pencegahan serta pengelolaan hipertensi.

Faktor yang Tidak Dapat Diubah

Beberapa faktor risiko hipertensi tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga yang memiliki hipertensi dan faktor genetik. Jika ada anggota keluarga yang pernah mengalami hipertensi, maka risiko Anda untuk mengalami kondisi yang sama juga meningkat. Selain itu, usia merupakan faktor risiko yang tidak dapat dihindari, di mana risiko hipertensi cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Jenis kelamin dan etnis juga berpengaruh terhadap kemungkinan terkena hipertensi. Meskipun faktor-faktor ini tidak dapat diubah, Anda tetap bisa mengelola risiko hipertensi dengan mengontrol faktor gaya hidup yang dapat diubah. Menyadari adanya faktor risiko yang tidak dapat diubah dan mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan dampaknya adalah hal yang sangat penting.

Kondisi Medis yang Dapat Menyebabkan Hipertensi

Berbagai kondisi medis dapat menjadi penyebab atau memperburuk hipertensi, seperti penyakit ginjal kronis yang mengganggu kemampuan ginjal dalam mengatur volume dan tekanan darah. Diabetes juga diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Selain itu, sleep apnea, yang merupakan kondisi di mana pernapasan berhenti dan mulai kembali berulang kali saat tidur, dapat berkontribusi pada peningkatan tekanan darah. Gangguan pada kelenjar adrenal, seperti sindrom Cushing, dapat menyebabkan produksi hormon kortisol yang berlebihan, yang berpotensi meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu, penting untuk mengelola kondisi medis yang mendasari agar tekanan darah tetap terkontrol. Jika Anda memiliki kondisi medis yang berisiko meningkatkan hipertensi, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Dampak Darah Tinggi Jika Tidak Diobati

Waspadai Gejala Darah Tinggi, Segera Konsultasi ke Dokter Jika Mengalami Tanda-Tanda ini Ternyata teh krisan terbukti antihipertensi dan sudah ditemukan oleh pengobatan tradisional Cina. (Foto: Pexels.com/Pavel Danilyuk) © 2025 Liputan6.com

Jika hipertensi tidak diobati, risiko komplikasi yang dapat mengancam jiwa akan meningkat. Komplikasi ini dapat berdampak pada berbagai organ tubuh. Penyakit jantung, seperti serangan jantung dan gagal jantung, merupakan salah satu komplikasi utama yang diakibatkan oleh tekanan darah tinggi. Selain itu, stroke yang terjadi akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak juga menjadi masalah serius. Kerusakan pada pembuluh darah, penyakit ginjal kronis, dan kerusakan mata yang dikenal sebagai retinopati juga dapat muncul akibat tekanan darah tinggi yang tidak terkelola dengan baik.

Demensia vaskular, yang merupakan jenis demensia yang disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah di otak, juga dapat terjadi akibat hipertensi. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengontrol tekanan darah agar komplikasi serius ini dapat dicegah. Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter guna mendapatkan pengobatan dan penanganan yang sesuai untuk kondisi Anda. Dengan langkah yang tepat, Anda dapat mengurangi risiko komplikasi dan menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Diagnosis Hipertensi

Waspadai Gejala Darah Tinggi, Segera Konsultasi ke Dokter Jika Mengalami Tanda-Tanda ini Ternyata teh krisan terbukti antihipertensi dan sudah ditemukan oleh pengobatan tradisional Cina. (Foto: Pexels.com/Pavel Danilyuk) © 2025 Liputan6.com

Diagnosis hipertensi biasanya dilakukan dengan cara memeriksa tekanan darah secara rutin di fasilitas kesehatan. Pengukuran tekanan darah ini umumnya menggunakan sfigmomanometer, yang merupakan alat standar untuk tujuan tersebut.

Selain itu, pengukuran tekanan darah juga bisa dilakukan di rumah dengan menggunakan alat pengukur tekanan darah yang memiliki akurasi tinggi. Dengan melakukan pengukuran di rumah, pasien dapat lebih mudah memantau tekanan darah mereka secara berkala.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai penyebab hipertensi, tes tambahan sering kali diperlukan. Misalnya, tes darah dapat dilakukan untuk memeriksa kadar kolesterol, gula darah, serta fungsi ginjal.

Selain tes darah, analisis urin juga penting untuk mendeteksi adanya proteinuria, yang dapat menandakan adanya kerusakan pada ginjal. Selain itu, prosedur seperti elektrokardiogram (EKG) dan ekokardiogram dapat digunakan untuk menilai fungsi jantung secara lebih mendalam.

Tindakan dan Terapi untuk Mengatasi Hipertensi

Waspadai Gejala Darah Tinggi, Segera Konsultasi ke Dokter Jika Mengalami Tanda-Tanda ini Ternyata teh krisan terbukti antihipertensi dan sudah ditemukan oleh pengobatan tradisional Cina. (Foto: Pexels.com/Pavel Danilyuk) © 2025 Liputan6.com

Pengobatan dan penanganan hipertensi bertujuan untuk menurunkan serta mengendalikan tekanan darah agar mencapai tingkat yang sehat. Proses penanganan ini mencakup perubahan gaya hidup serta penggunaan obat-obatan medis.

Perubahan Gaya Hidup

Diet yang rendah garam, seperti diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension), dapat berkontribusi dalam menurunkan tekanan darah. Selain itu, melakukan olahraga secara teratur, minimal 150 menit dalam seminggu, juga sangat penting untuk kesehatan jantung.

Jika seseorang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, penurunan berat badan dapat membantu menurunkan tekanan darah. Selain itu, sangat dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.

Manajemen stres, melalui teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga, juga dapat berperan dalam menurunkan tekanan darah. Tidur yang cukup dan berkualitas merupakan faktor penting yang tidak boleh diabaikan untuk kesehatan jantung.

Dengan melakukan perubahan gaya hidup ini, individu dapat mengambil langkah signifikan dalam mengontrol tekanan darah tinggi.

Obat-obatan untuk Menurunkan Tekanan Darah

Ada berbagai jenis obat yang dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah, seperti diuretik, yang berfungsi membantu tubuh mengeluarkan kelebihan garam dan air. Selain itu, ACE inhibitor dan ARB (Angiotensin II Receptor Blockers) berperan dalam melebarkan pembuluh darah dan mengurangi tekanan darah.

Calcium channel blockers juga memiliki fungsi serupa dalam melebarkan pembuluh darah. Sementara itu, beta-blocker membantu memperlambat detak jantung dan menurunkan tekanan darah. Pemilihan jenis obat dan dosis yang tepat akan ditentukan oleh dokter berdasarkan kondisi kesehatan masing-masing individu.

Obat-obatan tersebut harus digunakan sesuai dengan petunjuk dokter untuk memastikan efektivitas dan keamanan dalam pengobatan hipertensi.

Mengukur Tekanan Darah di Rumah

Waspadai Gejala Darah Tinggi, Segera Konsultasi ke Dokter Jika Mengalami Tanda-Tanda ini Ternyata teh krisan terbukti antihipertensi dan sudah ditemukan oleh pengobatan tradisional Cina. (Foto: Pexels.com/Pavel Danilyuk) © 2025 Liputan6.com

Melakukan pemantauan tekanan darah di rumah sangat bermanfaat untuk membantu Anda dan dokter dalam memantau kondisi tekanan darah secara berkala. Hal ini memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih tepat terkait pengobatan yang diperlukan. Untuk itu, pilihlah alat pengukur tekanan darah yang memiliki akurasi tinggi dan mudah untuk digunakan. Pastikan Anda mengikuti semua instruksi penggunaan alat tersebut dengan cermat.

Untuk hasil yang konsisten, lakukan pengukuran tekanan darah pada waktu yang sama setiap hari, seperti di pagi hari sebelum Anda sarapan atau minum. Jangan lupa untuk mencatat hasil pengukuran tersebut dengan teliti. Selanjutnya, diskusikan hasil yang Anda catat dengan dokter secara rutin. Ini penting agar dokter dapat melakukan evaluasi dan, jika perlu, menyesuaikan pengobatan Anda sesuai dengan kondisi terkini.

Mitos

Waspadai Gejala Darah Tinggi, Segera Konsultasi ke Dokter Jika Mengalami Tanda-Tanda ini Ternyata teh krisan terbukti antihipertensi dan sudah ditemukan oleh pengobatan tradisional Cina. (Foto: Pexels.com/Pavel Danilyuk) © 2025 Liputan6.com

Berbagai mitos mengenai hipertensi sering kali beredar di masyarakat. Salah satu mitos yang paling umum adalah anggapan bahwa hipertensi selalu disertai gejala. Namun, kenyataannya, banyak penderita hipertensi yang tidak mengalami gejala sama sekali. Selain itu, ada juga mitos yang mengatakan bahwa obat hipertensi hanya perlu dikonsumsi saat merasakan gejala. Sebenarnya, obat hipertensi seharusnya dikonsumsi secara teratur, meskipun Anda merasa sehat dan tidak merasakan gejala apapun.

Mitos lain yang perlu diluruskan adalah bahwa hipertensi hanya dialami oleh orang-orang yang berusia lanjut. Faktanya, hipertensi dapat muncul pada individu dari segala usia, termasuk anak-anak dan remaja. Terakhir, ada anggapan bahwa orang dengan tekanan darah normal tidak perlu melakukan pemeriksaan kesehatan. Padahal, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala guna mendeteksi kemungkinan masalah kesehatan sejak dini.

Tips Mencegah Tekanan Darah Tinggi

Waspadai Gejala Darah Tinggi, Segera Konsultasi ke Dokter Jika Mengalami Tanda-Tanda ini Ternyata teh krisan terbukti antihipertensi dan sudah ditemukan oleh pengobatan tradisional Cina. (Foto: Pexels.com/Pavel Danilyuk) © 2025 Liputan6.com

Mencegah terjadinya tekanan darah tinggi lebih baik daripada melakukan pengobatan setelahnya. Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk menghindari hipertensi: Konsumsi makanan bergizi, seperti sayuran, buah-buahan, serta biji-bijian. Penting untuk membatasi asupan garam tidak lebih dari satu sendok teh setiap harinya. Selain itu, menjaga berat badan dalam batas ideal dan melakukan aktivitas fisik secara rutin, minimal 150 menit dalam seminggu, juga sangat dianjurkan. Mengelola stres dengan baik melalui teknik relaksasi yang tepat adalah langkah penting lainnya. Tidur yang cukup dan berkualitas juga memainkan peran krusial dalam menjaga kesehatan jantung. Dengan menerapkan berbagai tips ini, Anda dapat menurunkan risiko terkena hipertensi.

Hipertensi Terjadi Pada Kelompok Tertentu

Waspadai Gejala Darah Tinggi, Segera Konsultasi ke Dokter Jika Mengalami Tanda-Tanda ini Ternyata teh krisan terbukti antihipertensi dan sudah ditemukan oleh pengobatan tradisional Cina. (Foto: Pexels.com/Pavel Danilyuk) © 2025 Liputan6.com

Hipertensi bisa dialami oleh berbagai kelompok usia serta kondisi kesehatan yang berbeda-beda. Dalam kasus wanita hamil, hipertensi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi selama masa kehamilan. Sementara itu, pada lansia, hipertensi sering kali berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi terhadap penyakit jantung dan stroke. Selain itu, bagi penderita diabetes, hipertensi dapat memperburuk berbagai komplikasi yang ada. Anak-anak dan remaja juga tidak terhindar dari hipertensi, sehingga mereka memerlukan penanganan yang khusus. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami kebutuhan spesifik setiap kelompok dalam manajemen hipertensi.

Untuk mendapatkan perawatan yang sesuai, sebaiknya konsultasikan kondisi kesehatan Anda kepada dokter. Gejala hipertensi sering kali tidak tampak, sehingga melakukan pemeriksaan secara rutin menjadi sangat penting. Penting juga untuk mengenali faktor-faktor risiko yang ada dan menerapkan gaya hidup sehat guna mencegah terjadinya hipertensi. Apabila Anda merasakan gejala yang mencurigakan, segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Dengan melakukan deteksi secara dini dan penanganan yang sesuai, Anda dapat mencegah terjadinya komplikasi serius yang mungkin timbul.

Artikel ini ditulis oleh

Desi Aditia Ningrum

M

Reporter

  • Mabruri Pudyas Salim
  • Rizky Mandasari
Rentan Terjadi Tanpa Disadari, Kenali Ciri dan Penanganan Hipertensi Tersembunyi Menurut Dokter Penyakit Dalam

Rentan Terjadi Tanpa Disadari, Kenali Ciri dan Penanganan Hipertensi Tersembunyi Menurut Dokter Penyakit Dalam

Pada saat seseorang mengalami masalah hipertensi tersembunyi, penting untuk segera menyadari dan mengatasinya.

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |