- TEK
- IT
Robot masih kesulitan melakukan hal-hal yang dianggap sepele oleh manusia.
Senin, 21 Apr 2025 10:49:37

Di tengah kemajuan pesat teknologi kecerdasan buatan dan robotika, sebuah tantangan klasik tetap menjadi batu sandungan: memasukkan baut atau pasak ke dalam lubang.
Tugas yang terlihat sepele bagi manusia ini ternyata masih menjadi tantangan serius bagi robot industri, terutama di lingkungan kerja yang tidak terstruktur.
Menurut laporan yang dimuat dalam jurnal Applied Sciences dan ditinjau oleh sejumlah peneliti robotika, robot masih kerap gagal dalam menyelesaikan tugas yang disebut sebagai peg-in-hole problem.
“Sedikit pergeseran posisi atau kemiringan baut dapat menyebabkan kegagalan total dalam proses perakitan,” tulis peneliti dalam makalah tersebut.
Kesulitan ini bukan disebabkan oleh kurangnya kekuatan atau kecepatan robot, melainkan oleh keterbatasan dalam kemampuan beradaptasi terhadap variabel lingkungan.
Sistem kamera dan sensor gaya yang digunakan masih belum cukup sensitif untuk menangkap perubahan kecil pada posisi atau orientasi lubang dan baut, apalagi dalam situasi yang tidak stabil seperti cahaya yang berubah-ubah atau permukaan yang tidak rata.
“Robot memiliki keterbatasan mekanis yang menyebabkan mereka memperparah kesalahan posisi. Tanpa perangkat seperti Remote Center Compliance (RCC), upaya memasukkan pasak malah bisa menyebabkan kerusakan,” ujar tim peneliti dari Universitas Zhejiang dalam studi mereka tentang perakitan fleksibel menggunakan kontrol impedansi.
Beberapa pendekatan modern telah dikembangkan untuk mengatasi tantangan ini. Di antaranya adalah penggunaan algoritma reinforcement learning, sistem pembelajaran mesin yang memungkinkan robot belajar dari pengalaman kegagalan sebelumnya.
Pendekatan ini memungkinkan robot menyesuaikan strategi gerak berdasarkan kondisi lingkungan yang berubah-ubah.
Selain itu, penggabungan sensor visual dan proprioseptif—yakni data dari kamera dan sensor internal robot—telah terbukti meningkatkan adaptabilitas sistem. Pola gerakan spiral atau linier juga digunakan sebagai strategi pencarian untuk menyesuaikan posisi baut sebelum masuk ke lubang.
Meski demikian, para ahli menilai bahwa jalan menuju kemampuan setara manusia dalam hal motorik halus masih panjang.
“Kita masih jauh dari robot yang bisa bekerja sefleksibel tangan manusia, terutama dalam tugas-tugas presisi tinggi di lingkungan nyata,” kata Prof. Haruhisa Kawasaki, pakar robotika dari Nara Institute of Science and Technology, Jepang.
Salah satu video demonstrasi di YouTube, berjudul Compliant Peg-in-Hole Assembly Using a Very Soft Wrist, menampilkan bagaimana pendekatan kontrol lunak dapat meningkatkan keberhasilan robot dalam menyelesaikan tugas ini. Namun video itu juga menunjukkan bahwa kecepatan dan efisiensi robot masih tertinggal jauh dibandingkan kemampuan manual manusia.
Fenomena ini menjadi pengingat bahwa kecanggihan AI dan robot bukan berarti mampu menyamai seluruh aspek kerja manusia, terutama dalam hal koordinasi visual dan motorik yang kompleks.
Artikel ini ditulis oleh

F
Reporter
- Fauzan Jamaludin

Tak Banyak Orang Tahu, AI Belum Bisa Mengeja Kata 'Strawberry'
Keterbatasan AI dalam memahami konsep dasar seperti huruf dan suku kata menunjukkan bahwa meski canggih, AI belum berpikir seperti manusia.

Belum Ada Robot Secanggih Apapun Bisa Kalah Kecepatan Lari Hewan
Ilmuwan mengaku sejauh ini belum ada robot yang mampu mengalahkan kecepatan lari hewan.
Robot 1 tahun yang lalu

Pakar sebut AI Masih Sulit Menggambar Tangan dan Kaki dengan Sempurna
AI semakin canggih dalam menciptakan konten yang realistis. Namun, tangan dan kaki tetap menjadi tantangan besar.

Ini PR Pengembangan AI di Indonesia
Meski memiliki potensi ekonomi yang besar, AI masih dihadapkan dengan tantangan pengembangan di Indonesia. Apa saja?