Lesunya pasar kendaraan listrik disinyalir jadi alasan kuat para investor undur diri dari Indonesia.
Senin, 21 Apr 2025 11:39:00

Di balik gencarnya ambisi Indonesia menjadi pusat industri baterai kendaraan listrik (EV) dunia, kabar mengejutkan datang dari mitra strategis asal Korea Selatan.
Dilansir Kantor Berita Yonhap, sebuah konsorsium yang dipimpin oleh LG, termasuk LG Energy Solution, LG Chem, dan LX International Corp., memutuskan menarik diri dari proyek besar senilai 11 triliun won setara Rp129 triliun yang semula dirancang untuk membangun rantai pasokan baterai kendaraan listrik terintegrasi di Indonesia.
Proyek tersebut sempat digadang-gadang akan menjadi tonggak sejarah kolaborasi Indonesia-Korea Selatan dalam memanfaatkan cadangan nikel terbesar di dunia yang dimiliki Indonesia.
Rantai nilai menyeluruh dari pengadaan bahan baku, produksi prekursor dan katoda, hingga perakitan sel baterai sudah dirancang dengan matang, bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan sejumlah perusahaan pelat merah.
Namun, realita industri berbicara lain. Permintaan kendaraan listrik global yang sempat melonjak tajam kini mulai melambat, menciptakan fenomena yang disebut sebagai "jurang EV". Di tengah lanskap yang berubah ini, konsorsium LG memilih mundur.
"Mempertimbangkan kondisi pasar dan lingkungan investasi, kami memutuskan untuk keluar dari proyek," ujar pejabat LG Energy Solution kepada kantor berita Yonhap, Jumat (28/6).
Meski begitu, mereka menegaskan tetap berkomitmen dengan investasi yang sudah berjalan, seperti proyek pabrik baterai Hyundai LG Indonesia Green Power (HLI Green Power) di Karawang, Jawa Barat.
Investor Eropa Tahan Diri
Tak hanya dari Asia, tekanan juga datang dari Eropa. Dua raksasa industri BASF dari Jerman dan Eramet dari Prancis menunda investasi senilai USD2,6 miliar di proyek Sonic Bay, Maluku Utara.
Meskipun banyak yang mengira penarikan diri ini sebagai sinyal surutnya kepercayaan investor asing, Menteri Investasi yang saat itu diemban oleh Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa langkah tersebut hanyalah penundaan, bukan pembatalan.
"Investasinya dipending, bukan dicabut," kata Bahlil. Ia menyebut bahwa pihaknya masih aktif menjalin komunikasi dengan kedua perusahaan.
Menurutnya, penurunan permintaan kendaraan listrik di Eropa dan Amerika menjadi faktor utama. Daya beli yang melemah dan persaingan ketat dengan mobil produksi negara lain membuat pasar menurun, berdampak langsung pada permintaan baterai.
Namun, Bahlil optimistis. Ia memastikan bahwa iklim investasi Indonesia tetap aman dan menarik.
"Tidak ada kekhawatiran dari investor lain. Kita masih dalam pembicaraan. Ini hanya jeda, bukan titik akhir," tegasnya.
Artikel ini ditulis oleh


BASF dan Eramet masih buka peluang untuk terlibat dalam industri kendaraan listrik di Indonesia, dengan cara menjual cadangan produknya.

Dua Perusahaan Besar Eropa Pilih Tunda Investasi Sonic Bay di Halmahera, Maluku
Hingga saat ini kedua perusahaan raksasa tersebut belum mencabut rencana investasinya di Indonesia.

September 2024, LG akan memulai pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik di Batang.
Hadirnya pabrik katoda LG di Batang menjadi integrasi pembangunan hulu dan hilir ekosistem baterai kendaraan listrik.

Tanpa diduga, Ford menghentikan pengembangan kendaraan listrik
Ford bukanlah satu-satunya perusahaan yang menarik diri dari ambisi besar mereka di sektor EV.
Ford 1 tahun yang lalu

Indonesia Siap Jadi Pemain Inti Kendaraan Listrik, Ini Buktinya
Permintaan global untuk kendaraan listrik tumbuh pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
nikel 1 tahun yang lalu

Jokowi Soal Elon Musk Tak Kunjung Bangun Pabrik Tesla di Indonesia: Kita Tak Bergantung ke 1-2 Merek
Jokowi optimistis pembangunan industri kendaraan listrik dari hulu ke hilir akan membuat investor berbondong-bondong investasi di Indonesia.

Percepat Investasi Ekosistem Mobil Listrik, Menteri Rosan Temui Sejumlah Perusahaan Raksasa Tiongkok
Kunjungan Menteri Rosan ke perusahaan-perusahaan ini dilaksanakan dalam rangka mengawal investasinya yang telah berjalan di Indonesia.
