Sosok ayah memang kerap menjadi fondasi utama dalam membentuk karakter dan masa depan anak, termasuk bagi tiga profesor bersaudara dari Surabaya.
Senin, 21 Apr 2025 14:45:00

R.A. Kartini dikenal sebagai pelopor dan juga simbol perjuangan bagi perempuan Indonesia. Di balik perjuangannya Kartini, ada sosok ayah yang berperan besar dalam membentuk karakter dan cita-cita Kartini.
Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, ayah Kartini, adalah sosok yang membuka jalan bagi putrinya untuk memperoleh pendidikan dan akses pada pemikiran maju, sesuatu yang tidak lazim pada masa itu.
Meski terikat oleh adat Jawa yang kuat, Sosroningrat memberi Kartini izin untuk bersekolah di Europese Lagere School (ELS) hingga usia 12 tahun, serta membebaskannya membaca surat kabar dan buku berbahasa Belanda.
Ia juga membolehkan Kartini berkirim surat dengan teman-teman penanya di Eropa, yang kelak menjadi cikal bakal buku “Habis Gelap Terbitlah Terang.”
Sosok ayah memang kerap menjadi fondasi utama dalam membentuk karakter dan masa depan anak, termasuk bagi perempuan. Hal ini tercermin dalam kisah R.A. Kartini era modern dari keluarga Firman Talkah asal Sidoarjo, Jawa Timur. Firman berhasil mengantar tiga putrinya meraih gelar profesor.
Semangat serupa ditunjukkan Firman Talkah, seorang guru yang mendidik lima anaknya, empat perempuan dan satu laki-laki, dengan pendekatan disiplin dan kasih sayang. Tiga dari putrinya, kini menyandang gelar profesor.
Anak sulungnya, Prof (R) Dr Ir Anita Firmanti, MT, pernah menjabat Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tahun 2023.
Anak kedua, Prof Dr Anggraini Dwi S, dr, SpRad, Subsp.NKL(K), adalah guru besar bidang neuroradiologi. Anak ketiga, Prof Dr Aktieva Tri Tjitrawati, SH, MHum, fokus pada hukum kesehatan nasional.
Prof Dr Anggraini Dwi S, dr, SpRad, Subsp.NKL(K), salah satu dari tiga perempuan bergelar profesor dalam satu keluarga ini, mengenang ayahnya sebagai pribadi yang penuh kasih, disiplin, dan visioner.
“Bapak saya itu anak yatim piatu, bisa sekolah karena beasiswa. Setelah lulus dari sekolah guru sekolah atas, beliau ditugaskan di desa di kaki Gunung Bromo, tepatnya di Nongkojajar, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Di sanalah beliau bertemu ibu saya yang juga guru desa,” kata Anggraini, berkisah dilansir Antara, Senin (21/4).
Saat itu, Firman Talkah sudah melihat tantangan masa depan seorang guru. Ia pun memutuskan untuk kembali menempuh pendidikan sebagai akuntan demi masa depan keluarga. Meski sibuk, ia selalu punya waktu untuk anak-anaknya.
Kebiasaan dari Sang Ayah
Anggraini mengakui ia dan saudaranya pintar karena dibiasakan membaca koran sejak kecil. Bacaan mereka berat-berat. Kakak pertama diarahkan untuk menjadi panutan dan bertanggung jawab terhadap adik-adiknya lewat prestasi. Sang ayah bisa melihat karakter tiap anak dan mengarahkan pendidikan sesuai potensi.
Bagi Firman, anak perempuan harus maju. Dia mendidik anak-anaknya menjadi perempuan yang mandiri dan dominan. Meski mendidik dengan tegas, cinta kasih sang ayah begitu terasa. Waktu ia kecil, saat vaksinasi, Firman selalu ikut mendampingi, meskipun anaknya banyak. Ada yang digendong, ada yang dituntun.
Begitu juga saat latihan Pramuka di kelas 3 SD, Prof Anggraini disuruh berjalan kaki dari rumah di Kampung Malang ke Plaza Surabaya. Dari kecil dia sudah dididik mental dan tanggung jawab.
Sang adik, Prof. Dr. Aktieva Tri Tjitrawati, turut menambahkan kenangan hangat tentang sosok ayahnya. Ayahnya selalu mendampingi setiap hari.
Prof. Eva, sapaannya, mengenang saat mengenyam pendidikan di luar negeri, ia selalu menyempatkan menelepon di jam-jam yang memungkinkan agar tetap bisa berbicara dengan bapak.
Perempuan yang saat ini menjabat sebagai Koordinator Program Studi Magister Ilmu Hukum (MIH) Universitas Airlangga Surabaya tersebut merasa ada yang kurang kalau tidak bercerita ke ayahnya.
Keteladanan sang ayah, bahkan tercermin hingga ke generasi cucu. Cinta kasihnya luar biasa. Mungkin karena Firman dulunya yatim piatu, kasih sayangnya dilimpahkan sepenuhnya ke keluarga. Bahkan, dia juga mendampingi anak-anaknya yang kini sudah bergelar profesor hingga merayakan 50 tahun pernikahan.
Kesadaran mereka akan besarnya pengaruh ayah dalam keberhasilan hidup mereka mendorong keluarga ini untuk menulis buku. Buku tersebut menjadi penghargaan, sekaligus berisi refleksi akan warisan nilai-nilai yang ditanamkan, yakni mengenai pendidikan sebagai jalan utama untuk naik kelas sosial, cinta sebagai kekuatan utama dalam mendidik, dan ketegasan sebagai fondasi membentuk karakter.
Tiga Kartini Modern Tinggal di Lingkungan Kelam dan Keras
Kartini itu tumbuh di lingkungan yang keras di Kota Surabaya, yakni di Kampung Malang. di lokasi itu, dulu dikenal banyak praktik judi, minuman keras, dan hal-hal yang tidak mendukung tumbuh kembang anak.
Firman Talkah kemudian memutuskan pindah ke Mulyosari, juga di Surabaya, demi mencari lingkungan yang lebih baik.
Kini, ketiga putri Firman Talkah telah mencapai puncak akademik sebagai guru besar di bidangnya masing-masing. Setelah bapaknya meninggal, Anggraini baru mendaftar S3 di usia lebih dari 50 tahun. Karena itu, rasa yang muncul, kuliah di program doktoral itu seperti ingin memenuhi janji anak pada bapak.
Kisah keluarga ini menunjukkan bahwa peran seorang ayah bukan sekadar pemberi nafkah, melainkan penentu arah masa depan anak-anaknya. Seperti halnya R.A. Kartini yang tumbuh berkat kepercayaan dan dukungan ayahnya, demikian pula tiga profesor perempuan ini dibentuk oleh tangan kasih dan disiplin seorang ayah luar biasa.
Firman Talkah yang selalu hadir di momen wisuda anak-anaknya menjadi kenangan yang tidak ternilai bagi Prof Anggraini dan Prof Eva. Dan mereka percaya, perempuan, seperti juga laki-laki, punya kesempatan untuk berkembang dan mengisi berbagai bidang keilmuan, sesuai potensi dan ketekunannya.
Artikel ini ditulis oleh

R
Reporter
- Raynaldo Ghiffari Lubabah


Musarofah seorang ibu yang berhasil mendidik tiga anak laki-lakinya menjadi orang sukses. Tiga anak laki-laki Musarofah perwira TNI Polri.

Potret Satu Keluarga Komplet jadi Perwira TNI-Polri, Ayah Kopassus, Putri Polisi & Putranya Tentara
Satu keluarga komplet menjadi perwira TNI-Polri. Ayahnya anggota Kopassus, kakak perempuan seorang Polisi, dan adik laki-lakinya tentara.

Ini sosok di balik suksesnya tiga perwira TNI-Polri saat ini hingga mampu menjabat posisi strategis. Siapa orangnya?


40 Kata-kata Anak Perempuan untuk Ayahnya yang Menyentuh Hati, Penuh Kasih Sayang
Tuliskan jika Anda begitu menaruh kasih sayang mendalam sampai kapan pun kepada ayah.