San Lorenzo de Almargo, Klub Sepak Bola yang Selalu di Hati Paus Fransiskus hingga Akhir Hayat

2. BOLA
3. BOLA DUNIA

Paus Fransiskus, pemimpin umat Katolik, telah meninggal dunia setelah menghembuskan napas terakhirnya.

Senin, 21 Apr 2025 18:01:00

San Lorenzo de Almargo, Klub Sepak Bola yang Jadi Cinta Abadi Paus Fransiskus (©© 2025 Bola.net)

Pemimpin umat Katolik, Paus Fransiskus, baru saja meninggal dunia. Kepergiannya menyisakan duka mendalam, tidak hanya bagi umat Katolik di seluruh dunia, tetapi juga bagi para penggemar sepak bola. Paus Fransiskus menghembuskan nafas terakhir setelah tampil dalam misa Paskah pada hari Minggu (20/4/2025). Ia meninggal karena komplikasi penyakit yang dideritanya selama beberapa tahun terakhir pada hari Senin (21/4/2025) pagi waktu setempat.

Paus Fransiskus dikenal sebagai sosok yang bukan hanya memimpin umat Katolik di seluruh dunia, tetapi juga sebagai seorang penggemar sepak bola yang sangat fanatik.

Dia diketahui memiliki satu klub sepak bola yang didukungnya hingga akhir hayatnya, yaitu San Lorenzo de Almagro. Kisah Paus Fransiskus dan hubungan cintanya dengan San Lorenzo sangat menarik untuk disimak. Mari kita ulas lebih dalam mengenai kisah tersebut di bawah ini.

Legasi dari orang tua

Paus Fransiskus, yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio pada 17 Desember 1936 di Buenos Aires, Argentina, dikenal sebagai sosok yang memiliki ketertarikan mendalam terhadap sepak bola. Sejak kecil, Jorge menunjukkan kecintaannya yang besar terhadap olahraga ini.

Di Buenos Aires, terdapat lima tim besar yang dikenal dengan sebutan 'Big Five' dalam Liga Argentina, yaitu Boca Juniors, River Plate, Independiente, Racing Club, dan San Lorenzo. Meskipun Boca Juniors dan River Plate lebih terkenal di seluruh dunia, Jorge memilih untuk menjadi pendukung setia San Lorenzo.

Kecintaannya terhadap San Lorenzo bukanlah sebuah kebetulan, melainkan karena pengaruh dari keluarganya. Ayah Jorge adalah seorang pendukung San Lorenzo, dan semangat tersebut menurun kepada Jorge.

Sejak masa kecilnya, ia selalu bersemangat mendukung tim ini, menunjukkan betapa kuatnya ikatan emosional yang terjalin antara dirinya dan klub yang ia cintai. Dukungan ini menjadi bagian penting dari identitasnya sebagai seorang Argentina yang mencintai sepak bola.

Berikan motivasi

Bagi Paus Fransiskus, San Lorenzo lebih dari sekadar klub yang ia cintai semasa kecil. Klub ini menjadi inspirasi dan pedoman dalam menjalani hidupnya sebagai seorang Imam. San Lorenzo didirikan pada tahun 1908 oleh seorang pastor Katolik bernama Lorenzo Massa, yang memiliki visi untuk menciptakan ruang aman bagi anak-anak dari kalangan kurang mampu.

Untuk melindungi anak-anak tersebut dari pengaruh negatif, Pastor Lorenzo Massa mengajak mereka bermain sepak bola di halaman belakang gereja, yang menjadi awal mula berdirinya San Lorenzo. Nilai-nilai yang dijunjung oleh klub San Lorenzo sangat tercermin dalam perjalanan hidup Paus Fransiskus, di mana selama masa kepemimpinannya, ia menunjukkan kepedulian yang mendalam terhadap masyarakat yang miskin dan terpinggirkan.

Setia sampai akhir hidup

Sebuah fakta menarik yang mungkin belum banyak diketahui publik adalah bahwa Paus Fransiskus telah lama meninggalkan kebiasaan menonton televisi. Dalam wawancara dengan surat kabar Argentina, La Voz del Pueblo, ia mengungkapkan bahwa ia tidak menonton televisi sejak 15 Juli 1990.

Pada waktu itu, Paus Fransiskus membuat sebuah janji kepada Bunda Maria untuk tidak lagi menyaksikan tayangan televisi. Janji ini membuatnya tidak dapat menyaksikan pertandingan tim kesayangannya, San Lorenzo. Meskipun demikian, kecintaannya terhadap klub tersebut tetap kuat.

Paus Fransiskus selalu meminta pengawalnya untuk memberikan informasi terbaru mengenai San Lorenzo. Saat timnya bertanding, ia meminta pengawalnya untuk memberitahukan skor pertandingan dan posisi klasemen terkini.

Dengan cara ini, ia tidak pernah ketinggalan berita terbaru mengenai klub yang dicintainya. Menariknya, Paus Fransiskus dilaporkan telah menjadi anggota resmi fans klub San Lorenzo sejak masa kecilnya, dan hingga akhir hayatnya, ia masih menyimpan kartu keanggotaan tersebut.