- TEK
- IT
Serangan Distributed Denial of Service (DDoS) berbeda dengan malware maupun hacking.
Senin, 21 Apr 2025 21:37:38

Ketua Bidang Teknologi dan Informasi, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Heru Tjatur Tjahja mengungkap serangan Distributed Denial of Service (DDoS) berbeda dengan malware maupun hacking.
“DDoS ini agak spesial. Kalau malware maupun hacking, tujuan utama mereka adalah satu selain mencari informasi, mereka juga ingin take over resource. Sehinggga apa yang mereka lakukan lebih spesifik. Kalau kita bicara DDOS, DDOS adalah serangan secara umum menghambat akses sebuah informasi,” ujar dia saat acara workshop online Cyber Security, The Power of DDoS, Senin (21/4).
Mereka, lanjut Heru, memiliki cara kerja dengan membanjiri permintaan informasi terhadap host server yang akan dijadikan korban. Server website yang menjadi target akan dibanjiri dengan permintaan kode http. Sehingga request akses ke situs menggunakan jalur sama dengan pengguna yang biasa.
“Umumnya DDoS bekerja untuk menghalangi akses informasi. Jadi, request mereka sama persis dengan permintaan user biasa. Ini yang kemudian menjadikan DDoS rumit,” jelasnya.
Mengapa rumit? Karena kata Heru, kerumitannya adalah membedakan request dari penyerang atau betul-betul orang yang sedang mengakses informasi di sebuah situs. Ini menjadi tantang tersendiri.
“Kalau kita salah menganalisis, maka impactnya jadi dua kali lebih berat. Informasi tak bisa diakses dan audience kita kapok enggak mau akses lagi,” jelasnya.
Untuk itu, berdasarkan pengalamannya, dibutuhkan mitigasi agar serangan DDoS bisa diminimalisir. Sebagaimana diketahui, serangan DDoS di Indonesia jumlahnya tak main-main.
Mengutip catatan Akamai periode 2023 hingga pertengahan 2024, sebanyak 260 miliar serangan DDoS ke Indonesia. Jumlah tersebut lebih banyak memang menyasar sektor e-commerce dan finansial.
“Proteksi yang kita lakukan adalah di area sebelum user masuk. Webserver kita harus dilindungi sebelum mereka akses server kita. Kita harus mitigasi dulu di depannya. Kalau digambarkan, DDoS biasa dilakukan oleh bot. Untungnya saat ini kami di Tempo menggunakan bantuan proteksi DDoS pakai machine learning, sehingga biaya infrastuktur tidak melonjak,” jelas dia.
Artikel ini ditulis oleh

F
Reporter
- Fauzan Jamaludin

Mengenal Ransomware yang Bikin Geger Media Sosial
Lagi banyak dibahas di media sosial, sebenarnya apa sih ransomware itu?

BSSN: Potensi Serangan Siber 2023 Makin Marak, Sektor Keuangan Harus Hati-Hati
BSSN mencatat, dari 160 juta anomali malware, sebanyak 966.533 terindikasi ransomware menyerang sektor keuangan.

Perang Siber Itu Sudah Terjadi
Tak ada yang kebal terhadap kebocoran, karena mengetahui kekuatan informasi sebuah negara adalah sesuatu yang penting di era sekarang.



10 Jenis Kejahatan Siber yang Penting Diwaspadai, Baca Selengkapnya
Dunia digital yang semakin terkoneksi telah membuka pintu bagi kejahatan siber yang berkembang pesat.

AI Disebut Bisa Bantu Perkuat Sistem Keamanan Siber
Bagi perusahaan, serangan siber akan berdampak terhadap operasional organisasi.

Situs KPU Diserang saat Penghitungan Suara Pemilu 2024, Ini Saran Pakar Keamanan Siber
Pratama memandang perlu KPU menerapkan filter lalu lintas yang dapat mengidentifikasi pola serangan DDoS dan memblokirnya sebelum mencapai target.