- JAWA TENGAH
- RAGAM
Dalam mengimbangi kemajuan teknologi, Dinas Perdagangan dan perbankan bekerja sama untuk meningkatkan pelayanan transaksi pembayaran di pasar tradisional.
Senin, 21 Apr 2025 22:19:59

Di antara hiruk pikuk Pasar Beringharjo, tepat di pintu utara yang tak pernah sepi, berdiri satu gerobak bakso sederhana yang nyaris tak pernah kehilangan antrean. Namanya terdengar unik, yaitu Bakso Pak Djenggot. Namun di balik nama yang mencuri perhatian itu, tersimpan kisah usaha kuliner turun-temurun yang telah melintasi zaman dan teknologi.
Bakso ini bukan sekadar sajian hangat di tengah pasar yang sibuk, tetapi juga simbol ketekunan, konsistensi rasa, dan adaptasi yang cerdas terhadap perubahan zaman. Dibangun dari resep keluarga yang tak pernah diubah sejak generasi pertama, Bakso Pak Djenggot tetap setia pada bahan baku pilihan, cara masak tradisional, dan kini mulai merambah sistem pembayaran digital demi mengikuti kebutuhan pelanggan.
“Dulu saya masih SMP ketika awal ikut membantu bapak berjualan dan sejak 2010 saya ambil alih penuh usaha ini. Tapi rasa tetap dijaga dan dipantau oleh bapak saya agar tidak berubah,” ujar Nurdanto, pemilik generasi kedua Bakso Pak Djenggot.
Berawal dari Jualan Keliling, Kini Sudah Punya Tempat Menetap

Usaha bakso ini dimulai oleh ayah Nurdanto, yang dulunya berjualan keliling tanpa tempat menetap. Waktu itu, ayah Nurdanto mengandalkan gerobak dan ketekunan untuk membangun pelanggan setia. Baru pada tahun 1995, jualan bakso ini menetap di lokasi tetap yang kini menjadi bagian dari denyut utama kawasan pasar legendaris Yogyakarta itu.
Nurdanto (44), generasi kedua Bakso Pak Djenggot, menceritakan bahwa ia mulai aktif mengelola usaha kuliner sejak tahun 2010, tepatnya setelah menyelesaikan pendidikan. Sejak saat itu, ia mengambil alih pengelolaan penuh dari sang ayah, meskipun tetap mendapat pengawasan dalam urusan racikan rasa, demi menjaga keaslian cita rasa bakso mereka.
Nama “Bakso Pak Djenggot” tidak muncul begitu saja. “Dulu ada yang usul namanya Bakso Koboi atau Bakso Pak Jangkung karena bapak saya tinggi dan kurus. Tapi akhirnya teman saya bilang ‘kasih nama Pak Djenggot aja’, ya sudah kita pakai itu,” kenang Nurdanto ketika ditemui merdeka.com pada Rabu (16/4/2025).
Semenjak itu, nama Bakso Pak Djenggot melekat kuat di benak pelanggan, bahkan hingga dikenal oleh wisatawan dari luar kota. Nama yang awalnya hanya candaan, kini menjadi identitas yang tidak terpisahkan dari usaha keluarga ini.
Menjaga warisan bukan perkara mudah. Namun bagi Nurdanto, justru dari keaslian itu lah nilai jual utama muncul. Cita rasa yang sama, cara masak yang tidak berubah, dan komitmen menjaga kualitas menjadi prinsip utama usaha ini sejak dulu.
Sejak tahun 1995 hingga sekarang, Bakso Pak Djenggot sudah menetap di area Pasar Beringharjo tepatnya di pintu utara.
Resep Turun-temurun Sukses Bikin Pelanggan Ketagihan

Tak seperti warung modern yang berlomba-lomba menciptakan varian menu unik, Bakso Pak Djenggot justru mempertahankan kesederhanaannya. Isiannya hanya terdiri dari bakso sapi, bakso goreng, mi kuning basah, sohun dan pangsit. Namun dari balik sajian sederhana itu, rasa autentik yang dalam langsung terasa sejak suapan pertama.
“Banyak yang bilang minya enak banget, karena masih pakai mi basah. Sekarang jarang ada yang pakai mi basah, kebanyakan pakai mi kering,” kata Nurdanto ketika ditemui langsung di Pasar Beringharjo.
Keunikan ini ternyata menjadi pembeda utama yang disukai pelanggan dari dulu hingga kini.
Selain itu, kuah kaldunya yang kuat dan terasa daging sapinya menunjukkan keseriusan dalam meracik bahan. Untuk membuat bakso, Nurdanto menggunakan campuran daging sapi dan ayam dengan perbandingan 1:1 sehingga menghasilkan tekstur dan rasa yang seimbang namun tetap gurih.
Harga yang dipatok juga sangat bersahabat, yakni hanya Rp13.000 per porsi. Angka ini dinilai pas untuk segmen pasar dan sangat menyesuaikan dengan kondisi ekonomi lokal di Yogyakarta.
Uniknya lagi, proses memasaknya masih menggunakan tungku dan arang. “Dari dulu memang pakai arang, dan itu juga yang bikin rasanya beda. Lebih khas,” ujarnya.
Dalam satu hari, Bakso Pak Djenggot bisa habis sekitar 150 mangkuk. Apalagi di musim libur atau saat ada acara khusus di Pasar Beringharjo, membuat antrean di gerobak Bakso Pak Djenggot semakin panjang dari biasanya.
Sudah Pakai QRIS BRI, Bikin Transaksi Pembayaran Jadi Mudah

Di balik gerobak yang terlihat sederhana itu, kini tersimpan sistem pembayaran modern berbasis QRIS. Sejak tahun 2023, Bakso Pak Djenggot resmi menggunakan QRIS berkat ajakan dari Bank BRI yang memperkenalkan program transaksi digital kepada pelaku UMKM di sekitar Pasar Beringharjo.
“Dulu sempat ada pelanggan yang tanya, ‘Bisa pakai QRIS nggak?’ karena belum punya, mereka akhirnya nggak jadi beli. Sejak itu saya tertarik dan akhirnya pakai QRIS BRI,” cerita Nurdanto.
Transaksi digital ini terbukti sangat membantu, terutama saat jam sibuk ketika pembeli mengantre cukup panjang. Dengan QRIS, waktu transaksi menjadi lebih cepat, tidak perlu kembalian, dan semua uang langsung masuk ke rekening tanpa perlu repot menyetor ke bank.
Lebih dari itu, penggunaan QRIS juga menghindarkan dari biaya administrasi dan mempercepat proses pembukuan usaha. Hal ini menjadi nilai tambah besar bagi pelaku UMKM yang ingin tetap efisien tanpa kehilangan sentuhan tradisional.
Saat event Beringharjo Great Sale (BGS) yang diselenggarakan oleh kolaborasi antara Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta dan Bank BRI pada 25 Oktober 2024 hingga 31 Januari 2025, Bakso Pak Djenggot merasakan langsung lonjakan transaksi lewat QRIS. Momen itu membuktikan bahwa digitalisasi bisa sangat membantu UMKM, bahkan yang hanya bermodal gerobak.
Kini banyak pelanggan usia muda datang bukan hanya karena penasaran dengan rasanya, tapi karena kemudahan transaksi yang mereka harapkan dari tempat makan manapun, termasuk gerobak bakso.
Digitalisasi Sukses Gaet Pelanggan hingga Menyebar ke Seluruh Nusantara

Satu hal yang turut mendorong kepopuleran Bakso Pak Djenggot di era sekarang adalah kekuatan media sosial. Banyak food vlogger, wisatawan, hingga pelanggan yang mengunggah pengalaman mereka menyantap bakso ini, membuat tempat kecil ini semakin dikenal luas.
Kebanyakan pelanggan mengunggah pengalaman menyantap Bakso Pak Djenggot di platform media sosial mereka seperti Instagram, TikTok dan Google Review. Tak heran kalau pelanggan Bakso Pak Djenggot datang dari Jakarta, Bandung, Surabaya, bahkan dari Kalimantan dan Sumatra.
Natan Haryo, salah satu pelanggan yang mengetahui bakso ini dari TikTok. Ia mengaku suka dengan rasa Bakso Pak Djenggot dan merasa puas dengan pelayanannya.
“Ok jadi kesini gara-gara fomo di TikTok. Rasa ya lumayan. Pelayanannya cepat sih. Lokasi di Pasar Beringharjo sebelah utara. Sampai muter-muter lokasinya agak susah ketemu. Patokannya dekat sama BCA Beringharjo. Ok gitu aja,” kata Natan Haryo mengutip Google Review Bakso Pak Djenggot.
Terlebih saat musim liburan seperti Lebaran dan libur sekolah, pelanggan dari luar kota memadati tempat ini untuk sekadar mencicipi bakso legendaris ini.
“Baksonya enak dan beda dari yang lain, terutama mi dan kuahnya, segar banget,” ungkap Abil, wisatawan asal Bandung yang datang bersama teman-temannya saat liburan di Yogyakarta setelah mengetahui keberadaan Bakso Pak Djenggot dari media sosial, Rabu (16/4/2025).
Meskipun demikian, pelanggan harian tetap didominasi oleh warga lokal Yogyakarta. Mereka datang karena tahu kualitas yang konsisten dan harga yang bersahabat, sekaligus karena kedekatan emosional dengan warung ini yang telah menjadi bagian dari sejarah kota.
Sementara itu, Ami, pelanggan setia yang mengenal bakso ini sejak masa kuliah tahun 2013, mengaku tak pernah melewatkan kesempatan mampir setiap kali ke Beringharjo.
“Rasanya dari dulu nggak pernah berubah, dan sekarang makin praktis karena bisa bayar pakai QRIS,” ujar Ami pada Rabu (16/4/2025).
Melihat realita tersebut, terbukti bahwa media Sosial sukses menjadi sarana promosi secara tidak langsung yang sangat efektif. Bahkan tanpa akun resmi yang aktif, pelanggan sendiri menjadi duta digital yang memperkenalkan Bakso Pak Djenggot ke seluruh penjuru negeri.
Citra yang terbentuk secara organik ini memperkuat posisi Bakso Pak Djenggot sebagai kuliner autentik yang layak dikunjungi siapa saja yang sedang berlibur ke Yogyakarta.
Harapan Pelaku UMKM Pasar Tradisional di Era Digital

Meski sudah memasuki era serba digital, Nurdanto tak pernah lupa prinsip dasar yang diwariskan ayahnya, yaitu rasa adalah segalanya. Ia tetap mempertahankan resep, bumbu, cara masak, bahkan suasana yang sederhana dari dulu, sekaligus membuka diri terhadap inovasi dan modernisasi.
Bantuan dua saudara sebagai pegawai pun bukan hanya demi efisiensi, tapi juga menjaga kekeluargaan dalam bisnis yang telah berjalan lebih dari dua generasi ini. “Biar tetap saling bantu, dan nggak kehilangan suasana hangat seperti dulu,” kata Nurdanto.
Konsistensi dalam menjaga kualitas, keberanian untuk berubah, dan kepekaan terhadap kebutuhan zaman adalah kombinasi langka yang dimiliki oleh usaha ini. Hal inilah yang menjadikan Bakso Pak Djenggot bukan hanya bertahan, tapi terus bertumbuh.
Namun, ia tetap siap beradaptasi jika memang dibutuhkan. Termasuk jika nanti generasi berikutnya ingin melanjutkan usaha ini dengan format yang berbeda.
“Kita jaga aja dulu yang sekarang, biar tetap dikenal seperti ini. Tapi kalau nanti anak-anak mau teruskan, ya semoga bisa lebih baik lagi,” ujarnya.
Kolaborasi Dinas Perdagangan dan Bank BRI untuk Memajukan Pasar Tradisional

Dalam mengimbangi kemajuan teknologi, Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta dan Bank BRI bekerja sama untuk meningkatkan pelayanan khususnya dalam hal transaksi pembayaran di pasar-pasar tradisonal di Kota Yogyakarta.
Mengutip situs perdagangan.jogjakota.go.id, dikatakan bahwa dari pihak Bank BRI juga sangat mendukung terkait dengan program Digitalisasi Pasar yang akan dilanjutkan dan dikembangkan oleh Dinas Perdagangan.
Regional Micro Banking Head RO Yogyakarta, Susanto, mengatakan bahwa BRI sangat mendukung program digitalisasi pasar yang akan dikembangkan oleh Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta. Susanto berharap agar pasar yang ada di Yogyakarta bukan hanya sebatas tradisional saja, melainkan juga akan lebih modern.
“Kalau nanti ke depan akan menjadi pasar yang lebih modern, itu sangat membutuhkan kolaborasi antara Dinas Perdagangan dan dari perbankan. Kami siap untuk mendukung Dinas Perdagangan untuk arah ke situ,” kata Susanto, mengutip YouTube Disdag Yogyakarta yang diunggah pada 19 Juni 2024.
Pasar Beringharjo yang merupakan pusat perdagangan bersejarah di Yogyakarta, terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Digitalisasi yang dilakukan oleh Bank BRI menjadi salah satu langkah penting dalam memodernisasi transaksi di pasar ini.
Bank BRI telah lama hadir di Beringharjo, dan sebagai unit bank terdekat, mereka bertanggung jawab menggarap digitalisasi pasar.
“Karena unit BRI kami ada di dekat sini, mau tidak mau kami yang menggarap digitalisasinya,” kata Kepala BRI Unit Beringharjo, Utari Dewanti Marsudi ketika ditemui merdeka.com di Kantor BRI Unit Beringharjo pada Kamis (20/3/2025).
Meskipun masih ada tantangan dalam mengajak semua pedagang beralih ke sistem digital, langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Bank BRI dan pihak pasar menunjukkan hasil yang positif. Digitalisasi semakin diterima dan memberikan manfaat nyata bagi pelaku usaha, seperti yang dialami oleh Bakso Pak Djenggot.
Dengan adanya QRIS, transaksi menjadi lebih cepat, aman, dan tercatat dengan baik. Risiko uang palsu berkurang, dan pengelolaan keuangan menjadi lebih transparan. Selain itu, adopsi media sosial semakin memperkuat daya saing bisnis tradisional di era modern.
Ke depannya, diharapkan semakin banyak pedagang di Pasar Beringharjo dan pasar-pasar tradisional lainnya yang mengadopsi sistem digital. Dengan kombinasi antara teknologi dan tradisi, bisnis kuliner legendaris seperti Bakso Pak Djenggot bisa terus bertahan dan berkembang tanpa kehilangan identitasnya.
Artikel ini ditulis oleh


APDI dan PT TDC Sepakat Pentingnya Peningkatan Ekosistem Transaksi Digital
Selain itu, kata Mufti, pemerintah juga perlu melibatkan semua pihak sehingga ekosistem dapat tercipta dan memudahkan.
QRIS 1 tahun yang lalu

Tak Perlu Bawa Uang Tunai, Belanja di Pasar Tradisional Ini Bisa Pakai Transaksi Digital
Masyarakat terutama pedagang, dan pengunjung pasar kini semakin dimudahkan dengan layanan perbankan digital.

Pedagang Mie dan Bakso Dukung Transaksi Digital, Permudah Kelola Uang Usaha
Penjual bakso dan mie ayam yang segmen pasarnya menengah ke atas sudah 100 persen menggunakan QRIS dalam bertransaksi.

Pasar Tradisional SNI Imogiri Bantul Terapkan Pembayaran Digital, 200 Pedagang Sudah Pakai QRIS
Pembayaran menggunakan QRIS lebih aman dan langsung masuk ke rekening. Pedagang dan pembeli jadi lebih praktis dan efektif saat belanja.

Penggunaan QRIS Bisa Buat Bisnis Lebih Transparan
Tenaga Ahli AGI Yadi Yusriadi menilai, di kalangan pengusaha gula, transaksi melalui digital kini mulai diterapkan. Karena membuat bisnis lebih transparan.

Perbankan mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan para pedagang di wilayah Tangerang yang merupakan wilayah penyangga Jakarta.

Ini Kunci Sukses Transaksi Digital Agar Merata di RI, Kadin dan Perusahaan Teknologi Setuju
Kadin mengakui perkembangan QRIS yang begitu pesat, masih ada beberapa catatan yang jadi perhatian serius.
QRIS 1 tahun yang lalu

IKAPPI Dorong Maksimalkan Penggunaan QRIS Pedagang Pasar Sektor Pangan
IKAPPI tengah memaksimalkan pengunaan QRIS di sektor pangan. Setidaknya, saat ini ada 12,5 juta pedagang pasar di seluruh Indonesia.