Jakarta (ANTARA) - Bagi umat Islam, tauhid bukan hanya sebuah ajaran, melainkan hal yang mendasari seluruh ajaran agama dan setiap aspek kehidupan sehari-hari.
Tauhid mengajarkan bahwa hanya Allah yang berhak disembah, tanpa ada sekutu atau tandingan. Prinsip ini bukan hanya dipahami secara teori, tetapi harus dihayati dalam setiap aspek kehidupan seorang Muslim.
Ketauhidan ini membimbing umat untuk menyelaraskan niat dan tindakan mereka dengan ajaran Islam, baik dalam ibadah maupun hubungan sosial. Seiring berjalannya waktu, tauhid tetap relevan dan menjadi sumber kekuatan spiritual bagi umat Islam di seluruh dunia.
Pengertian Tauhid
Tauhid dalam Islam mengandung makna bahwa seorang hamba meyakini Allah sebagai Tuhan yang Maha Esa, tanpa ada sekutu bagi-Nya dalam segala hal. Allah adalah Rabb (Tuhan) segala sesuatu yang ada, satu-satunya Pencipta dan Pengatur alam semesta.
Tauhid mencakup keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak disembah, dan segala sesuatunya hanya milik-Nya. Semua sifat kesempurnaan dimiliki oleh-Nya dan Dia Maha Suci dari segala kekurangan. Konsep tauhid ini membentuk dasar keimanan setiap Muslim dan merupakan pondasi utama dalam memahami ajaran Islam. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Surah Al-An’aam [6:82]:
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمُ اْلأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Ayat ini menegaskan bahwa iman yang murni, tanpa dicampuri dengan syirik atau kesyirikan, akan mendatangkan keamanan serta petunjuk dari Allah.
Jenis-jenis Tauhid
Tauhid dibagi menjadi tiga jenis utama yang perlu dipahami dengan baik. Masing-masing jenis tauhid ini memiliki makna yang mendalam dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
1. Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah berkaitan dengan keyakinan bahwa hanya Allah yang merupakan Pencipta, Pemilik, dan Pengatur alam semesta. Semua yang ada di dunia ini, baik itu kehidupan, kematian, maupun segala peristiwa, berada dalam kendali-Nya. Keyakinan ini mencakup beberapa dimensi, seperti beriman bahwa Allah adalah satu-satunya yang menghidupkan, mematikan, memberi rezeki, dan mengatur takdir-Nya.
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah berkaitan dengan mengesakan Allah dalam ibadah dan ketaatan. Ini berarti bahwa segala bentuk ibadah, baik itu doa, puasa, zakat, maupun ibadah lainnya, hanya ditujukan kepada Allah semata. Tauhid uluhiyah menuntut umat Islam untuk tunduk dan taat sepenuhnya kepada perintah Allah, serta menjauhi segala bentuk penyembahan selain-Nya.
3. Tauhid Asma’ wa Sifat
Tauhid asma' wa sifat mengajarkan untuk meyakini dan mengakui bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang sempurna, yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadis. Setiap nama dan sifat Allah mencerminkan kesempurnaan-Nya, dan tidak ada yang bisa menyamai-Nya. Dalam tauhid ini, umat Islam juga diajarkan untuk menafikan segala bentuk sifat kekurangan yang bertentangan dengan kesempurnaan Allah.
Ketiga jenis tauhid ini saling melengkapi dan harus dipahami secara utuh agar umat Islam dapat menghayati ajaran Islam dengan baik dan benar dalam kehidupan mereka.
Baca juga: Keutamaan tauhid sebagai dasar utama keimanan dalam Islam
Baca juga: Watim MUI: Hamzah Haz politisi santun yang teguh dalam pendirian
Baca juga: Anies paparkan konsep kesejahteraan di Ponpes At-Tauhid Surabaya
Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025