- UANG
- EKONOMI
Kesederhanaan yang menjadi ciri khasnya sepanjang hidup, termasuk dalam rencana pemakamannya, akan selalu diingat dan dihargai.
Selasa, 22 Apr 2025 13:51:00

Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik yang meninggal dunia pada Senin, 21 April 2025, dalam usia 88 tahun, meninggalkan warisan yang sangat menginspirasi berupa kesederhanaannya. Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) untuk periode 2022-2025, Antonius Subianto Bunjamin, mengumumkan rencana untuk menggelar Misa Requiem bagi Paus Fransiskus.
Pengumuman tersebut disampaikan dalam konferensi pers yang berlangsung di Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di Jakarta Pusat pada hari Senin (21/4).
"Biasanya kita melakukan yang disebut dengan Misa Requiem yaitu Misa untuk orang sakit. Misa untuk mendoakan arwah roh orang yang sudah meninggal. Semoga dosanya diampuni oleh Tuhan. Jasa dan cintanya dikenang dan dihargai. Sehingga yang bersangkutan, beliau beristirahat dalam damai," ujar Uskup Anton.
Kepergian Paus Fransiskus menimbulkan duka yang mendalam di kalangan umat Katolik di seluruh dunia, namun kesederhanaan yang menjadi ciri khasnya sepanjang hidup, termasuk dalam rencana pemakamannya, akan selalu diingat dan dihargai. Hal ini terlihat dalam berbagai aspek kehidupannya, mulai dari tempat tinggal hingga cara beliau berinteraksi dengan orang lain.
Kehidupan Paus Fransiskus mencerminkan dedikasi yang tinggi terhadap pelayanan, bukan kekuasaan. Ia memilih untuk tinggal di Casa Santa Marta, sebuah hotel sederhana di Vatikan, daripada di Istana Kepausan yang megah.
Selama kunjungannya ke Indonesia pada September 2024, Paus Fransiskus menggunakan pesawat komersial dan mobil Toyota Innova Zenix, menolak segala bentuk kemewahan yang biasanya menyertai jabatannya. Kesederhanaan ini juga terlihat dari penampilannya.
Dia dikenal selalu mengenakan sepatu hitam yang sederhana dan mengendarai mobil Ford tua. Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, mengungkapkan rasa kagumnya terhadap kesederhanaan yang ditunjukkan oleh Paus Fransiskus.
Kardinal Suharyo menceritakan bagaimana Paus selalu menyambut para uskup dengan penuh kehangatan dan kesederhanaan, bahkan datang lebih awal untuk menyapa mereka.
Sikap egaliter dan rendah hati Paus ini juga terlihat saat beliau bergabung dengan para kardinal lainnya dalam jeda minum selama pertemuan. Dengan demikian, kesederhanaan yang menjadi ciri khasnya akan selalu diingat dan menjadi inspirasi bagi banyak orang, menciptakan jejak yang mendalam dalam sejarah Gereja Katolik.
Hidup Sederhana Warisan Berharga

Kesederhanaan yang dimiliki Paus Fransiskus bukan sekadar sebuah gaya hidup, tetapi juga merupakan cerminan dari cara kepemimpinannya. Dia menegaskan bahwa kepemimpinan yang sejati berfokus pada pelayanan dan kerendahan hati, bukan pada kemewahan dan kekuasaan.
Berbagai pilihan hidupnya, mulai dari tempat tinggal hingga sarana transportasi, menunjukkan komitmennya untuk menjalani hidup sederhana di tengah budaya konsumerisme yang mendominasi. Bahkan dalam rencana pemakamannya, kesederhanaan tetap menjadi prioritas utama.
Paus Fransiskus menginginkan sebuah upacara pemakaman yang tidak berlebihan, melainkan yang mencerminkan keagungan dari dirinya dan pelayanannya. Hal ini sesuai dengan revisi yang dilakukan terhadap ritus pemakaman Paus sebelum ia wafat, yang bertujuan untuk menyederhanakan ritual tersebut.
Kardinal Suharyo menegaskan bahwa kesederhanaan yang dimiliki Paus Fransiskus terlihat jelas dalam berbagai pilihan hidupnya, termasuk saat beliau mengunjungi Indonesia.
"Beliau selalu mengatakan 'saya selalu melihat wajah-wajah dengan senyum, tidak ada wajah-wajah yang sangar, marah, selalu dengan senyum'," kenang Kardinal Suharyo, yang menggambarkan kesan positif Paus Fransiskus terhadap masyarakat Indonesia.
Kenangan ini menunjukkan bagaimana Paus Fransiskus berupaya untuk menjalin hubungan yang dekat dengan umat, menciptakan suasana hangat dan penuh kasih di setiap kunjungannya. Kesederhanaan dan kehangatan inilah yang membuatnya menjadi sosok pemimpin yang dicintai dan dihormati banyak orang.
Inspirasi Banyak Orang

Kesederhanaan yang ditunjukkan oleh Paus Fransiskus menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia membuktikan bahwa ukuran keberhasilan bukanlah kekayaan, melainkan tindakan nyata serta kontribusi kepada masyarakat. Dengan memilih untuk hidup sederhana dan menolak kemewahan, Paus Fransiskus menunjukkan bahwa seorang pemimpin bisa menjadi teladan yang baik.
Gaya hidupnya mengingatkan kita pada kesederhanaan yang diteladankan oleh Rasulullah SAW. Keduanya mengajarkan bahwa kepemimpinan yang sejati berlandaskan pada pelayanan, kerendahan hati, dan kepedulian terhadap sesama, bukan pada kekayaan dan kekuasaan duniawi. Kisah hidup mereka menjadi dorongan bagi kita untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna.
Paus Fransiskus meninggalkan warisan yang sangat berharga, yaitu kesederhanaan sebagai inti dari kepemimpinan yang sejati. Semoga sikapnya yang sederhana dapat memotivasi kita untuk hidup lebih rendah hati dan melayani orang lain.
Di tengah dunia yang sering kali didominasi oleh ambisi dan materialisme, Paus Fransiskus mengingatkan kita tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan. Ia menunjukkan bahwa dengan memberi kepada orang lain, kita dapat menemukan makna yang sesungguhnya dalam hidup. Dengan menolak gaji dan menjalani kehidupan yang sederhana, ia telah membuktikan bahwa seorang pemimpin bisa menjadi contoh yang baik bagi masyarakat.
Artikel ini ditulis oleh


Duka Uskup Agung Jakarta Kehilangan Sosok Paus Fransiskus
Kardinal mengatakan, Paus dikenal dengan pribadi sederhana di zaman orang-orang yang haus kekuasaan.
