Detik-Detik Arus Sungai Dunggila Berubah Sekejap Mata Bak Air Bah & Tewaskan Mahasiswa UNG Bone

2. PERISTIWA
3. REGIONAL

Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo (UNG) itu sedang melaksanakan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM)

Rabu, 16 Apr 2025 15:28:00

Ilustrasi Tenggelam/https://unsplash.com/Stormseeker (©© 2025 Liputan6.com)

Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dilaksanakan oleh Universitas Negeri Gorontalo (UNG) di Kabupaten Bone Bolango yang semula penuh kegembiraan berujung duka. Tiga mahasiswa dari Jurusan Teknik Geologi, Fakultas MIPA UNG meninggal dunia karena terseret arus deras Sungai Dunggilata pada Selasa (15/4) sore.

Peristiwa tragis ini terjadi sekitar pukul 16.00 Wita. Saat itu, sepuluh mahasiswa peserta MBKM berusaha kembali ke posko setelah melakukan pemetaan geologi di daerah pegunungan setempat. Dalam perjalanan pulang, mereka harus menyeberangi sungai yang tiba-tiba meluap akibat hujan yang terjadi di hulu.

Arus yang sangat deras secara tiba-tiba menyeret beberapa mahasiswa, yang menyebabkan kepanikan dan upaya penyelamatan yang dilakukan secara spontan oleh rekan-rekan mereka.

Kepala Kantor SAR Gorontalo, Heriyanto menjelaskan, derasnya arus sungai membuat para mahasiswa terjebak di dua sisi sungai. Tiga dari mereka ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa, sementara satu korban sempat dinyatakan hilang sebelum akhirnya ditemukan pada dini hari dalam kondisi yang sama.

"Laporan masuk ke kami sekitar pukul 16.30 Wita. Tim gabungan segera bergerak untuk mengevakuasi dua korban yang meninggal ke rumah sakit. Satu korban yang hilang berhasil ditemukan dalam pencarian lanjutan pada pukul 00.39 Wita," ungkap Heriyanto pada Rabu (16/4).

Ketiga korban yang meninggal berasal dari Ratatotok dan Inobonto di Sulawesi Utara, serta Buntulia, Pohuwato. Mereka dikenal sebagai mahasiswa aktif yang tengah melaksanakan tugas akademik lapangan untuk proyek pemetaan geologi, yang merupakan bagian dari kegiatan MBKM yang difasilitasi oleh UNG.

Di antara mahasiswa lainnya, satu orang dilaporkan mengalami luka berat dan saat ini sedang menjalani perawatan intensif di RSUD Tombulilato. Lima mahasiswa lainnya sempat terjebak di seberang sungai karena arus yang masih terlalu deras untuk diseberangi.

Tim SAR harus menggunakan peralatan khusus untuk menjangkau lokasi mereka, mengingat medan yang sulit dan cuaca yang tidak bersahabat.

Kepala BPBD Bone Bolango, Achril Babyonggo, menyatakan bahwa proses evakuasi berlangsung hingga malam hari, melibatkan Basarnas, relawan, dan warga setempat. Ia mengapresiasi kerja cepat tim SAR serta sinergi yang terjalin antar lembaga.

"Hingga saat ini, seluruh korban telah berhasil dievakuasi. Tiga orang meninggal dunia, satu mengalami luka berat, dan enam lainnya selamat. Kami terus memberikan pendampingan psikologis dan medis bagi mahasiswa yang terdampak," katanya.

Pihak Universitas Negeri Gorontalo juga telah berada di lokasi untuk memastikan keselamatan seluruh peserta serta memberikan dukungan kepada keluarga korban.Peristiwa ini kembali membuka diskusi mengenai mitigasi bencana dalam kegiatan akademik di luar ruang.

Koordinasi antarinstansi, kesiapan jalur evakuasi, serta pemantauan kondisi alam sebelum melakukan aktivitas di luar ruangan menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Di tengah suasana duka, masyarakat Gorontalo menunjukkan solidaritas yang tinggi.

Sejumlah warga membantu dalam proses pencarian dan evakuasi, serta menyediakan logistik darurat bagi tim penyelamat. Pihak kampus juga berencana untuk menggelar doa bersama dan memberikan pendampingan lanjutan bagi seluruh peserta MBKM yang selamat.