- JAWA TENGAH
- BERITA
Agustinus Budi, mantan senior engineer, banting setir jadi seniman pottery. Kini bisnisnya berkembang sebagai UMKM binaan BRI.
Kamis, 17 Apr 2025 18:51:00

Pandemi pada tahun 2020 bagi sejumlah orang membawa perubahan besar, termasuk Agustinus Budi (36), atau yang akrab disapa Agus. Saat itu, pria lulusan teknik mesin ini memutuskan cuti dari pekerjaannya sebagai senior enginer sukses dan pulang ke kampung halamannya di Yogyakarta.
Di tengah waktu luang, Agus mencoba mengikuti workshop keramik bersama sang istri. Awalnya hanya iseng, namun ternyata justru berujung pada ketertarikan yang dalam.
“Ceritanya waktu pandemi, saya sedang cuti dari pekerjaan. Saya latar belakangnya teknik mesin, dan sebelumnya sudah bekerja secara profesional. Saat cuti itu saya pulang ke Jogja, lalu mencari aktivitas. Akhirnya saya bertemu dengan pottery, dan dari situlah pertama kali saya mengenal keramik, tepatnya Agustus 2020,” ujar Agus saat ditemui merdeka.com pada Rabu (5/3/2025).
Tak disangka, masa rehat di kampung halamannya ini justru membuka babak baru dalam hidupnya. Ia mulai belajar secara otodidak dari berbagai sumber, bahkan membangun tungku (kiln) sendiri di rumah.
Meniti dari Nol, dari Dunia Teknik ke Seni
Setelah cuti usai, Agus sempat kembali bekerja seperti biasa. Namun kecintaannya pada keramik tak kunjung padam. Di waktu senggang, ia terus membuat karya, belajar dari berbagai sumber. Ia juga tak segan menghadapi kegagalan demi kegagalan, mencoba, gagal, mencoba lagi. Proses itu justru membuatnya semakin terikat secara emosional dengan dunia pottery.
Satu tahun setelah perkenalan pertamanya dengan tanah liat, tepat pada Juni 2021, ia akhirnya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan lamanya sebagai senior enginer. Sebuah karier mapan yang telah membawanya keliling dari Kalimantan hingga Thailand, lengkap dengan stabilitas dan prestise yang tak sedikit orang impikan.
Ada sesuatu yang lebih memanggil hatinya, proses mencipta dengan tangan, ketenangan dari tanah liat, dan kepuasan melihat karyanya menjelma jadi benda yang bisa disentuh dan digunakan orang lain. Dengan keberanian dan keyakinan, ia menutup satu bab yang gemilang, lalu membuka lembaran baru sebagai seniman keramik. Dari rumahnya sendiri, lahirlah Agustinus Budi Pottery Studio, sebuah ruang kecil yang menyimpan mimpi besar.
“Aku bikin terus, terus coba lagi, gagal, coba lagi, gitu-gitu terus sambil belajar sampai akhirnya berhasil. Karena udah pengen banget, aku resign di Juni 2021,” ujarnya.
Keputusan ini sekaligus menjadi titik balik besar dalam hidupnya, dari seorang dengan pekerjaan stabil, menjadi seniman keramik dengan segalanya dimulai dari nol. Ia harus meninggalkan zona nyaman dan menghadapi dunia baru yang serba tak pasti. Tapi bagi Agus, tantangan ini justru menjadi jalan pembelajaran sekaligus penguatan tekad.
“Dari yang awalnya steady, nyaman, pasti, berubah ke random, baru, enggak steady, dengan background yang zero. Tapi di sisi lain, ini menarik, seru, dan menantang, karena terjun di sesuatu yang baru" ungkapnya.
BRI dan Jalan Terang Bagi Pelaku UMKM
Tahun 2022 menjadi salah satu titik penting dalam perjalanan Agus sebagai pelaku UMKM. Saat itu, ia sedang mengikuti sebuah pameran ketika mendapat ajakan dari Dinas Perindustrian untuk bergabung dalam program Rumah BUMN BRI. Ajakan itu datang dari kalangan pelaku UMKM lainnya, dan tanpa ragu, Agus pun memutuskan untuk ikut serta.
“Saya bergabung di Rumah BUMN BRI tahun 2022, waktu itu diajak dari Dinas Perindustrian Sleman, dari circle UMKM juga. Pas banget aku lagi ikut pameran,” kenangnya.
Menurut Agus, bergabung dengan Rumah BUMN memberikan banyak manfaat. Selain menjadi bagian dari ekosistem UMKM yang saling mendukung, ia juga merasakan langsung kedekatan dan kepedulian BRI terhadap pelaku usaha kecil. Dari pendampingan usaha, hingga kesempatan mengikuti program ekspor dan pameran, semuanya terasa lebih mudah dijangkau bersama BRI.
“Salah satu yang memang dekat dengan UMKM itu BRI. Waktu itu aku juga kepilih di program BRILIANPRENEUR 2023 dan BRI UMKM EXPO(RT) 2025 . Terus yang pasti secara kesempatan, disupport banget sama BRI,” ujarnya.
Tak hanya dalam hal pengembangan usaha, Agus juga merasakan kemudahan dalam layanan perbankan. BRI, menurutnya, hadir tidak hanya sebagai bank, tetapi juga sebagai mitra yang tanggap terhadap kebutuhan pelaku UMKM. Mulai dari urusan tabungan hingga kendala teknis seperti kartu ATM, semuanya ditangani dengan pendekatan yang ramah dan solutif.
“BRI itu dekat banget sama UMKM, jadi kita kayak udah kenal. Misal ada kendala tabungan, atau kartu ATM, itu supportif banget,” tutupnya.
Momen Terendah dan Bisnis yang Semakin Berkembang
Dua tahun pertama jadi masa paling berat dalam perjalanan Agus merintis usaha ini. Selain harus membangun bisnis dari nol, ia juga berada dalam fase hidup yang menuntut banyak penyesuaian. Peralihan dari dunia kerja yang stabil ke usaha mandiri bukan hanya soal mencari pemasukan, tapi juga soal bertahan secara mental, fisik, dan emosional.
“Momen down, dua tahun awal usahaku berat banget karena dari nol itu. Di luar dari kerjaanku yang udah steady dan semuanya terjamin. Aku pindah Jogja, istriku hamil dan lahiran di tahun itu juga, terus aku juga harus ngerenov rumah dulu, dan membesarkan bayi. Baru sedikit gini ada kebutuhan lagi. Jadi tantangannya aku harus menghasilkan kan, aku juga harus memenuhi kebutuhan keluarga juga. Kalau semakin tenggelam, mau makan apa.” tambah Agus.
Namun, di tengah tekanan itu, Agus sudah menyiapkan rencana cadangan. Ia sadar bahwa segala kemungkinan bisa terjadi, termasuk kegagalan, dan ia sudah berusaha menerimanya dengan kepala tegak. Yang penting bagi Agus adalah mencoba, ia tak ingin menyesal karena tidak berani mengambil langkah.
“Tapi aku udah mempersiapkan, tahun ini trennya turun terus, dengan lapang dada kerja kembali. Gapapa, yang penting aku udah nyoba. Tapi lebih baik gitu daripada aku nggak nyoba sama sekali, daripada mati penasaran. Itu perjuangan awal yang berat.” tambah Agus.
Apa yang membuatnya bertahan bukan sekadar tuntutan, melainkan rasa suka yang tumbuh dari setiap prosesnya. Semangat itu muncul bukan karena hasil, tetapi karena rasa penasaran yang terus mendorongnya untuk belajar, memperbaiki, dan mencoba lagi. Kesukaan menjadi motivasi, bahkan ketika hasil tak sesuai harapan.
“Kalau kita suka itu kita punya motivasi. Jadi kita ngulik terus. Jangan sampai meninggalkan sesuatu yang pasti untuk memulai sesuatu yang baru tapi kita enggak suka. Rugi. Udah melepas sesuatu yang pasti, pas kita ngerjain nggak bikin happy lagi. Terus buat apa?" pungkasnya.
Kolaborasi dengan Uniqlo dan Tembus Pasar Mancanegara
Kini, setelah melewati masa-masa sulit, studio kecil yang dulu hanya berada di ruang tamu perlahan tumbuh menjadi usaha yang lebih mapan. Seiring berkembangnya waktu, ruang tamu rumah tak lagi cukup untuk menampung kegiatan produksi. Tahun 2023 menjadi tonggak penting ketika Agus memindahkan Agustinus Budi Pottery Studio ke tempat baru yang lebih luas di Jalan Permata No.A11/4, RW.37, Kenayan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Produk yang dihasilkan di studio ini beragam, dari tableware seperti piring, mangkok, dan gelas, hingga karya dekoratif seperti vas dan tempat dupa. Semua barang dibuat dengan tangan, menjadikannya unik dan memberikan sentuhan pribadi. Produk ini tidak hanya digunakan di rumah, tetapi juga banyak dipakai di restoran dan kafe yang menginginkan sentuhan artistik dalam penyajian makanan.
Studio ini juga memproduksi karya dekoratif seperti vas dan tempat dupa yang bisa jadi pemanis ruangan. Tidak hanya dikenal di pasar lokal, tapi juga merambah mancanegara seperti Arab Saudi, Singapura, dan Thailand. Salah satu pencapaian penting studio ini adalah saat mereka terpilih dalam kurasi brand oleh Uniqlo Indonesia di tahun 2024.
“Iya pernah kolaborasi sama Uniqlo. Uniqlo itu bantu UMKM dari sisi eksposur. Beberapa brand produk lokal dikurasi, diseleksi, terus terpilih untuk ditampilkan di store Uniqlo" jelas Agus.
Makna di Balik Tanah Liat bagi Agus
Bagi Agus, daya tarik utama dari keramik terletak pada kombinasi antara nilai seni dan fungsi. Ia bukan tipe orang yang menikmati bisnis berbasis layanan, karena tidak memberi kepuasan yang sama seperti saat ia menciptakan sesuatu dengan tangannya sendiri. Keramik memberinya ruang untuk berkarya sekaligus menghasilkan benda yang bisa digunakan sehari-hari.
“Aku suka membuat—making something. Handmade bisa memberikan sentuhan-sentuhan yang menurutku bagus ya, dan tidak sekadar itu, juga bisa menjadi fungsi. Aku suka yang bagus tapi juga bisa dipakai.”
Kecintaannya pada karya yang bisa disentuh dan dipakai orang lain itulah yang menjadi landasan dari studio yang ia bangun. Di luar studio keramik, Agus tetap tak berhenti berkreasi. Ia juga mengelola rumah kos, dan dalam waktu dekat tengah mempersiapkan bisnis baru.
Rumah BUMN BRI Yogyakarta Dorong UMKM Naik Kelas Lewat Pelatihan, Fasilitas, dan Pendampingan

Sejak hadir pada tahun 2017, Rumah BUMN BRI Yogyakarta (RuBy) konsisten menjadi wadah pengembangan bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Melalui berbagai program dan fasilitas, mereka mendorong UMKM untuk terus berkembang dan naik kelas.
Saat ini, terdapat sekitar 54 Rumah BUMN BRI yang tersebar di seluruh Indonesia. Yogyakarta menjadi salah satu yang paling aktif, khususnya dalam penyelenggaraan pelatihan. Selain pelatihan dan program inkubasi bisnis, Rumah BUMN Yogyakarta juga menyediakan fasilitas seperti pameran, bazar, pelatihan sertifikasi halal, hingga digital marketing.Bagi UMKM yang membutuhkan ruang kerja bersama, Rumah BUMN Yogyakarta menyediakan co-working space yang dapat dimanfaatkan untuk rapat, diskusi, maupun presentasi.
Sebagai bentuk pendampingan berkelanjutan, tim Rumah BUMN juga rutin melakukan kunjungan langsung ke tempat usaha mitra binaannya. Termasuk ke UMKM AB Pottery pada 20 Januari 2025 lalu.
“Kami ingin hadir bukan hanya saat mereka datang ke RuBy. Tapi juga mendampingi dan memantau perkembangan mereka setelah pelatihan, untuk evaluasi dan mentoring lanjutan,” ungkapnya.
Rumah BUMN BRI Yogyakarta juga aktif menjembatani UMKM yang belum mampu menembus pasar ekspor dengan para eksportir. Harapannya, produk lokal dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan berdaya saing di tingkat global.
Artikel ini ditulis oleh

T
Reporter
- Tyas Titi Kinapti

Mengulas Perjuangan Adang Muhidin Bikin Bambu Mendunia dengan Dukungan BRI
Produk Virage Awie pun semakin mendunia dikenal di mancanegara, seperti Prancis, Jepang, Filipina, India dan Malaysia.
BRI 1 tahun yang lalu

Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu Hingga Mancanegara
Virage Awi, nama usaha kerajinan bambu milik Adang, diketahui menjadi salah satu klaster usaha binaan BRI.

Kisah Pengusaha UMKM Rajut Tembus Pasar Ekspor karena BRI UMKM EXPO(RT)
Anita M Simamora, pendiri Animers Craft, membagikan kisah perjalanannya dalam membangun bisnis kerajinan tangan yang dimulai sejak tahun 2020.

Kisah Gusti tentu layak dijadikan contoh sebagai sosok yang inspiratif karena berani mengambil risiko dan tidak terlena bekerja di perusahaan mapan.

Kreatif, Peserta BRI UMKM EXPO(RT) Ini Olah Limbah Jati Jadi Produk Multifungsi
Keunikan dari produk Abe Kreasi adalah semua berbahan dasar limbah kayu jati yang disulap menjadi berbagai bentuk geometris.

Kisah Pekerja Tambang Resign untuk Bisnis Batik, Modal Awal Cuma Rp200.000
Saat ini, total karyawan yang bekerja di usaha batik Anton mencapai 67 orang.

Pariwisata Menggeliat, Bawa Berkah bagi Usaha Anyaman Atap Ilalang di Desa Banyuwangi
Budi menjual anyaman atap ilalang buatannya yang berukuran sekitar 2,5 meter x 1,5 meter seharga Rp 15 ribu per lembar.


Kisah pengusaha kerupuk kulit yang memulai bisnis dengan berjualan di pinggir jalan hingga dapat omzet ratusan juta.



Awalnya Hanya Pedagang Pempek Keliling, Pria Asal Sumsel Ini Sukses Dirikan Industri Batu Bara
Usaha tidak akan mengkhianati hasil. Itulah yang dibuktikan oleh seorang pengusaha ulung dari Sumatera Selatan.