- SEHAT
- DIAGNOSIS
Meninggalnya Paus Fransiskus menyoroti bahaya pneumonia pada lansia, penyakit yang memperparah kondisi kesehatan beliau dan berujung pada kepergiannya.
Senin, 21 Apr 2025 16:19:18

Paus Fransiskus, pemimpin spiritual bagi miliaran umat Katolik di seluruh dunia, meninggal dunia pada usia 88 tahun. Kematiannya menyisakan duka mendalam, namun juga menyoroti bahaya pneumonia, khususnya pada lansia. Sebelum wafat, Paus Fransiskus diketahui menderita pneumonia bilateral, sebuah kondisi yang memperburuk riwayat penyakit pernapasannya yang panjang dan kompleks. Kepergian beliau menjadi pengingat penting tentang dampak serius pneumonia pada kelompok usia lanjut.
Pneumonia, infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur, merupakan penyakit yang dapat mengancam jiwa, terutama bagi lansia. Sistem kekebalan tubuh yang melemah seiring bertambahnya usia membuat lansia lebih rentan terhadap infeksi, termasuk pneumonia. Kondisi kesehatan lain yang mungkin diderita lansia, seperti penyakit jantung, diabetes, atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), juga dapat meningkatkan risiko keparahan pneumonia.
Dalam kasus Paus Fransiskus, riwayat penyakit pernapasannya sejak muda, termasuk operasi pengangkatan sebagian paru-paru akibat infeksi pernapasan parah pada usia 20-an, menjadi faktor penting yang memperlemah kondisi paru-parunya. Kondisi ini membuatnya rentan terhadap infeksi pernapasan sepanjang hidupnya, termasuk pneumonia yang akhirnya menyebabkan kematiannya. Riwayat penyakit lain yang dideritanya, seperti bronkitis kronis, juga turut memperparah kondisinya.
Riwayat Penyakit Pernapasan Paus Fransiskus
Sejak muda, Paus Fransiskus telah berjuang melawan penyakit pernapasan. Pada usia 20-an, beliau menjalani operasi pengangkatan sebagian paru-paru akibat infeksi pernapasan serius di Argentina. Operasi ini, meskipun berhasil menyelamatkan nyawanya, meninggalkan dampak jangka panjang pada kesehatan paru-parunya, membuatnya rentan terhadap berbagai penyakit pernapasan sepanjang hidupnya.
Sepanjang masa kepausannya, beliau beberapa kali mengalami masalah pernapasan. Pada November 2023, beliau bahkan harus membatalkan kunjungan ke Uni Emirat Arab karena influenza dan radang paru-paru. Kondisi ini menunjukkan betapa rentannya beliau terhadap infeksi saluran pernapasan.
Pada Februari 2025, kondisi kesehatan Paus Fransiskus memburuk. Beliau dirawat di rumah sakit karena bronkitis kronis yang kemudian berkembang menjadi pneumonia bilateral. Kondisi ini diperparah oleh infeksi polimikroba, yang semakin mempersulit perawatan. Meskipun sempat menunjukkan perbaikan, kondisi beliau tetap kritis hingga akhirnya meninggal dunia.
Pneumonia Bilateral dan Komplikasi Lainnya
Pneumonia bilateral, infeksi paru-paru yang menyerang kedua sisi paru-paru, merupakan kondisi yang sangat serius. Pada lansia, pneumonia bilateral dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti gagal napas, syok septik, dan bahkan kematian. Dalam kasus Paus Fransiskus, pneumonia bilateral menjadi faktor utama yang menyebabkan kematiannya.
Selain pneumonia, Paus Fransiskus juga mengalami komplikasi kesehatan lainnya, termasuk anemia dan masalah pernapasan akibat asma. Kondisi-kondisi ini semakin memperburuk keadaan kesehatannya dan memperumit upaya perawatan medis. Komplikasi yang muncul menunjukkan betapa kompleksnya kondisi kesehatan yang dihadapi oleh Paus Fransiskus sebelum meninggal dunia.
Pada awal Desember 2024, Paus Fransiskus juga mengalami jatuh dan membentur dagunya, yang menyebabkan hematoma. Pada Juli 2021, beliau menjalani operasi karena stenosis divertikular (penyempitan usus besar). Meskipun penyakit-penyakit ini mungkin tampak terpisah, semuanya berkontribusi pada melemahnya kondisi tubuh secara keseluruhan, membuatnya lebih rentan terhadap infeksi serius seperti pneumonia.
Dampak Pneumonia pada Lansia
- Meningkatnya risiko komplikasi: Pneumonia pada lansia seringkali disertai komplikasi serius, seperti gagal napas, sepsis, dan gagal organ.
- Tingkat kematian yang lebih tinggi: Pneumonia merupakan penyebab kematian yang signifikan pada lansia. Tingkat kematian lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih muda.
- Perawatan yang lebih lama dan intensif: Lansia dengan pneumonia seringkali membutuhkan perawatan rumah sakit yang lebih lama dan intensif dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih muda.
- Pemulihan yang lebih lambat: Pemulihan dari pneumonia pada lansia cenderung lebih lambat dan lebih sulit dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih muda.
Pneumonia pada lansia seringkali sulit didiagnosis dan dirawat karena gejala yang mungkin tidak khas atau tumpang tindih dengan kondisi medis lainnya yang sudah ada. Oleh karena itu, penting bagi lansia untuk mendapatkan perawatan medis segera jika mengalami gejala-gejala seperti batuk, demam, sesak napas, dan nyeri dada.
Pencegahan Pneumonia pada Lansia
Meskipun tidak selalu dapat dicegah sepenuhnya, risiko terkena pneumonia pada lansia dapat dikurangi dengan beberapa langkah pencegahan, antara lain:
- Vaksinasi: Vaksinasi influenza dan pneumonia merupakan cara yang efektif untuk mengurangi risiko terkena infeksi pernapasan, termasuk pneumonia.
- Menjaga kebersihan tangan: Mencuci tangan secara teratur dapat membantu mencegah penyebaran infeksi.
- Menghindari paparan asap rokok: Asap rokok dapat merusak paru-paru dan meningkatkan risiko infeksi pernapasan.
- Mengonsumsi makanan bergizi: Pola makan sehat dan bergizi dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
- Istirahat yang cukup: Istirahat yang cukup sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Kematian Paus Fransiskus mengingatkan kita akan pentingnya kesadaran akan bahaya pneumonia, terutama pada lansia. Dengan memahami risiko dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita dapat membantu melindungi lansia dari penyakit yang mengancam jiwa ini.
Meskipun Vatikan telah merilis informasi terbatas mengenai kondisi kesehatan Paus Fransiskus, perawatan intensif yang beliau terima di Rumah Sakit Gemelli di Roma menunjukkan betapa seriusnya kondisi beliau. Perkembangan terkini menunjukkan bahwa beliau mengalami masalah pernapasan akibat asma yang berkepanjangan, trombositopenia, dan membutuhkan transfusi darah. Semua ini menunjukkan betapa kompleks dan seriusnya penyakit yang dideritanya.
Kepergian Paus Fransiskus merupakan kehilangan besar bagi Gereja Katolik dan dunia. Namun, kisah hidupnya juga menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga kesehatan, terutama bagi lansia. Semoga kepergian beliau dapat meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya pencegahan dan perawatan penyakit, khususnya pneumonia pada lansia.
Artikel ini ditulis oleh

R
Reporter
- Rizky Wahyu Permana


Kondisi Paus Fransiskus Semakin Kritis, Vatikan: Bapa Belum Lepas dari Bahaya
Paus telah meminta kondisi kesehatannya dibuka untuk umum sehingga Vatikan merilis pernyataan harian.

FOTO: Paus Fransiskus Pimpin Hari Raya Paskah di Vatikan
Paus Fransiskus memimpin Misa Paskah di alun-alun Santo Petrus.

Kemunculan mengejutkan ini terjadi hanya dua minggu setelah Paus Fransiskus menjalani perawatan di rumah sakit akibat pneumonia serius.