Tarif 245 persen terhadap Tiongkok berpotensi menimbulkan dampak jangka panjang bagi ekonomo global.
Jumat, 18 Apr 2025 11:00:32

Tarif 245 persen yang diberlakukan terhadap barang-barang impor dari Tiongkok menimbulkan dampak besar dan kompleks terhadap rantai pasokan global. Implikasi ini meluas ke berbagai sektor ekonomi, memicu perubahan struktural dalam perdagangan internasional dan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dampaknya dirasakan oleh perusahaan multinasional, konsumen, dan negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Relokasi produksi menjadi salah satu respons utama terhadap tarif tinggi ini. Perusahaan-perusahaan berusaha menghindari biaya tambahan dengan memindahkan fasilitas produksi mereka dari Tiongkok ke negara lain di Asia Tenggara, seperti Vietnam dan Indonesia. Langkah ini menciptakan persaingan investasi yang ketat di antara negara-negara tujuan, namun juga menimbulkan tantangan baru terkait infrastruktur dan ketersediaan tenaga kerja terampil.
Perubahan ini tidak hanya terbatas pada relokasi produksi, tetapi juga berdampak pada dinamika geopolitik global. Ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok meningkat, memengaruhi kerjasama internasional di berbagai bidang, termasuk keamanan dan lingkungan. Dampaknya terasa kompleks dan meluas ke berbagai aspek kehidupan global. Berikut ulasan selengkapnya.
Pergeseran Pusat Manufaktur Global

Penerapan tarif 245 persen mendorong perusahaan multinasional untuk mencari alternatif lokasi produksi yang lebih efisien secara biaya. Asia Tenggara, khususnya Vietnam dan Indonesia, menjadi tujuan utama relokasi ini. Namun, perpindahan ini tidak tanpa tantangan. Kemampuan negara-negara tujuan dalam menyediakan infrastruktur yang memadai dan tenaga kerja terampil menjadi faktor penentu keberhasilan relokasi.
Persaingan di antara negara-negara Asia Tenggara untuk menarik investasi asing langsung (FDI) semakin intensif. Pemerintah berbagai negara berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif dengan menawarkan insentif fiskal dan kemudahan regulasi. Namun, hal ini juga berpotensi menimbulkan masalah baru, seperti eksploitasi tenaga kerja dan dampak lingkungan yang negatif.
Relokasi produksi ini berdampak pada perubahan peta industri global. Negara-negara yang sebelumnya menjadi pusat manufaktur utama mungkin akan mengalami penurunan aktivitas ekonomi, sementara negara-negara tujuan investasi akan mengalami peningkatan aktivitas ekonomi dan lapangan kerja. Namun, keberlanjutan pertumbuhan ekonomi ini bergantung pada kemampuan negara-negara tujuan dalam mengelola dampak positif dan negatif dari relokasi produksi tersebut.
Kenaikan Biaya Produksi
Tarif tinggi menyebabkan fragmentasi rantai pasokan global. Perusahaan dipaksa untuk mencari sumber alternatif bahan baku dan komponen, yang menyebabkan peningkatan kompleksitas dan biaya produksi. Hal ini berdampak pada efisiensi dan daya saing perusahaan global.
Keterlambatan produksi dan peningkatan biaya menjadi konsekuensi langsung dari fragmentasi rantai pasokan. Perusahaan harus beradaptasi dengan situasi baru ini dengan melakukan diversifikasi sumber pasokan dan mengoptimalkan logistik. Namun, proses adaptasi ini membutuhkan waktu dan investasi yang signifikan.
Fragmentasi rantai pasokan juga berdampak pada stabilitas ekonomi global. Ketidakpastian dalam rantai pasokan dapat menyebabkan penurunan investasi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat. Perusahaan-perusahaan menjadi lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan investasi karena khawatir akan dampak negatif dari ketidakstabilan rantai pasokan.
Daya Beli Global Terpengaruh

Tarif 245 persen secara langsung meningkatkan harga barang-barang impor dari Tiongkok. Kenaikan harga ini diteruskan ke konsumen, mengurangi daya beli dan berpotensi menyebabkan inflasi. Dampaknya terasa di berbagai sektor, termasuk elektronik, otomotif, dan tekstil.
Konsumen harus menanggung beban tambahan akibat kenaikan harga barang-barang impor. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran konsumen untuk barang dan jasa lain, sehingga berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampak negatif kenaikan harga terhadap daya beli masyarakat.
Kenaikan harga juga dapat memicu ketidakstabilan ekonomi dan sosial. Jika inflasi tidak terkendali, dapat terjadi penurunan kualitas hidup masyarakat dan meningkatnya ketimpangan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan langkah-langkah untuk menjaga stabilitas harga dan mengendalikan inflasi.
Perubahan Struktur Perdagangan Global
Perang dagang yang dipicu oleh tarif tinggi dapat menyebabkan perubahan fundamental dalam struktur perdagangan global. Negara-negara mungkin akan membentuk blok perdagangan regional yang lebih terintegrasi, mengurangi ketergantungan pada perdagangan bilateral dengan negara-negara yang menerapkan kebijakan proteksionis.
Integrasi regional menjadi salah satu strategi untuk mengurangi dampak negatif dari perang dagang. Negara-negara dalam suatu blok perdagangan dapat saling mendukung dan mengurangi ketergantungan pada negara-negara yang menerapkan kebijakan proteksionis. Namun, pembentukan blok perdagangan regional juga dapat menimbulkan tantangan baru, seperti perbedaan kepentingan dan regulasi di antara negara-negara anggota.
Perubahan struktur perdagangan global ini akan berdampak signifikan pada perekonomian dunia. Negara-negara yang mampu beradaptasi dengan perubahan ini akan lebih mampu bertahan dan berkembang. Namun, negara-negara yang kurang mampu beradaptasi akan mengalami kesulitan ekonomi yang lebih besar.
Kesimpulannya, tarif 245 persen memiliki dampak jangka panjang yang signifikan dan kompleks terhadap rantai pasokan global. Relokasi produksi, fragmentasi rantai pasokan, kenaikan harga konsumen, dan perubahan struktur perdagangan global merupakan beberapa dampak utama yang perlu diperhatikan. Pemerintah dan perusahaan di seluruh dunia perlu beradaptasi dengan perubahan ini untuk mengurangi dampak negatif dan memanfaatkan peluang baru yang muncul.
Artikel ini ditulis oleh

M
Reporter
- Mutia Diah Anggraini

China menuduh AS menggunakan praktik intimidasi sepihak untuk mengatur ulang aturan perdagangan global.
China 2 minggu yang lalu

Pemerintah China: Kami Tak Takut Tarif Impor 245 Persen dari Trump
Pemerintah China menegaskan tidak akan mundur dari sikapnya meski Amerika Serikat menetapkan tarif impor sebesar 245 persen.

Perang Dagang AS-China Memanas, Trump Naikkan Tarif Impor China Hingga 104%
Keputusan tersebut diumumkan oleh Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, dan diambil di awal masa jabatan kedua Trump.


Tarif AS Bikin Perekonomian China Tertekan, Pertumbuhan Diprediksi Lambat
Dampak tarif yang diterapkan pemerintahan Presiden Donald Trump menjadi risiko terbesar bagi perekonomian China.
