Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kulonprogo, Arief Musthofa menunjukkan kode batang atau barcode yang nantinya dipindai masyarakat dalam SERMOKU, Kamis (25/4 - 2025)
Harianjogja.com, KULONPROGO—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo mengenalkan program SERMOKU (Sistem Penjaringan Orang Terduga Tuberkulosis) untuk meningkatkan diagnosis penyakit tersebut di masyarakat.
Layanan bebasis digital ini nantinya berkolaborasi dengan lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) layanan publik guna menekan kasus di masa mendatang.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kulonprogo, Arief Musthofa menjelaskan, langkah ini diambil sebagai solusi atas capaian penemuan kasus TB yang masih stagnan pada angka 43%, jauh di bawah target di angka 95%.
BACA JUGA: Penderita TBC di DIY Terus Bertambah sejak 5 Tahun Terakhir, Ini Datanya
"Kami menyadari bahwa masih banyak kasus TB yang belum terdiagnosis. Melalui SERMOKU, kami ingin menjaring sebanyak mungkin suspek TB dari ruang-ruang publik yang menjadi titik temu masyarakat," katanya, Kamis (24/4/2025).
Layanan ini melibatkan OPD seperti Polres (pelayanan SIM), Dukcapil, Samsat, Mal Pelayanan Publik, hingga Kapanewon, yang akan memfasilitasi pengunjung untuk melakukan skrining mandiri melalui pengisian Google Form berbasis barcode.
Formulir tersebut berisi pertanyaan seputar gejala dan faktor risiko TB, seperti riwayat kontak dengan penderita, batuk berkepanjangan, atau tinggal di lingkungan padat penduduk.
Skrining ini menggunakan sistem skor, di mana angka di atas 10 mengindikasikan status suspek TB. Data hasil skrining langsung masuk ke Dinas Kesehatan dan Puskesmas terkait untuk tindak lanjut berupa pemeriksaan lanjutan, termasuk Tes Cepat Molekuler (TCM) bila diperlukan.
Pasien yang terkonfirmasi positif akan segera masuk dalam program pengobatan dan tracing kontak, sebagai bentuk intervensi. Pada kuartal pertama 2025, Kulonprogo telah mencatat 114 kasus baru TB, dari total 386 kasus pada 2024 dan 356 kasus di tahun sebelumnya.
“Kami memperkirakan angka ini masih merupakan puncak gunung es. Semakin banyak yang kami temukan dan obati sekarang, maka dalam beberapa tahun ke depan kita akan melihat penurunan signifikan angka penularan," ujarnya.
Program ini akan dimulai pada Mei 2025 dan dievaluasi pada akhir tahun. Bila terbukti efektif, Dinkes Kulonprogo berencana memperluas cakupannya ke tingkat kalurahan, sekolah, universitas, hingga komunitas umum.
"Kalau program ini berhasil temuan kasus pasti tinggi. Setelah itu diobati, maka mungkin 2, 3, 4, 5 tahun yang akan datang baru kasusnya akan turun," katanya.
Yosevita Ramadhani dari Komunitas Siklus Indonesia yang fokus pada eliminasi TB mendukung program ini dijalankan di sejumlah OPD. "Ini salah satu langkah untuk menunjukkan bahwa deteksi dini bisa menjadi gerakan. Yang penting adalah ada kesinambungan tindak lanjut, bukan hanya skrining semata," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News