Harianjogja.com, JAKARTA —Mahalnya harga kelapa bulat untuk santan dikeluhkan oleh para pedagang pasar. Meski perlahan harganya sudah mulai bergerak turun, mereka mendesak pemerintah ikut andil menstabilkan komoditas tersebut.
Menurut salah seorang pedagang santan kelapa, Atin (45) di Pademangan Barat, harga kelapa bulat kini dibanderol Rp20.000 per butir. Harganya mulai berangsur turun dari periode Ramadan—Lebaran 2025 yang berada di kisaran Rp20.000–Rp25.000 per butir.
BACA JUGA: Harga Kelapa di Kulonprogo Melonjak, Dinas Perdagangan Ungkap Penyebabnya
Bahkan, Atin mengaku dirinya hanya mampu menjual 100 dari 250 butir kelapa bulat per hari, imbas harga yang masih menanjak. Padahal, Atin menyebut harga kelapa bulat pernah dijual di rentang Rp8.000–Rp10.000 per butir. Ini artinya, harga komoditas ini naik dua kali lipat.
“Kita padahal kekurangan yang pedagang kecil. Mudah-mudahan turun lagi, tapi paling turun nggak turun kayak dulu. Dulu mah paling Rp8.000 per butir saya jual itu yang [ukuran] sedang, kalau yang besar paling Rp10.000 [per butir],” kata Atin saat ditemui Bisnis, Kamis (24/4/2025).
Untuk itu, dia berharap harga kelapa bulat bisa kembali normal di rentang harga Rp8.000–Rp10.000 per butir, yang masing-masing untuk ukuran sedang dan besar. “Maunya Rp8.000–Rp10.000 [per butir], kasihan juga kayak warung-warung Padang yang butuh santan banyak, pedagang cincau, cendol, pasti mereka jualnya bingung [karena harga kelapa santan naik],” ujarnya.
Di sisi lain, dia juga menyinggung stok kelapa bulat yang berkurang dari biasanya. “Biasanya dari gudangnya tiap hari ada terus sekarang jarang kirim,” imbuhnya.
Setali tiga uang, pedagang kelapa di Pasar Nalo, Jakarta, Cahyono (55) juga menyebut harga kelapa bulat sudah mulai melandai dan dijual di level Rp20.000 per butir untuk ukuran besar.
“Harganya turun dari Lebaran kemarin Rp30.000–Rp35.000 [per butir], sekarang Rp20.000 [per butir],” ujar Cahyono saat ditemui Bisnis.
Meski harganya mulai melandai, Cahyono menyebut mampu menjual 70-80 butir kelapa. Selain itu, dia juga menyinggung stok kelapa yang kian menyusut menjadi 200 butir dari 400 butir.
“Semenjak mahal, cuma abis 70-80 butir. Stoknya ada, biar dikit juga ada terus,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno menyebut bahwa permasalahan ekspor kelapa bulat telah terjadi sejak lama. “Ada masalah karena industri hilir kelapa kekurangan bahan baku kelapa, sudah lama [terjadi permasalahan ekspor kelapa bulat],” kata Benny kepada Bisnis, Rabu (23/4/2025).
Benny juga menyebut China menjadi negara tujuan utama ekspor kelapa bulat Indonesia. “Permintaan selalu ada dari pihak China,” ungkapnya. Imbas permasalahan ekspor kelapa bulat ini, Benny menuturkan sudah dilakukan mediasi oleh pemerintah antara petani kelapa dan industri hilir kelapa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News