Sejarah sarang burung walet sebagai komoditas unggulan Indonesia

1 week ago 9

Jakarta (ANTARA) - Sarang burung walet telah lama dikenal sebagai salah satu komoditas unggulan dan bernilai tinggi di Indonesia.

Produk yang terbentuk dari air liur burung walet ini berkembang dari bahan pangan tradisional menjadi salah satu komoditas ekspor strategis, bahkan menempatkan Indonesia sebagai produsen terbesar di pasar global.

Indonesia memasok hingga 80 persen kebutuhan sarang burung walet dunia, terutama untuk pasar Tiongkok, yang menjadikannya sebagai salah satu produk paling vital bagi perekonomian nasional.

Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut sejarah sarang burung walet hingga menjadi komoditas ekspor unggulan Indonesia, melansir dari berbagai sumber.

Jejak awal penemuan sarang burung walet

Meskipun Tiongkok dikenal sebagai negara pengimpor sarang burung walet sejak berabad-abad lalu, catatan sejarah menunjukkan komoditas "Caviar of the Easr" ini berasal dari kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Penelitiannya merujuk pada temuan sejarawan asal Malaka, Lin Biao, yang pada abad ke-17 menemukan catatan mengenai penggunaan sarang burung walet.

Catatan itu mengungkap bahwa sarang burung walet pertama kali ditemukan oleh Admiral Zheng He, seorang penjelajah Dinasti Ming.

Saat armada Zheng He menghadapi badai hebat di sekitar semenanjung Malaysia, para awak kapal terpaksa berlindung di gua-gua pesisir.

Kekurangan bahan makanan membuat mereka mencoba sarang burung walet yang menempel di dinding gua pinggir laut.

Setelah mengonsumsinya, mereka merasakan pemulihan kondisi tubuh yang jauh lebih baik.

Temuan makanan tersebut dibawa pulang dan dihadiahkan kepada Raja Dinasti Ming, Chengzu. Kemudian, sarang ini cepat populer di kalangan bangsawan Tiongkok.

Sejak itu, sarang burung walet berkembang sebagai salah satu kuliner mewah Asia Timur dan meluas hingga menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi di tingkat internasional.

Awal masuk ke Indonesia

Di Indonesia, kisah sarang burung walet tercatat lewat cerita rakyat. Salah satu yang paling dikenal adalah kisah Kiai Surti, utusan Kerajaan Mataram Kartasura.

Ia dikisahkan mendapat wangsit dari Dewi Suryawati untuk mencari obat bagi permaisuri di Gua Karang Bolong, yang ternyata berupa sarang burung walet.

Pengambilan sarang burung walet pada masa itu memerlukan keahlian khusus, sebab habitat walet yang umumnya berada di ceruk-ceruk gua pesisir yang sulit dijangkau.

Proses panen dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan kerap disertai ritual adat sebagai bentuk permohonan keselamatan.

Di kawasan pantai selatan Jawa, terutama Karang Bolong, masyarakat menggelar pagelaran wayang kulit sebagai bagian dari tradisi sebelum panen.

Pagelaran tersebut harus dilakukan tanpa adegan tokoh yang gugur karena diyakini berhubungan dengan keselamatan para pemanen. Tradisi ini juga menunjukkan kuatnya keterkaitan budaya masyarakat pesisir dengan komoditas tersebut.

Tumbuh menjadi komoditas ekspor Indonesia

Perdagangan sarang burung walet mulai tercatat sejak abad ke-15, ketika komoditas ini dikenal di kalangan petani kecil di Jawa Timur dan Kalimantan Timur.

Pada abad ke-17, pedagang dari Dinasti Ming semakin aktif mencari dan memperdagangkan sarang burung walet dari berbagai wilayah Nusantara.

Hubungan perdagangan yang terjalin selama berabad-abad ini membuat Indonesia dan Tiongkok memiliki kedekatan panjang dalam industri sarang burung walet.

Seiring kebutuhan global yang terus meningkat, Indonesia menjadi pemasok terbesar dunia.

Balai Besar Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan DKI Jakarta, sempat menyebutkan ekspor sarang burung walet sejak Januari hingga September 2025 mencapai 894,86 ton dan ini menunjukkan sebagai komoditas unggulan Indonesia.

Tak hanya Tiongkok, daerah tujuan ekspor komoditas ini semakin luas, yakni Hong Kong, Vietnam, Makau, Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, Jepang hingga Korea Selatan.

Selain memiliki keunggulan tersebut, sarang burung walet juga dikenal karena manfaatnya untuk kesehatan.

Kandungan proteinnya dipercaya memperkuat sistem imun, menjaga kesehatan jantung dan tulang, hingga membantu perawatan kulit seperti memudarkan kerutan dan flek hitam.

Dengan sejarah panjang antara perjalanan maritim, tradisi budaya, dan perkembangan ekonomi, sarang burung walet menjadi salah satu komoditas kebanggaan Indonesia.

Baca juga: Apa Itu sarang burung walet dan kandungan baik yang dimilikinya?

Baca juga: Ekspor sarang burung walet sepanjang 2025 capai 894,86 ton

Baca juga: Barantin investigasi pembatasan ekspor sarang burung walet ke China

Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |