Kisah Teddy, 33 Tahun Mempertahankan Persewaan Buku KK Book Rental Jogja

14 hours ago 5

Harianjogja.com, JOGJA—Jogja sepertinya membutuhkan orang-orang 'gila' untuk mempertahankan roda literasi tetap berjalan. Meski berpotensi merugi secara finansial, Teddy berusaha merawat ruang imajinasi masyarakat tetap subur dengan KK Book Rental.

“Apa yang kami lakukan sekarang seperti setitik air di padang gurun, mungkin hanya menetes dan langsung menguap, enggak ada efeknya. Tapi paling enggak kami berusaha,” kata pemilik KK Book Rental Jogja, Teddy, beberapa waktu lalu.

Maksud Teddy, dia berusaha mempertahankan persewaan komik dan novel terakhir yang ada di Jogja. Dari sisi finansial, tidak jarang persewaan merugi. Namun Teddy menganggap ruang imajinasi dalam bentuk buku ini tetap perlu ada.

KK Book Rental berada di Jalan Doktor Sutomo Nomor 96, Baciro, Gondokusuman, Kota Jogja. Ruko penampung ribuan buku ini terasa lengang, berbeda jauh dengan aktivitas di luarnya, yang memang dekat dengan Stasiun Lempuyangan. Meski fenomena lengang dan ramainya persewaan, menjadi bagian dari dinamika KK Book Rental yang sudah lahir sejak 1992.

BACA JUGA: KK Book Rental: Menanam Imajinasi dari Lembaran Komik

Teddy bercerita, bahwa semua ini bermula dari kecintaannya membeli dan membaca komik. Hari ke hari, koleksi komiknya semakin banyak. Kemudian Teddy membuka persewaan di samping rumah. Kala itu, dia masih kelas 3 SMA. Lantaran banyaknya peminat, tidak lama berselang lokasi persewaan berpindah ke ruko, dengan mempekerjakan pegawai.

"Kami memulai persewaan di momen yang tepat, [selera pasar] lagi ke [komik] Jepang, kami masuk. Misal masuk sebelum atau sesudah momen itu, mungkin enggak akan bisa bertahan," katanya.

Baca Komik Itu Tidak Baik

Meski kegiatannya sama-sama membaca, namun jenis buku bisa berpengaruh pada penilaian orang. Di tahun 1970-an (atau mungkin sampai sekarang), Teddy melihat adanya stigma bahwa anak-anak yang membaca komik atau novel bukan lah kegiatan yang baik. Umumnya, kegiatan baik itu berupa membaca buku pelajaran atau sejenisnya.

Mungkin penyebab munculnya stigma ini bisa banyak. Salah satunya, lanjut Teddy, bahwa komik Indonesia di era itu, banyak menampilkan gambar vulgar. Gambar pembunuhan sadis, kekerasan, dan sebagainya. Kata-katanya juga tidak semuanya ramah di telinga.

“Apa yang jadi pengalaman orang tua itu dibawa ke anaknya. Padahal zaman berubah. Awal-awal komik Eropa dan Jepang masuk Indonesia enggak ada saru-sarunya,” kata Teddy, yang saat ini berusia 50 tahun.

Justru dengan membaca komik dan novel, imajinasi anak bisa bertumbuh. “Bangsa yang masyarakatnya punya imajinasi akan lebih maju, daripada bangsa yang terdoktrinisasi,” katanya.

BACA JUGA: Jelang Libur Natal dan Tahun Baru 2025, Jasa Rental Kendaraan Wisata di Bantul Mulai Kebanjiran Pesanan

Kurangnya imajinasi, kemudian rendahnya daya baca dan literasi, yang membuat masyarakat gampang terombang-ambing. Teddy menggambarkan, orang seperti itu akan mudah tergiring oleh orang lain yang memiliki kepentingan tertentu. Misalnya ajakan memilih calon tertentu, atau doktrin yang keliru. Meski itu kebohongan, apabila diulang terus-menerus, masyarakat dengan literasi yang rendah akan percaya.

Pejuang Terakhir

Sudah 33 tahun Teddy membuka KK Book Rental. Dia cukup paham melihat perkembangan orang yang menyewa serta membaca buku di Jogja. Teddy tidak begitu setuju, apabila minat baca di Indonesia turun sejak adanya internet. Misalpun ada pengaruhnya, dampaknya tidak sebesar itu.

Buktinya, lanjut Teddy, tingkat baca Indonesia sejak puluhan tahun lalu sampai sekarang, masih berada di peringkat kedua terbawah di dunia. Tingkat literasi sama saja, banyak orang yang hanya membaca berita sepenggal, kemudian lebih mengedepankan emosinya di kolom komentar.

Teddy lebih menganggap naik turunnya pembaca buku sebagai bagian dari gaya hidup. Dahulu, saat belum marak ponsel atau mal, salah satu alternatif gaya hidup berupa membaca buku. Kemudian gaya hidup bergeser ke mal, café, internet, dan seterusnya. “Tapi jumlah pembaca [yang sebenarnya] tetap sedikit, wajar kalau rental buku cuma tinggal kami aja,” katanya.

Melihat kondisi saat ini, penyewa buku memang tidak seramai tahun 1990-an atau awal 2000-an. Teddy sudah sadar betul. Namun dia merasa persewaan buku tetap harus ada, setidaknya selama Teddy masih suka dengan buku. Kemudahan menyewa hingga tarif yang tergolong murah menjadi upaya Teddy berkontribusi pada pembentukan literasi di Jogja.

Di KK Book Rental, banyak komik yang harga sewanya di bawah Rp1.000. Denda pun hanya Rp500 per hari, berapapun jumlah bukunya. Semisal tujuannya mencari uang, maka lapak KK Book Rental sudah menjadi minimarket sejak dulu.

“Persewaan [komik dan novel di Jogja] tinggal kami aja,” kata Teddy. “Apa yang kami lakukan sekarang seperti setitik air di padang gurun, mungkin hanya menetes dan langsung menguap, enggak ada efeknya. Tapi paling enggak kami berusaha.”

Tidak Usah Tinggalkan Kartu Identitas

Sudah cukup lama, KK Book Rental banyak keluar dari pakem persewaan buku pada umumnya. Dahulu, saat persewaan masih mengandalkan penjaga toko untuk mencarikan buku, persewaan ini sudah membebaskan pengunjung mencari sendiri koleksinya. Langkah yang lebih berani lagi, Teddy tidak mewajibkan penyewa buku meninggalkan kartu identitas apapun apabila menyewa buku.

Teddy mengatakan sudah tidak terhitung berapa buku yang hilang atau tidak kembali. Namun ini harga dari sebuah komitmen. Apabila merujuk pada nama persewaan berupa "KK", singkatannya adakah Kejujuran Awal dari Kepercayaan (KK). Teddy mencoba memberikan seseorang kepercayaan, dengan tidak menyita kartu identitas.

Harapannya, penyewa akan memberikan kejujuran. “Misal sekecil itu enggak bisa, jangan tanya waktu besarnya gimana,” kata Teddy. “Dari awal kami idealis, kami percaya pada dasarnya semua orang baik, bayi lahir suci, masak waktu udah tumbuh dewasa enggak bisa. Kami kasih kepercayaan.”

BACA JUGA: Gelapkan Dua Sepeda Motor Rental, Perempuan asal Sedayu Ditangkap Polisi, Begini Modusnya

Lagi-lagi, harga yang dibayar mungkin mahal, dengan tidak kembalinya banyak buku. Belum lagi ada pengunjung yang memang sengaja mencuri. Ada juga kolektor yang mencari buku langka, dengan berlagak seperti peminjam. Bagi Teddy, ini semacam cara KK Book Rental membentuk karakter masyarakat.

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |