Petugas kesehatan memberikan vaksin antraks. Harian Jogja - Gigih M. Hanafi
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul akan melakukan vaksinasi antraks untuk mengantisipasi dan pengendalian penyebaran penyakit zoonosis ini. Upaya pendataan ternak yang menjadi sasaran vaksin di lokasi temuan kasus.
Sebagaimana diketahui bersama, kasus antraks telah ditemukan di Kapanewon Girisubo dan Rongkop. Hasil pendataan yang telah dilakukan untuk program vaksinasi, di Kalurahan Tilen, Girisubo terdapat 1.407 ekor sapi dan kambing sebanyak 2.235 ekor.
Sedangkan di Kalurahan Bohol, Rongkop diketahui jumlah populasi sapi yang dimiliki ada 449 ekor dan kambing sebanyak 536 ekor. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Wibawanti Wulandari mengatakan, sejak ditemukan kasus antraks pertama kali ditemukan pada awal Februari 2025.
BACA JUGA: Dinas Peternakan Gunungkidul Gencarkan Vaksinasi dan Edukasi Massif Cegah Antraks
Seiring berjalannya waktu, penyebaran kasus sudah ada 23 ekor sapi dan 3 kambing yang mati di Kalurahan Tileng dan Bohol. Pihaknya, sudah mengagendakan program vakasinai antraks untuk hewan di lokasi zona merah dan kuning.
“Vaksin dilaksanakan April ini. Untuk sasarannya adalah ternak-ternak yang dalam kondisi sehat dan tidak dalam keadaan bunting,” kata Wibawanti, Jumat (18/4/2025).
Wibawanti meminta kepada Masyarakat untuk tidak panik. Pasalnya, upaya pencegahan telah dilakukan mulai dari sosialisasi dan edukasi terkait bahaya penyebaran penyakit pada hewan ke manusia (Zoonosis).
Selain itu, juga ada upaya pencegahan agar kasus tidak semakin bertambah. Berbagai upaya dilakukan mulai dari penyemprotan disinfektan di lokasi temuan kasus dengan cairan formalin sebanyak tiga kali.
Selain itu, juga ada kegiatan sosialisasi dan edukasi ke Masyarakat tentang pencegahan antraks. Salah satu fokusnya dengan memberikan pemahaman kepada Masyarakat tentang bahaya penyembelihan bangkai hewan karena berpotensi menularkan penyakit antar hewan maupun ke manusia.
“Kasus di Girisubo terjadi karena adanya aktivitas penyembelihan bangkai hewan. Ini yang terus kami sosialisasikan agar penyebaran antraks bisa ditekan karena hewan yang mati lebih baik dikubur untuk mengurangi risiko penularan penyakit,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono mengatakan, kasus antraks ditemukan di Kapanewon Rongkop dan Girisubo tidak hanya menular antar hewan karena juga terjadi penularan ke manusia. Hingga sekarang ada tiga warga yang dinyatakan positif antraks dan dua orang suspek.
Selain itu, pihaknya juga terus melakukan pengawasan kesehatan kepada 25 warga karena kontak dengan hewan positif antraks. Kontak terjadi karena ada warga yang ikut menyembelih hingga membantu pengangkutan bangkai ternak. “Kalau dilihat dari inkubasi virus, pengawasan dan pemantauan akan berlangsung hingga Mei mendatang,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News