'Dosa' Trump yang Bisa Buat HIV/AID Jadi Pandemi Lagi

2 weeks ago 12

  1. SEHAT

Kebijakan pemotongan bantuan asing oleh Donald Trump berpotensi mengancam akses pengobatan HIV/AIDS di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Jumat, 11 Apr 2025 04:00:00

'Dosa' Trump yang Bisa Buat HIV/AID Jadi Pandemi Lagi Donald Trump dan Penanggulangan HIV/AIDS (©Grok)

Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah pengobatan serta upaya lintas negara telah berhasil menekan laju perkembangan HIV/AIDS. Bahkan dengan sejumlah kemajuan yang terjadi, diprediksi bahwa penyakit ini bisa berkurang atau bahkan punah. Sayangya, hal ini berubah sejak dilantiknya Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Pada masa kepemimpinan Presiden Donald Trump, beberapa keputusan strategis terutama terkait pendanaan program kesehatan global telah menuai kecaman dari berbagai kalangan. Di antara kebijakan tersebut, pemotongan dana untuk program pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS menjadi salah satu yang paling diperbincangkan. Dalam kondisi global yang telah menikmati penurunan signifikan dalam kasus HIV/AIDS, keputusan Trump dikatakan berpotensi “mengulangi sejarah kelam” dengan membuka jalan agar HIV/AIDS bisa kembali berkembang menjadi pandemi. Dampak tersebut terasa tidak hanya pada tingkat global, tetapi juga dirasakan secara nyata di Indonesia, di mana masyarakat yang sudah lama berjuang melawan penyakit ini kini dihadapkan pada ancaman baru karena berkurangnya dana dan dukungan internasional.

Kebijakan Kontroversial Trump dan Implikasinya

Pada awal tahun 2025, pemerintahan Trump mengumumkan penghentian hampir seluruh bantuan luar negeri dari USAID dalam upaya meninjau kembali prioritas kebijakan luar negeri, termasuk pendanaan Program Darurat Presiden Amerika Serikat untuk Penanggulangan AIDS (PEPFAR). Dilansir dari Time, PEPFAR selama beberapa dekade telah menjadi andalan banyak negara dengan menyediakan obat antiretroviral (ARV) dan dukungan pencegahan secara global. Dengan anggaran mencapai US$6,5 miliar per tahun, program ini telah membantu lebih dari 20,6 juta orang dan diperkirakan telah menyelamatkan 26 juta nyawa sejak didirikan. Namun, pemotongan dana ini tidak hanya menimpa negara-negara dengan tingkat beban HIV/AIDS yang tinggi di Afrika; dampaknya merembet hingga ke negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Keputusan Trump yang dianggap “dosa” oleh banyak ahli kesehatan global, karena mengorbankan pendanaan yang telah dibangun selama bertahun-tahun, kini menghadirkan ancaman nyata. Di tengah keberhasilan menekan penyebaran HIV/AIDS, pemotongan dana tersebut berpotensi mengakibatkan gangguan pada rantai distribusi obat dan kegiatan edukasi kesehatan yang sangat vital untuk pencegahan. Dilansir dari The Guardian, jika langkah-langkah ini tidak segera ditangani, dikhawatirkan bahwa tren positif yang selama ini tercapai dapat terhenti, bahkan berbalik menjadi peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS secara signifikan.

Tanda-Tanda Meningkatnya HIV/AIDS

Efek pemotongan dana ini telah menimbulkan keprihatinan di kalangan para peneliti dan ahli kesehatan internasional. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet menyatakan bahwa gangguan pendanaan untuk program HIV/AIDS secara langsung berhubungan dengan kenaikan jumlah infeksi baru di sejumlah negara dengan sumber daya terbatas. Penelitian tersebut mengindikasikan bahwa pengurangan 10% dalam pendanaan pencegahan dapat menyebabkan peningkatan 5-8% dalam kasus baru HIV dalam jangka menengah . Data ini menciptakan gambaran suram bagi masa depan penanggulangan HIV/AIDS apabila tren pemotongan dana terus berlanjut.

Di benua Afrika, misalnya, banyak negara yang selama ini mengandalkan PEPFAR harus menghadapi gangguan distribusi obat antiretroviral. Dilansir dari Reuters, beberapa laporan menyebutkan bahwa ratusan juta dolar yang tertahan di gudang kini berdampak pada ketersediaan obat, sehingga pasien terpaksa mengurangi dosis atau bahkan berhenti mengonsumsi obat secara konsisten. Kondisi ini secara tidak langsung menciptakan celah yang memungkinkan virus HIV untuk kembali menyebar, menandakan potensi kembalinya epidemi besar dalam beberapa tahun mendatang.

'Dosa' Trump yang Bisa Buat HIV/AID Jadi Pandemi Lagi Donald Trump dan Penanggulangan HIV/AIDS Grok

Situasi di Indonesia

Meski Indonesia tidak sepenuhnya bergantung pada bantuan luar negeri untuk menangani HIV/AIDS, dampak kebijakan Trump tetap sangat dirasakan. Data Kementerian Kesehatan Indonesia per akhir 2024 mencatat bahwa terdapat 503.261 orang yang hidup dengan HIV, namun hanya 351.378 yang benar-benar mengetahui status infeksinya. Berdasar data BPS, dari jumlah tersebut, hanya sekitar 217.482 orang yang telah mendapatkan terapi pengobatan secara konsisten. Hal ini menggambarkan tantangan besar dalam mencapai cakupan layanan kesehatan yang optimal.

Beberapa waktu yang lalu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan kekhawatirannya terkait berkurangnya dukungan dari USAID yang telah membantu mendanai program-program pencegahan HIV/AIDS. Beliau menyatakan bahwa pembekuan dana tersebut telah menyebabkan terhentinya beberapa program pendampingan bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan kampanye edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Akibatnya, di beberapa daerah, keterlambatan deteksi dini dan kurangnya akses pada terapi pengobatan dapat mengakibatkan lonjakan jumlah kasus baru.

Keadaan ini sangat merisaukan, mengingat Indonesia memiliki populasi yang sangat besar dengan tantangan geografis dan infrastruktur yang tidak merata. Di daerah-daerah terpencil, pendanaan yang sebelumnya dialirkan melalui program internasional menjadi sangat krusial untuk memastikan bahwa akses pada layanan kesehatan terpenuhi. Kekurangan dana ini dapat menyebabkan kesenjangan yang lebih lebar antara kota besar dan daerah, sehingga potensi epidemi lokal yang tidak terkontrol menjadi lebih tinggi.

Dampak pada Komunitas dan Organisasi Non-Pemerintah

Di tingkat komunitas, pemotongan dana pendampingan dan edukasi berdampak besar pada organisasi non-pemerintah (LSM) yang selama ini menjadi ujung tombak penanggulangan HIV/AIDS. Banyak LSM yang mengandalkan bantuan USAID dan pendanaan internasional lainnya untuk menjalankan program-program pendampingan bagi ODHA. Program-program ini mencakup penyuluhan, konseling, dan distribusi alat pelindung diri (APD) dalam rangka pencegahan penularan HIV.

Dilansir dari The Guardian, beberapa organisasi telah melaporkan bahwa kegiatan mereka harus dikurangi secara signifikan, bahkan beberapa terpaksa dihentikan operasionalnya. Hal ini mengakibatkan berkurangnya jangkauan edukasi dan dukungan pada kelompok-kelompok rentan seperti kaum remaja, pekerja seks, dan komunitas LGBTQ+. Tanpa adanya dukungan ini, risiko penularan HIV yang tidak terdeteksi dan tidak tertangani akan meningkat, menciptakan peluang bagi virus untuk kembali menyebar secara luas.

Menurut salah satu penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Infectious Diseases, intervensi berbasis komunitas terbukti sangat efektif dalam mengurangi angka infeksi HIV. Pengurangan pendanaan terhadap program-program ini tidak hanya berdampak pada meningkatnya risiko penularan, tetapi juga menurunkan tingkat kepatuhan pasien dalam menjalani terapi jangka panjang. Data tersebut menyoroti bahwa setiap 10% penurunan pendanaan dapat berkontribusi pada peningkatan 4-6% kasus HIV baru secara signifikan.

Potensi Kembalinya Pandemi HIV/AIDS

Kasus HIV/AIDS yang sempat menunjukkan tren penurunan kini berada di ambang kembalinya epidemi besar jika kekurangan dana tidak segera diatasi. Para ahli kesehatan memperingatkan bahwa tanpa intervensi yang cepat, virus HIV dapat menyebar secara kembali ke populasi yang sebelumnya telah mengalami penurunan angka infeksi. Pendekatan yang berhasil selama beberapa dekade berisiko runtuh dengan hilangnya dana dan dukungan internasional.

Amerika Serikat, melalui kebijakan luar negeri yang diwarnai oleh sikap proteksionis, telah menciptakan situasi yang memungkinkan virus kembali menyebar. Dilansir dari Jurnal PLOS One, penelitian yang dilakukan oleh lembaga internasional menunjukkan bahwa peningkatan kasus HIV baru dapat terjadi dalam kurun waktu lima tahun ke depan jika program pencegahan tidak segera mendapatkan pendanaan yang memadai. Dengan demikian, “dosa” Trump yang berupa pemotongan dana kini berpotensi membuka jalan agar HIV/AIDS bisa kembali merajalela menjadi pandemi global.

Krisis pendanaan yang disebabkan oleh kebijakan Trump tidak hanya berdampak pada aspek teknis penanggulangan HIV/AIDS, tetapi juga menimbulkan dampak sosial yang luas. Banyak ODHA yang selama ini bergantung pada dukungan rutin merasa terabaikan dan kehilangan harapan. Keterlambatan dalam deteksi dini serta pengobatan yang tidak konsisten mengakibatkan meningkatnya risiko komplikasi serius akibat infeksi HIV. Di samping itu, stigma sosial masih sangat kuat sehingga masyarakat ODHA mengalami diskriminasi, baik dalam akses pendidikan maupun pekerjaan.

Sebuah survei yang dilakukan oleh lembaga riset kesehatan global mengungkapkan bahwa kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dalam program HIV/AIDS menurun drastis seiring dengan berkurangnya dukungan finansial dari donor internasional. Penurunan kepuasan ini berpotensi mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan, sehingga intervensi pencegahan dan pengobatan menjadi kurang optimal. Hal ini tentunya membuka kemungkinan jalan bagi kembalinya tren epidemi yang sempat menurun pesat selama dua dekade terakhir.

Artikel ini ditulis oleh

Rizky Wahyu Permana

R

Reporter

  • Rizky Wahyu Permana
 Indonesia Perlu Dorong WTO Sehatkan Perdagangan Internasional

Said Abdullah: Indonesia Perlu Dorong WTO Sehatkan Perdagangan Internasional

Said meminta pemerintah memperbaiki infrastruktur dan kebijakan di pasar saham dan pasar keuangan untuk mendorong pasar saham dan keuangan lebih inklusif.

Dampak Tarif Trump Dirasakan Masyarakat Awam, PHK Mengintai dan Harga Barang Bakal Naik

Dampak Tarif Trump Dirasakan Masyarakat Awam, PHK Mengintai dan Harga Barang Bakal Naik

Industri dalam negeri yang bergantung pada pasar ekspor ke Amerika Serikat berpotensi mengalami penurunan permintaan akibat kenaikan harga produk Indonesia.

Donald Trump Terpilih Kembali Menjadi Presiden Amerika, Ekonomi Indonesia Terancam

Donald Trump Terpilih Kembali Menjadi Presiden Amerika, Ekonomi Indonesia Terancam

Kekhawatiran bagi Indonesia karena sikap proteksi Donald Trump terhadap perdagangan internasional.

Said Abdullah Sebut Tantangan Ekonomi Global Berat Setelah Trump Jadi Presiden AS Lagi

Said Abdullah Sebut Tantangan Ekonomi Global Berat Setelah Trump Jadi Presiden AS Lagi

Said menyebut Trump akan menaikan bea masuk ke AS, di mana kebijakan tersebut akan berdampak ke negara-negara yang selama ini menjadi mitra.

 Rupiah Diprediksi Merosot dan Ekspor RI Terganggu

Efek Kejut Donald Trump Dilantik Jadi Presiden: Rupiah Diprediksi Merosot dan Ekspor RI Terganggu

Salah satu potensi dampak besar yang perlu dicermati adalah meningkatnya tekanan ekonomi eksternal, seperti depresiasi nilai tukar Rupiah.

Sri Mulyani Sebut Negara Tetangga Indonesia akan Terkena Dampak Buruk Kebijakan Donald Trump

Sri Mulyani Sebut Negara Tetangga Indonesia akan Terkena Dampak Buruk Kebijakan Donald Trump

Sri Mulyani menjelaskan bahwa Trump merupakan sosok yang dikenal proteksionisme dalam melindungi neraca dagang negaranya.

Donald Trump Jadi Presiden Amerika, Bank Indonesia Wanti-wanti Lima Hal Ini

Donald Trump Jadi Presiden Amerika, Bank Indonesia Wanti-wanti Lima Hal Ini

Terdapat lima aspek utama yang perlu diperhatikan terkait kebijakan ekonomi dan politik di bawah kepemimpinan Trump.

Awas, Pasar Indonesia Berpotensi Dibanjiri Produk China Akibat Kebijakan Tarif Impor Trump

Awas, Pasar Indonesia Berpotensi Dibanjiri Produk China Akibat Kebijakan Tarif Impor Trump

Pelemahan ekonomi China akibat kebijakan tarif impor oleh Trump dapat mengancam kinerja ekspor Indonesia.

Respons ASIOTI Soroti Dampak Kebijakan Tarif Impor AS

Respons ASIOTI Soroti Dampak Kebijakan Tarif Impor AS

Kebijakan ini dipandang berpotensi menghambat pembangunan infrastruktur digital nasional.

Kondisi Perdagangan Global Lebih Tegang Akibat Terpilihnya Donald Trump Jadi Presiden AS, Indonesia Mulai Waspada

Kondisi Perdagangan Global Lebih Tegang Akibat Terpilihnya Donald Trump Jadi Presiden AS, Indonesia Mulai Waspada

Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS diprediksi akan membawa perubahan signifikan dalam kebijakan perdagangan global, termasuk dengan Indonesia.

Dampak Potensial Kebijakan Trump terhadap Ekonomi Indonesia jika Terpilih Kembali sebagai Presiden AS

Dampak Potensial Kebijakan Trump terhadap Ekonomi Indonesia jika Terpilih Kembali sebagai Presiden AS

Jika Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS, kebijakan proteksionisme dan perubahan pajak yang mungkin diterapkan berpotensi memengaruhi ekonomi Indonesia.

Ini yang Harus Dilakukan Pemerintah Antisipasi Kemenangan Donald Trump

Ini yang Harus Dilakukan Pemerintah Antisipasi Kemenangan Donald Trump

Dia menyinggung dinamika perekonomian saat masa kepemimpinan periode pertama Trump sepanjang 2017-2021.

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |