- PERISTIWA
- REGIONAL
Koster menyebut banyak negara yang sukses menerapkan metode pertanian modern, termasuk Israel, meski kondisi alamnya tidak mendukung.
Selasa, 15 Apr 2025 15:53:00

Gubernur Bali, I Wayan Koster menyoroti kinerja Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada, yang dinilai kurang progresif dalam menghadapi persoalan pangan. Ia meminta Sunada untuk belajar ke Israel guna memahami teknologi pertanian modern demi meningkatkan produktivitas lahan di Pulau Dewata.
Hal ini disampaikan Koster saat memberikan sambutan dalam acara Pembukaan Musrenbang RKPD Semesta Berencana Provinsi Bali Tahun 2026, yang digelar di Kantor Gubernur Wiswa Sabha Utama, Denpasar, Selasa (15/4).
Koster menekankan, kebutuhan pangan di Bali sebenarnya telah dipetakan dengan baik untuk memenuhi sembilan kebutuhan dasar hidup. Namun, produktivitas pertanian masih bisa ditingkatkan, termasuk dengan mengubah lahan kering menjadi pertanian berbasis teknologi.
"Cuma Kadis Pertanian-nya kurang progresif. Jadi bisa ditingkatkan sebenarnya, satu hektare sawah yang tadinya hanya dua kali panen itu, bisa ditingkatkan jadi tiga kali panen. Harus ada inovasi, lahan kering bisa dijadikan sebagai pertanian modern," kata Koster.
Ia menyebut banyak negara yang sukses menerapkan metode pertanian modern, termasuk Israel, meski kondisi alamnya tidak mendukung.
"Kalau perlu belajar ke Israel yang luar biasa, nggak punya lahan subur, tidak ada air, tapi pertaniannya sangat maju, karena teknologinya sangat maju. Embun diolah jadi air tanaman," imbuhnya.
Indonesia Seharusnya Tak Mengandalkan Import
Gubernur Koster juga menyampaikan, Bali saat ini masih memiliki surplus produksi beras sebesar 53 ribu ton. Namun, angka tersebut menurun dari surplus 100 ribu ton pada periode awal kepemimpinannya.
"Sekarang tinggal 53 ribu ton, jadi menurun setengahnya," ujarnya.
Menurutnya, jika penurunan ini terus berlanjut tanpa pengendalian alih fungsi lahan, Bali bisa menghadapi krisis pangan di masa depan.
"Kalau ini tidak dikendalikan, tergerus terus menerus, nggak sampai 100 tahun, Bali akan menghadapi ancaman ketersediaan pangan," jelas Koster.
Ia mengingatkan, Indonesia sebagai negara agraris tidak seharusnya terus mengandalkan impor pangan.
"Malu kita negara agraris impor beras, impor bawang putih. Malu jadi negara maritim impor garam. Ini semua permainan mafia impor," tegasnya.
Gubernur Koster mengapresiasi langkah Presiden Prabowo Subianto yang dinilainya tegas dalam memberantas mafia impor.
"Ini yang sedang ditangani bapak presiden yang menurut saya sangat tegas pendirian beliau. Sangat sejalan dengan apa yang kita inginkan di Provinsi Bali," katanya.
Di akhir pernyataannya, ia menegaskan, meski sumber pangan di Bali mencukupi, namun produktivitas harus terus ditingkatkan, termasuk untuk komoditas bawang putih yang masih defisit.
"Bawang putih ini saya sudah minta segera buka lahan untuk nanam bawang putih... Ternyata kenapa bawang putihnya impor, karena petani-nya nggak mau menanam, karena harga bawang putih Bali lebih tinggi daripada impor," tutup Koster.
Artikel ini ditulis oleh


Gubernur Koster: Setelah Pulih dari Pandemi Covid-19, Alih Fungsi Lahan di Bali Sangat Tinggi
Koster menegaskan, jika tren alih fungsi lahan ini tidak dikendalikan, Bali bisa menghadapi krisis ketahanan pangan.


Bali Kian Semrawut, Koster Sentil Bupati: Tahunya Cuma Terima PHR Saja
Menurut Koster, ciri-ciri daerah wisata yakni lingkungannya hijau, indah dan indah.
Bali 2 tahun yang lalu

Bali Bakal Bikin Produk Air Kemasan Sendiri, Disuplai ke Semua Hotel dan Restoran
Koster mengatakan, semua hotel di Pulau Bali didorong menggunakan produk lokal Bali

Tips Said Abdullah kepada Pemerintah untuk Kemandirian Pangan
Said menilai perlu bagi pemerintah agar fokus terhadap program kemandirian pangan

Menko Zulhas Kritik Keras Kinerja BRIN: Kita Butuh Bibit Padi, yang Diteliti Malah Nasab
Akibatnya, sektor pertanian Indonesia kian kekurangan aneka bibit unggul. Hal ini tercermin dari kian menurunnya produksi beras.


Gara-Gara Eksploitasi Tanah, Produksi Beras Indonesia Terancam
Berbagai faktor memperburuk jumlah produksi beras Indonesia yang selalu turun.