Dampak tarif yang diterapkan pemerintahan Presiden Donald Trump menjadi risiko terbesar bagi perekonomian China.
Rabu, 16 Apr 2025 08:00:11

Ekonomi China diperkirakan mengalami perlambatan pada kuartal pertama 2025, terdampak lesunya sektor properti dan meningkatnya tekanan dari kebijakan tarif tinggi Amerika Serikat. Para analis menilai, dampak tarif yang diterapkan pemerintahan Presiden Donald Trump menjadi risiko terbesar bagi perekonomian China dalam beberapa dekade terakhir.
Jajak pendapat Reuters memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China pada periode Januari–Maret 2025 mencapai 5,1% secara tahunan (year-on-year), turun dari 5,4% pada kuartal sebelumnya. Secara kuartalan, ekonomi diperkirakan tumbuh 1,4%, melambat dari 1,6% pada Oktober–Desember.
Ketegangan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia itu kembali meningkat setelah Trump menaikkan tarif terhadap barang-barang China hingga 145%. Beijing merespons dengan mengenakan tarif balasan sebesar 125% atas impor dari AS. Langkah ini menimbulkan kekhawatiran pasar akan risiko resesi global.
Sementara data menunjukkan adanya pemulihan ekonomi yang tidak merata, seperti lonjakan pinjaman bank dan peningkatan aktivitas pabrik, masalah pengangguran dan tekanan deflasi terus menekan permintaan domestik.
Para analis juga mencatat bahwa kenaikan ekspor China pada Maret kemungkinan bersifat sementara, didorong oleh percepatan pengiriman barang untuk menghindari tarif baru. Dalam beberapa bulan ke depan, tren ini diprediksi akan menurun tajam saat tarif baru mulai berlaku.
"Sebelum badai tarif melanda, pertumbuhan PDB China kemungkinan tetap solid berkat pemulihan permintaan domestik," tulis analis dari Societe Generale dilansir dari Reuters.
“Namun, dukungan kebijakan tidak akan berhenti di sini mengingat tantangan yang akan datang.”
Untuk keseluruhan tahun 2025, ekonomi China diperkirakan hanya tumbuh 4,5%, turun dari 5,0% pada tahun sebelumnya dan di bawah target resmi sekitar 5,0%. UBS bahkan memangkas proyeksi pertumbuhan menjadi 3,4%, dengan asumsi tarif tinggi AS tetap berlaku dan diperlukan stimulus tambahan dari Beijing.
"Kami pikir guncangan tarif menimbulkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap ekspor China, yang akan memicu penyesuaian besar dalam ekonomi domestik juga," kata analis UBS.
Stimulus Tambahan Disiapkan
Perdana Menteri China, Li Qiang, sebelumnya telah menyatakan bahwa pemerintah memiliki ruang dan alat yang cukup untuk mendukung perekonomian. Prioritas utama tahun ini adalah meningkatkan konsumsi dalam negeri guna mengurangi ketergantungan pada sektor ekspor yang sedang tertekan.
Beijing juga telah meluncurkan sejumlah kebijakan fiskal pada Maret, termasuk peningkatan defisit anggaran, dan menandai kesiapan untuk lebih banyak stimulus moneter. Kebijakan ini menyusul langkah-langkah pelonggaran yang dilakukan pada akhir tahun lalu.
Partai Komunis diperkirakan akan mengadakan pertemuan Politbiro akhir bulan ini untuk merumuskan kebijakan lanjutan.
Namun, tantangan tetap besar. Lembaga pemeringkat kredit Fitch baru-baru ini menurunkan peringkat kredit China dengan alasan meningkatnya beban utang dan risiko fiskal. Kondisi ini menambah kompleksitas upaya pemerintah dalam menjaga keseimbangan antara stabilitas ekonomi dan penguatan konsumsi.
Artikel ini ditulis oleh


Aneh, Ekonomi China Terus Anjlok saat Masif Ekspansi ke Berbagai Dunia
Para ekonomi di China mengatakan perlambatan bulan ini lebih parah dari biasanya.

Ekonomi China Makin Lesu, Ternyata Ini Penyebab Sebenarnya
Loyonya perekonomian China dipengaruhi oleh terus melemahnya permintaan domestik. Kondisi ini diperparah oleh kinerja properti yang masih belum menggembirakan.
China 1 tahun yang lalu

Proyeksi ADB: Pertumbuhan Ekonomi Asia-Pasifik Bakal Melambat
Kenaikan tarif dan ketegangan geopolitik merupakan tantangan besar terhadap prospek ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik.

China menuduh AS menggunakan praktik intimidasi sepihak untuk mengatur ulang aturan perdagangan global.
China 1 minggu yang lalu

Waspada, Sri Mulyani Ingatkan Proyeksi Ekonomi Global 2024 Lebih Gelap Dibanding 2023
Perekonomian di China yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia, masih menunjukkan kinerja yang lemah

Ketidakpastian Global Mereda, Bos BI: Tetap Perlu Hati-Hati
Ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan mulai melambat di semester II-2024 seiring dengan penurunan permintaan domestik.

Analisis IMF Jika Donald Trump Kembali Berkuasa: Akan Ada Guncangan Ekonomi Tambahan
Hal itu disampaikan IMF karena kekhawatiran meningkat menjelang kemungkinan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden AS dalam Pilpres 2024.