Revitalisasi Panggung Wayang Kulit: Usaha Kolaboratif Prodi Sejarah dengan Solo Societeit

3 weeks ago 9

 Usaha Kolaboratif Prodi Sejarah dengan Solo Societeit Dalam rangka mengaplikasikan kajian sejarah dan budaya Jawa secara praktis, Program Studi Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma berkolaborasi dengan komunitas Solo Societeit menggelar pertunjukan wayang kulit climen Gaya Surakarta di Desa Ngrakung, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri pada Sabtu (23 - 8).

WONOGIRI- Dalam rangka mengaplikasikan kajian sejarah dan budaya Jawa secara praktis, Program Studi Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma berkolaborasi dengan komunitas Solo Societeit menggelar pertunjukan wayang kulit climen Gaya Surakarta di Desa Ngrakung, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri pada Sabtu (23/8).

Yang menjadi istimewa, pagelaran wayang ini menghadirkan dalang muda yang merupakan mahasiswa Prodi SejarahUSD, Wahyu Prasetya Aji. Ia membawakan lakon "Dewa Ruci", yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan.

Kegiatan pagelaran ini tidak hanya bertujuan melestarikan tradisi wayang kulit di era kontemporer, tetapi juga sebagai upaya akademis untuk merevitalisasi fungsi historis arsitektur rumah Jawa sebagai ruang pertunjukan. Menurut perspektif kajian sejarah arsitektur, pringgitan atau pendapa dalam rumah tradisional Jawa memiliki fungsi penting sebagai panggung wayang yang kini mulai terlupakan.

"Sebagai akademisi sejarah, kami melihat perkembangan zaman dan kemajuan teknologi tanpa disadari telah melenyapkan keunikan fungsi pringgitan untuk pentas wayang. Hal ini sejatinya merupakan bukti kecerdasan leluhur dalam bidang sejarah dan arsitektur ruang hunian," ungkap Dr. Heri Priyatmoko, dosen Prodi Sejarah USD yang juga merupakan pendiri Solo Societeit.

Rumah klasik warisan Bapak Katino di Desa Ngrakung menjadi ‘laboratorium lapangan’ bagi sivitas akademika Prodi Sejarah untuk mengimplementasikan kajian teoretis tentang fungsi ruang dalam konteks budaya Jawa.

Dari perspektif kajian sejarah lokal, wilayah Desa Ngrakung dikenal memiliki karakteristik masyarakat yang masih memelihara tradisi pewayangan melalui perayaan Rosulan. Secara historis, kawasan ini juga menunjukkan dinamika keberagaman dengan kehadiran kelompok penghayat kejawen, komunitas santri, pengelola Goa Maria Sendang Ratu Kenya, serta SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo di bawah Yayasan Katolik.

"Kondisi sosio-kultural seperti ini menjadi objek kajian yang menarik bagi mahasiswa sejarah untuk memahami bagaimana tradisi Surakarta dapat bertahan dan beradaptasi dalam konteks masyarakat yang heterogen," tambah Heri yang menjelaskan relevansi kegiatan ini dengan kurikulum Prodi Sejarah.

Program ini diharapkan dapat menjadi model kolaborasi akademik-komunitas dalam upaya pelestarian warisan budaya yang berbasis riset sejarah dan implementasi lapangan, di tengah tantangan globalisasi dan digitalisasi yang mengancam kelestarian budaya tradisional Kegiatan ini juga berfungsi sebagai media sosialisasi program studi Sejarah kepada masyarakat, untuk mengenalkan prospek dan relevansi studi sejarah dalam konteks pelestarian budaya.

Hal ini diungkapkan oleh Romo Heri Setyawan SJ, S.S., M.A., seorang imam Jesuit dan dosen prodi Sejarah, yang juga adalah putera daerah asli Giriwoyo.

"Saya lahir dan besar di Desa Bawuh, dekat dengan desa ini. Jadi, acara wayangan di rumah simbah Katino ini menjadi sarana saya bernostalgia. Setelah keluar dari desa ini dan bersekolah ke sana kemari, saya bekerja di Prodi Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Terbukti prodi kami diminati dari calon mahasiswa berbagai kalangan. Bahkan, Mas Dalang Aji ini ikut mengembangkan diri di Prodi Sejarah, sehingga semakin mantap mendalangnya," pungkasnya. (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Politic | Hukum | Kriminal | Literatur | SepakBola | Bulu Tangkis | Fashion | Hiburan |