Harianjogja.com, KULONPROGO—Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulonprogo memperkuat sektor pertanian dengan meluncurkan Gerakan Tanam Kelapa Genjah yang terintegrasi. Program ini diyakini akan mendongkrak drastis produksi kelapa lokal, khususnya di Kalurahan Hargorejo, Kapanewon Kokap, yang menjadi pusat kegiatan pada Selasa (25/11/2025).
Pada 2025, Kulonprogo menerima alokasi bantuan pengembangan kelapa genjah seluas 127 hektare dari Kementerian Pertanian (Kementan). Bantuan ini disalurkan kepada 43 kelompok tani, lengkap dengan bibit dan pendampingan teknis intensif.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertapa) Kulonprogo, Trenggono Trimulyo, menjelaskan alokasi 127 hektare tersebut berarti penyaluran kurang lebih 14 ribu batang bibit kelapa genjah. Alokasinya mencapai sekitar 110 batang per hektare. Selain bibit, setiap hektare juga didukung dengan 330 kilogram pupuk organik.
Trenggono menegaskan bantuan ini sangat strategis untuk peningkatan produktivitas daerah. “Kami berharap dalam empat tahun ke depan, bibit ini sudah mulai panen. Khusus di Hargorejo, diprediksi akan ada tambahan produksi hingga 50 ton per bulan,” ujar Trenggono.
Saat ini, produksi kelapa di Hargorejo mencapai 60 ton per bulan. Terdiri dari 20 ton organik dan 40 ton non-organik. Dengan adanya bantuan ini, Trenggono optimis produksi total bulanan Kulonprogo dapat mencapai ratusan ton.
Dispertapa Kulonprogo menyiapkan pendampingan budidaya secara menyeluruh, melibatkan enam Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) mulai dari penyiapan lahan hingga bimbingan teknis lapangan. Selain itu, Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP) akan memberikan pendampingan terkait sertifikasi mutu dan perizinan edar produk.
“Kami juga berencana menjalin MoU dengan Dinas Kelautan dan Perikanan serta Kejaksaan Negeri untuk memperkuat pengawalan dan pendampingan program, khususnya di sektor perkebunan dan hortikultura,” kata Trenggono.
Perwakilan Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma Kementan, Dedy Aminata, menyebut kelapa sebagai komoditas strategis nasional, atau tree of life, yang seluruh bagiannya bermanfaat.
Namun, ia menyoroti sebagian besar hasil kelapa nasional masih diekspor dalam bentuk bahan mentah seperti butiran atau kopra. Hal ini menyebabkan industri pengolahan dalam negeri kekurangan pasokan.
“Karena itu, Kementerian Pertanian memasukkan kelapa sebagai komoditas prioritas dalam Program Hilirisasi Perkebunan,” kata Dedy.
Kementan menargetkan pengembangan kebun kelapa yang terintegrasi dengan pabrik pengolahan seluas 221.890 hektare secara nasional, untuk periode 2025–2027. Program ini juga mencakup DIY, termasuk Kulonprogo, Sleman, dan Bantul.
Pada 2025, Kementan mengalokasikan tambahan anggaran Rp33,2 miliar untuk pengembangan kelapa, dengan fokus pada perluasan 2.950 hektare dan pengembangan kelapa genjah 1.400 hektare.
Dedy menambahkan bahwa kelapa genjah jenis pandan manis memiliki nilai jual tinggi di pasar segar, bahkan berpotensi ekspor. “Kelapa pandan manis sangat diminati pasar modern. Jika diolah optimal, nilai ekonominya meningkat signifikan,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

















































