Foto ilustrasi banjir. / Freepik
Harianjogja.com, JOGJA—Thailand selatan dilanda banjir monsun terparah dalam sejarah, menewaskan sedikitnya 13 orang dan memaksa jutaan warga meninggalkan rumah mereka.
Bencana ini dilaporkan terjadi di tengah curah hujan yang memecahkan rekor, menyebabkan lumpuhnya aktivitas di jantung perdagangan kawasan tersebut.
Menurut laporan Departemen Pencegahan dan Mitigasi Bencana Thailand hingga Senin, sepuluh provinsi di wilayah selatan terendam banjir. Ketinggian air di sejumlah titik bahkan dilaporkan mencapai dua meter, melumpuhkan total akses dan aktivitas warga.
Kota Hat Yai di Provinsi Songkhla menjadi sorotan utama karena mengalami dampak paling parah. Kota yang menjadi pusat perdagangan karet ini dilanda curah hujan ekstrem sebesar 335 mm dalam satu hari pada Jumat lalu—sebuah angka yang disebut sebagai tertinggi dalam 300 tahun catatan pengamatan sistematis.
RTnews malaporkan, ada sekitar 7.000 wisatawan asing, dengan mayoritas dari Malaysia dan Singapura, dilaporkan terjebak di Hat Yai. Gangguan parah juga melanda jaringan seluler dan aliran listrik di beberapa kawasan.
Banjir bandang ini tidak hanya memengaruhi pemukiman, tetapi juga mengganggu infrastruktur penting. Pembangkit Listrik Chana di Songkhla terpaksa menghentikan operasi sementara karena naiknya permukaan air. Meskipun demikian, otoritas memastikan pembangkit listrik lainnya di wilayah tersebut masih beroperasi normal.
Rekaman yang beredar di platform daring memperlihatkan kondisi dramatis, di mana seluruh jalanan kota tergenang air dengan arus cokelat pekat yang mengalir deras di antara pertokoan. Warga terlihat mengarungi banjir setinggi pinggang, sementara tim penyelamat menggunakan perahu untuk mengevakuasi warga dan menyalurkan bantuan.
Selain wilayah selatan, luapan sungai di Thailand juga menyebabkan 11 provinsi di wilayah utara dan tengah terdampak banjir. Meskipun ketinggian air di kawasan ini dilaporkan mulai surut, lebih dari 480.000 warga masih merasakan dampak signifikan dari bencana tersebut.
Kantor berita Bernama melaporkan, di wilayah perbatasan, dampak bencana juga dirasakan oleh Malaysia. Otoritas setempat melaporkan lebih dari 12.000 orang terdampak di beberapa negara bagian utara.
Menanggapi krisis ini, Raja Malaysia, Sultan Ibrahim, memerintahkan jajarannya untuk memberikan bantuan darurat penuh serta mempercepat proses evakuasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

















































