Ratusan pekerja sosial mengantre pemeriksaan foto thorax di halaman Dinsos DIY, pada Kamis (10/7/2025). - Harian Jogja - Ariq Fajar Hidayat
JOGJA—Sebanyak 160 pekerja sosial di lingkungan Dinas Sosial (Dinsos) DIY mengikuti kegiatan skrining massal Tuberkulosis (TB) yang digelar di halaman Dinsos DIY, Kamis (10/7/2025).
Kepala Dinas Sosial DIY, Endang Patmintarsih, menjelaskan, pekerja sosial menjadi kelompok yang rawan terpapar TB mengingat intensitas interaksi mereka dengan berbagai kelompok rentan.
Menurutnya, para petugas sosial kerap menghadapi kondisi kerja yang kompleks. Tidak jarang tanpa disadari mereka bersinggungan dengan individu yang memiliki penyakit menular, termasuk TB.
“Ada yang kelihatan, banyak yang tidak kelihatan. Mungkin secara fisik dia sehat, ternyata ketika dicek bawaan penyakit lainnya itu banyak. Apalagi TB ini kan dikategorikan menular, berbahaya kalau tidak diantisipasi,” ujar Endang, Kamis.
Endang menekankan, deteksi dini jauh lebih bermanfaat daripada menunggu gejala berat muncul. Skrining TB massal ini juga turut berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan DIY, dan Perhimpunan Radiografer Indonesia (PARI) DIY.
“Saya bilang teman-teman tidak perlu takut. Lebih baik diketahui awal biar nanti bisa diobati daripada diketahuinya sudah menumpuk,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi bagian dari upaya percepatan eliminasi TBC di DIY, sejalan dengan target nasional eliminasi pada 2030.
Menurutnya, langkah deteksi dan pengobatan berkesinambungan menjadi kunci memutus rantai penularan TB. Apalagi, ada potensi kasus orang yang tidak menyelesaikan pengobatannya.
“Kasus di DIY yang putus obat TB atau tidak sembuh justru dari luar DIY. Ini menjadi potensi penularan. Karena itu kami melindungi teman-teman pekerja sosial,” kata Pembajun.
Ia berharap target eliminasi TB tidak sekadar penemuan jumlah kasus, tapi juga penanganan sampai sembuh.
Jika ditemukan ada yang positif TB, jawatannya akan membantu merujuk ke fasilitas kesehatan, serta ditangani hingga tuntas pengobatan.
Ketua Pelaksana Pengcab PARI Bantul, Susilo Ari Wibowo, memaparkan teknis pemeriksaan yang dilakukan. Seluruh peserta menjalani foto thorax sebagai pemeriksaan awal.
“Setelah foto thorax, hasilnya dikirim ke dokter spesialis radiologi untuk diputuskan apakah mengarah ke TB atau tidak. Orang-orang yang dicurigai suspek TB akan ditangani lebih lanjut di puskesmas sesuai KTP masing-masing,” terang Susilo.
Bagi peserta yang hasilnya bersih, pemeriksaan dinyatakan selesai. Namun jika ditemukan indikasi TB, mereka akan menjalani tes dahak lanjutan di fasilitas kesehatan.
“Sampai terdiagnosa paling lama tiga hari. Satu hari ini kami hanya mengambil gambar. Gambarnya sudah digital dan langsung dikirim ke dokter,” katanya. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News