Kenaikan tarif dan ketegangan geopolitik merupakan tantangan besar terhadap prospek ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik.
Rabu, 09 Apr 2025 10:15:34

Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan perekonomian kawasan Asia dan Pasifik yang sedang berkembang akan tumbuh sebesar 4,9 persen pada tahun 2025. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan 5,0 persen yang tercatat pada tahun sebelumnya.
Menurut laporan *Asian Development Outlook* (ADO) April 2025 yang dirilis hari ini, meskipun permintaan domestik dan global yang kuat untuk semikonduktor, yang didorong oleh peningkatan kecerdasan buatan, mendukung pertumbuhan, namun tarif dan ketidakpastian perdagangan masih menjadi kendala utama.
Kepala Ekonom ADB, Albert Park, mengungkapkan bahwa pertumbuhan regional diperkirakan akan lebih lanjut menurun menjadi 4,7 persen pada tahun 2026, karena ketidakpastian ekonomi global dan peningkatan tarif perdagangan.
"Inflasi diperkirakan akan melandai menjadi 2,3 persen pada 2025 dan 2,2 persen pada 2026 seiring dengan penurunan harga pangan dan energi global," kata Albert Park dalam keterangannya pada Rabu (9/4).
Proyeksi ADB disusun sebelum pengumuman tarif baru oleh pemerintah Amerika Serikat pada 2 April lalu, yang belum tercakup dalam estimasi awal. Meskipun demikian, laporan tersebut menyertakan analisis tentang potensi dampak tarif yang lebih tinggi terhadap perekonomian Asia dan Pasifik.
Albert Park juga menjelaskan bahwa meskipun ekonomi kawasan ini cukup tangguh, perubahan kebijakan perdagangan yang cepat dan lebih besar dari yang diperkirakan, seperti kebijakan tarif AS yang baru, dapat menambah risiko terhadap prospek pertumbuhan. Peningkatan tarif dan ketidakpastian kebijakan dapat memperlambat perdagangan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi di kawasan ini.
"Kenaikan tarif dan ketegangan geopolitik merupakan tantangan besar terhadap prospek ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik. Negara-negara di kawasan ini harus terus berkomitmen untuk membuka perdagangan dan investasi," tambah Albert Park.
Kemerosotan pasar properti di Republik Rakyat Tiongkok (RRT), ekonomi terbesar di kawasan ini, juga dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. ADB memproyeksikan RRT akan tumbuh 4,7 persen pada 2025, lebih rendah dibandingkan dengan 5,0 persen pada tahun lalu.
Namun, pertumbuhan yang lebih kuat diperkirakan terjadi di Asia Selatan dan Asia Tenggara, yang didorong oleh permintaan domestik dan pemulihan pariwisata. India, perekonomian terbesar di Asia Selatan, diperkirakan akan tumbuh 6,7 persen pada 2025 dan 6,8 persen pada 2026.
Sementara itu, perekonomian Asia Tenggara diperkirakan akan tumbuh 4,7 persen pada tahun ini dan tahun depan, sejalan dengan pemulihan sektor pariwisata di kawasan tersebut.
Di kawasan Kaukasus dan Asia Tengah, permintaan eksternal yang lemah diperkirakan akan memperlambat kegiatan ekonomi, dengan pertumbuhan diperkirakan melambat menjadi 5,4 persen pada 2025 dan 5,0 persen pada 2026, turun dari 5,7 persen tahun lalu.
Di kawasan Pasifik, pariwisata tetap menjadi penopang utama pertumbuhan, meskipun laju pertumbuhannya diperkirakan akan melambat menjadi 3,9 persen pada 2025 dan 3,6 persen pada 2026, dibandingkan dengan 4,2 persen pada tahun lalu.
Artikel ini ditulis oleh





ADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik
ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.

Ketidakpastian Global Mereda, Bos BI: Tetap Perlu Hati-Hati
Ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan mulai melambat di semester II-2024 seiring dengan penurunan permintaan domestik.

Ketidakpastian Masih tinggi, Ekonomi Global Diyakini Bisa Tumbuh 2,7 Persen di 2023
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 tetap sebesar 2,7 persen (yoy), yang disertai dengan pergeseran sumber pertumbuhan.

Pemerintah Malaysia Siap Potong Subsidi BBM Demi Jaga Inflasi
Gubernur Bank Malaysia memperkirakan bahwa tantangan eksternal akan semakin berat pada 2025.

Di ISF 2024, Sri Mulyani: Situasi Ekonomi Global Sedang Tidak Baik hingga 2026
Situasi global yang tidak berjalan baik saat ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang semakin merosot.

Bank Dunia: Pemilu 2024 Bisa Perlambat Momentum Pertumbuhan Ekonomi
Ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh rata-rata 4,9 persen selama 2024-2026.


PPN 12 Persen Bakal Tekan Kelas Menengah, Ekonomi Diprediksi Stagnan di 2025
Shinta mengungkapkan isu utama yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun depan adalah pelemahan kelas menengah.

Proyeksi 2024, Ekonomi AS Masih Lebih Perkasa Dibandingkan China
AS dan China tengah terlibat dalam persaingan menjadi raksasa ekonomi dunia.