Bupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo, bersama Komandan Kodim 0723/Klaten Letkol Inf Slamet Hardianto mengecek kesiapan relawan seusai apel di halaman Pendopo Pemkab Klaten, Kamis (14/8/2025). (Solopos - Taufiq Sidik Prakoso)
Harianjogja.com, KLATEN–Jumlah desa terdampak krisis air bersih di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah tahun ini diklaim menurun.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, Syahruna, mengungkapkan dari tahun per tahun jumlah wilayah yang mengalami krisis air bersih saat kemarau tiba terus berkurang.
"Salah satunya dengan bergulirnya program pembangunan sumur pamsimas (penyediaan air minum berbasis masyarakat)" katanya saat ditemui wartawan seusai apel kesiapsiagaan di halaman Pemkab Klaten, Kamis (14/8/2025).
BACA JUGA: Bantuan Air Bersih Belum Disalurkan ke Warga, Begini Alasan BPBD Gunungkidul
Selain itu, kemarau tahun ini tak sepanjang tahun sebelumnya dan musim kering tahun ini sebagai kemarau basah alias masih ada potensi hujan lebat selama periode kemarau.
“Untuk tahun per tahun, daerah terkena krisis air bersih sudah berkurang banyak. Pada 2023 hampir 15 kecamatan. Tahun ini kami perkirakan berada di empat kecamatan,” jelas Syahruna.
Keempat kecamatan itu yakni Kemalang, Jatinom, Karangnongko, serta Bayat. Syahruna mengungkapkan dropping air bersih tahun ini sudah mulai dilakukan sejak pekan lalu seiring ada pengajuan permintaan bantuan air bersih dari sejumlah desa. Desa-desa itu berada di Kecamatan Kemalang yakni Kendalsari, Tlogowatu, Sidorejo, dan Tegalmulyo.
“Per hari kami mengirimkan dropping sekitar 12 tangki dan ini sudah berjalan hampir 10 hari. Artinya hampir 120 tangki air bersih sudah kami distribusikan. Untuk persediaan kami siapkan 1.000 tangki,” ungkap Syahruna.
Selain krisis air bersih, kejadian kebakaran yang cenderung meningkat menjadi ancaman lain saat memasuki musim kemarau. Peristiwa kebakaran itu terutama kebakaran hutan dan lahan.
Salah satu penyebab kebakaran lahan di Klaten yakni pembakaran sampah yang tidak terkontrol hingga melebar. “Kalau puncak kemarau sesuai informasi BMKG nanti di akhir Agustus dan awal September,” jelas Syahruna.
Sementara itu, Kodim 0723/Klaten bersama Pemkab dan BPBD menggelar apel kesiapsiagaan penanggulangan bencana alam di halaman Pendopo Pemkab Klaten, Kamis.
Apel dipimpin langsung Bupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo, dan Komandan Kodim 0723/Klaten, Letkol Inf. Slamet Hardianto.
Apel diikuti sekitar 250 peserta dari berbagai unsur. Di antaranya Kodim Klaten, Dodiklatpur Rindam IV/Diponegoro, Polres Klaten, BPBD, gabungan Satpol PP dan Damkar Klaten, Dinas Perhubungan, SAR, PMI, Dinkes PLN Senkom, Orari, Rapi serta Senkom.
Dalam amanatnya, Bupati Klaten mengungkapkan apel merupakan langkah strategis untuk melihat kesiapan personel, materiil, sarana prasarana, serta sinergitas antarsatuan dalam melaksanakan tugas penanggulangan bencana yang mungkin terjadi di wilayah Kabupaten Klaten.
“Langkah antisipasi harus dilakukan secara maksimal. Selain kesiapan personel, seluruh materiil dan perlengkapan penanggulangan bencana juga harus dicek dan dipastikan dalam kondisi siap pakai. Kesiapsiagaan menjadi faktor kunci dalam meminimalkan resiko dan dampak dari bencana, yang dapat terjadi kapan saja dan di mana saja,” jelas Hamenang.
Dandim Klaten, Letkol Inf Slamet Hardianto, mengungkapkan apel kesiapsiagaan merupakan bentuk komitmen dalam menghadapi potensi bencana.
“Perkuat koordinasi lintas sektoral, pastikan sarana dan prasarana penanggulangan bencana selalu siap dan terawat, lakukan pelatihan berkala kepada personel relawan dan tim tanggap darurat dan lakukan edukasi kepada masyarakat tentang langkah-langkah menghadapi bencana,” kata Dandim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : espos.id