Jakarta (ANTARA) - Persaingan dunia kerja yang semakin kompetitif menjadikan pengalaman profesional sebagai salah satu aspek penting baik bagi mahasiswa maupun para fresh graduate (lulusan baru).
Pengetahuan yang didapat di bangku kuliah memang menjadi fondasi awal, namun belum tentu sepenuhnya menggambarkan realitas yang akan dihadapi di dunia kerja sesungguhnya.
Dengan demikian, mahasiswa memerlukan wadah untuk belajar langsung dari pengalaman, mengenal serta memahami budaya kerja, dan mengasah keterampilan agar lebih siap untuk menghadapi tantangan pekerjaan di masa depan.
Salah satu cara efektif untuk mencapai hal tersebut adalah melalui program magang, yang umumnya dapat mahasiswa ikuti pada semester lima hingga tujuh masa perkuliahan.
Nani Darmayanti, S.S., M.Hum., Ph.D, Ketua Prodi Sastra Indonesia Unpad, mengatakan pula bahwa magang bagi mahasiswa merupakan salah satu cara untuk mendekatkan mereka antara teori dengan praktik.
“Dengan didorongnya mahasiswa mengikuti magang selama mereka kuliah, diharapkan mendekatkan mereka untuk mempraktikan hal-hal yang diperoleh di kelas berupa teori sehingga ketika lulus memasuki dunia kerja nanti, mereka sudah tahu seperti apa dunia kerja sebenarnya dan kebutuhan lapangannya,” jelas Nani.
Pada Juni 2025 lalu, Kemdiktisaintek meluncurkan program Magang Berdampak, yang dilansir dari situs resmi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) bertujuan untuk mempersiapkan talenta muda agar menjadi lulusan yang kerja melalui pembelajaran dasar mengenai berbagai industri.
Baca juga: Menaker sebut kuota Magang Nasional 2026 sebanyak 100 ribu orang
Melalui Magang Berdampak ini, mahasiswa tidak hanya dibekali keterampilan teknis dan soft skills, tetapi juga didorong menjadi agen perubahaan yang memiliki kepekaan sosial serta profesionalisme yang tinggi.
Program ini menyediakan 344 kuota dengan turut menggandeng 17 mitra yang membuka lowongan di berbagai sektor, mulai dari logistik, teknologi informasi, kecerdasan buatan, edutech, video streaming, dan masih banyak lagi.
Mahasiswa dapat memilih maksimal 5 lowongan dari satu atau lebih mitra yang tersedia di program Magang Berdampak, sesuai dengan bidang dan minat masing-masing
Dengan dukungan dari para mitra, Magang Berdampak menjadi wadah ideal bagi mahasiswa yang ingin magang di perusahaan besar serta berkontribusi secara nyata pada pengembangan portofolio dan dampak, bukan sekadar menambah pengalaman kerja,
Para mahasiswa yang berminat pun harus mempersiapkan diri untuk menghadapi proses seleksi yang ketat serta pencapaian target yang menantang.
Dheanata Annoraputri, mahasiswa semester lima Sastra Indonesia Unpad, yang lolos seleksi Magang Berdampak dan diterima di PT Citi Asia Internasional sebagai Content Writer, mengatakan bahwa dirinya harus mengikuti beberapa tahap proses seleksi.
“Waktu itu sebelum daftar kan buat akunnya dulu abistu nunggu di-acc sama prodi. Baru deh abis itu daftar dari webnya langsung dan masukin berkas-berkas. Dari web-nya diminta CV aja sih, tapi aku masukin portofolio juga. Abistu tinggal nunggu dari perusahaannya (mitra), kalau lolos akan dihubungin mereka buat lanjut seleksi,” jelasnya.
Dhea mengatakan, mengunggah portofolio saat seleksi administrasi merupakan langkah yang sangat tepat, karena teman-temannya yang juga lolos turut melakukan hal serupa.
Baca juga: Pemerataan posisi dan geografis jadi fokus di Magang Nasional tahap II
Mahasiswa semester lima ini berkata bahwa seleksi mitra di PT Citi Asia Internasional berupa focus group discussion (FGD). Maka, sebagai bentuk persiapan, ia rutin berlatih agar dapat tampil maksimal pada tahap tersebut.
“FGD kan kita study case bareng peserta lain, jadi ya harus lebih mikir, berpikir kritis. Terus makanya aku latihan banget si. Aku latihan ngomong, kira-kira pertanyaan apa aja yang bakal ditanya. Jadi, berhari-hari latihannya,” ungkapnya.
Menurut Dhea program ini memberikan kesempatan besar bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan profesional mereka sekaligus berkontribusi dalam memberikan dampak positif bagi instansi tempat mereka magang maupun masyarakat.
Terlebih, peserta yang lolos akan mendapatkan uang saku bulanan, konversi hingga 20 SKS ke dalam kurikulum perkuliahan, fasilitas mobilisasi bagi yang akan merantau, dan lainnya.
Saat ini Dhea sudah hampir empat bulan menjalankan magangnya sebagai content writer yang bertanggung jawab atas konten media sosial perusahaannya
Selama menjadi staf magang di PT Citi Asia Internasional, ia banyak mempelajari hal baru, seperti melakukan riset untuk bahan konten, mengikuti proses brainstorming ide, serta memahami strategi dalam menciptakan konten yang menarik dan relevan.
Baca juga: Hoaks! Tautan pendaftaran magang nasional dari TikTok
Tips untuk mahasiswa
Najla Deva, mahasiswa semester 5 yang saat ini sedang magang di PT Balai Pustaka, memberikan tips untuk mahasiswa yang berencana melaksanakan magang mandiri.
Pertama, ada baiknya untuk reach out terlebih dahulu instansi yang dituju melalui email, dm Instagram, dan lain sebagainya. Sebab, kebanyakan dari mereka tidak secara terang-terangan membuka lowongan.
Kedua, lakukan riset mendalam perihal instansi tujuan, dari struktur organisasi, bidang yang mereka jalani, hingga reputasi dan budaya kerja yang mereka miliki.
Poin nomor dua ini sangat penting untuk dilakukan. Pasalnya, terdapat banyak instansi yang menyelenggarakan magang bersikap tidak profesional, bahkan ada yang terkesan “nakal” dengan memanfaatkan tenaga mahasiswa tanpa memberikan pengalaman yang sepadan.
Hal ini juga disetujui oleh Nani. Ia menjelaskan bahwa ia masih melihat beberapa instansi memanfaatkan mahasiswa magang sebagai tenaga kerja yang murah atau gratis.
“Mereka mencari tenaga gratisan melalui anak-anak magang ini, seperti mereka (mahasiswa) bekerja di luar jam, tidak jelas jam kerja, job description tidak jelas, atau hanya membereskan buku dan menyuguhi air kepada tamu,” ucap Nani.
Baca juga: Kemnaker sebut 1.500 peserta lolos Magang Nasional tahap I gelombang 2
Ia mengatakan, instansi yang ideal untuk menjadi tempat magang adalah instansi yang transparan, yakni memiliki pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas, tidak semena-mena terhadap peserta magang, menerapkan jam kerja yang wajar, serta memberikan apresiasi yang cukup.
“Ketika mahasiswa itu magang, mungkin dia pulang-pergi pulang-pergi, membutuhkan biaya. Jadi, ada apresiasi lah atas kerja keras mereka tersebut,” pungkasnya.
Melalui berbagai program magang baik yang difasilitasi pemerintah maupun dilakukan secara mandiri, mahasiswa memiliki kesempatan untuk menyiapkan diri menghadapi dunia kerja dengan lebih matang.
Namun, penting bagi setiap pihak yang terlibat untuk menjaga esensi kegiatan ini sebagai sarana pembelajaran dan pengembangan diri.
Dengan demikian, magang tidak hanya menjadi formalitas untuk memenuhi syarat akademik, tetapi juga pengalaman berharga yang memberikan dampak nyata bagi mahasiswa, instansi, dan masyarakat luas.
Baca juga: Peserta Magang Nasional 2025 di Sulbar mulai jalani pemagangan
Baca juga: Kemdiktisaintek-Kemnaker perkuat sinergi pendidikan dan dunia kerja
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































