Presiden Donald Trump memberikan dampak negatif pada pasar saham global, termasuk Indonesia.
Rabu, 09 Apr 2025 10:00:34

Apakah Anda salah satu investor yang merasakan kerugian besar akibat penurunan tajam harga saham dalam seminggu terakhir? Penurunan ini dipicu oleh kebijakan tarif baru yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump, yang turut memberikan dampak negatif pada pasar saham global, termasuk Indonesia.
Pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (8/4), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat turun sebesar 7,9 persen, mencapai level 5.996,14. Sebanyak 672 saham mengalami penurunan, 30 saham naik, dan 95 saham stagnan. Hampir seluruh sektor berada di zona merah pada akhir perdagangan, memperburuk kondisi pasar.
Penurunan harga yang tajam ini tentunya memicu kekhawatiran di kalangan para pemegang saham. Namun, jika Anda juga memiliki obligasi dan uang tunai dalam portofolio Anda, Anda mungkin mengalami kerugian yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan investor yang hanya berfokus pada saham.
Lalu, apa yang harus dilakukan investor di tengah situasi pasar yang menurun ini?
Diversifikasi Investasi
Penurunan harga saham merupakan saat yang tepat untuk belajar pentingnya diversifikasi produk investasi. Memiliki portofolio yang terdiversifikasi dapat mengurangi risiko kerugian yang lebih besar pada investasi Anda.
"Ini adalah waktu yang tepat bagi orang-orang muda untuk belajar dari pengalaman selama empat hingga lima dekade mendatang. Pergerakan pasar ini telah terjadi sebelumnya dan akan terjadi lagi," kata Brian Kearns, perencana keuangan bersertifikat dan penasihat investasi terdaftar, seperti dilansir CNN.com, Rabu (9/4).
Sebagai contoh, portofolio 60/40 yang terdiri dari 60 persen saham dan 40 persen aset berpendapatan tetap, seperti obligasi pemerintah dan korporasi, biasanya akan memberikan kinerja lebih baik ketika saham mengalami penurunan. Berdasarkan studi dari Chartered Financial Analyst Institute, pengembalian rata-rata portofolio 60/40 berbasis AS adalah 6,4 persen antara tahun 1901 hingga 2022, dan 5,81 persen untuk periode 10 tahun.
Waspadai Keinginan untuk Mencairkan Saham
Ketika saham sedang turun tajam, godaan untuk mencairkan saham mungkin muncul. Namun, Anda harus berhati-hati karena menjual saham saat harga rendah justru dapat mengunci kerugian Anda.
Selain itu, menyimpan uang tunai dalam jumlah besar tidak selalu menguntungkan. Meskipun uang tunai memberikan kenyamanan, dalam jangka panjang, uang tunai tidak akan tumbuh secepat ekuitas. Selain itu, ada risiko kehilangan daya beli akibat inflasi, yang diperkirakan akan meningkat dengan adanya tarif yang diterapkan oleh Trump.
Manfaatkan Peluang Pembelian
Penurunan besar-besaran harga saham bisa menjadi peluang untuk membeli saham dengan harga yang lebih murah, terutama untuk investasi jangka panjang. Banyak ahli percaya bahwa pelemahan saham umumnya bersifat sementara, sementara uang tunai yang disimpan dapat tergerus oleh inflasi.
Sebagai contoh, jika Anda pergi ke supermarket bulan lalu dan ikan tuna seharga Rp45.000 untuk dua kaleng, namun sekarang harga yang sama adalah Rp45.000 untuk empat kaleng, apa yang akan Anda lakukan? Anda akan membeli lebih banyak kaleng, bukan?
Pertimbangkan Jangka Waktu Investasi
Bagi banyak orang yang berusia di bawah 50 tahun, mereka masih memiliki waktu yang panjang sebelum pensiun. Oleh karena itu, mereka bisa berinvestasi lebih banyak dalam saham. Namun, bagi mereka yang berusia di atas 50 tahun, meskipun masa pensiun lebih dekat, banyak yang tetap memiliki jangka waktu investasi yang panjang, yakni sekitar 15 hingga 30 tahun.
Tabungan pensiun mereka mungkin akan tetap diinvestasikan selama sebagian besar masa pensiun, dan mereka hanya menarik sejumlah kecil setiap tahun untuk menambah pendapatan dari Jaminan Sosial dan pensiun.
Siapkan Uang Tunai untuk Biaya Hidup di Masa Pensiun
Bagi pensiunan dan mereka yang akan segera pensiun, sangat penting untuk menghindari penjualan saham saat pasar sedang turun. Sebaliknya, pastikan Anda memiliki uang tunai yang cukup untuk menutupi biaya hidup Anda selama satu hingga dua tahun ke depan di masa pensiun. Ini akan membantu Anda menghindari penjualan saham yang tidak menguntungkan selama periode ketidakpastian pasar.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, investor dapat mengelola kerugian yang timbul akibat penurunan pasar saham dan bahkan menemukan peluang untuk keuntungan jangka panjang.
Artikel ini ditulis oleh


Rekomendasi Investasi yang Bisa Tahan dari Konflik Geopolitik
Mengatur keuangan secara ketat menjadi hal wajib sepanjang Anda masih memiliki pendapatan tetap.

FOTO: Wajah Cemas Trader Kala Wall Street 'Kebakaran' Imbas Kebijakan Tarif Imbal Balik Donald Trump
Situasi ini menggambarkan kekhawatiran investor terhadap dampak kebijakan tarif yang diimplementasikan pemerintahan Trump terhadap perdagangan global.

Ini yang Sebenarnya Terjadi di Balik Pelemahan IHSG
IHSG langsung dihentikan perdagangannya selama 30 menit.

Catat, Ini Rekomendasi Investasi Paling Cuan di 2024 Versi OJK
Beberapa instrumen investasi ini diyakini tetap menguntungkan tahun ini meski kondisi ekonomi global suram.

3 Instrumen Investasi yang Tetap Bikin Cuan Meski Ekonomi Global Lesu
Di tahun politik investasi saham tetap memberikan potensi keuntungan.

6 Investasi Terbaik untuk Dana Pensiun: Lebih Untung Mana?
Ada untung dan ruginya jika memilih investasi untuk dana pensiun tersebut

Dampak Tarif Dagang Donald Trump, Bursa Saham Jepang Memimpin Penurunan di Asia
Indeks Nikkei di Jepang menjadi yang terdepan dalam penurunan pada perdagangan bursa saham Asia pada Kamis, 3 April 2025.

3 Instrumen Investasi yang Tetap Bikin Cuan Meski Ekonomi Global Lesu
Di tahun politik investasi saham tetap memberikan potensi keuntungan.

5 Strategi Investasi yang Terbukti Menguntungkan untuk Pemula
Banyak orang masih cukup menghindari berinvestasi, karena tidak menguasai ilmunya.


Membongkar Penyebab Anjloknya Harga Bitcoin Setelah Pengumuman Suku Bunga The Fed
Posisi harga masih menunjukkan potensi bullish jangka panjang. Investor harus melihat ini sebagai kesempatan untuk mengevaluasi posisi mereka.

Investasi Mulai Mengalir ke Indonesia, Investor Pantau Hal Ini Usai Pemilu 2024
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.